Tafsir Mimpi

Arti Mimpi tentang Ikan, Buaya, dan Katak

Rab, 28 Juli 2021 | 23:45 WIB

Arti Mimpi tentang Ikan, Buaya, dan Katak

Mimpi tentang ikan, buaya, dan katak

Setelah pada tulisan sebelumnya dibahas aneka tafsir mimpi tentang harimau, kera, anjing dan babi,  maka pada tulisan kali ini akan dibahas beberapa tafsir mimpi mengenai ikan, buaya dan katak.

 

Mimpi tentang Ikan
Mimpi tentang ikan, jika dapat dihitung jumlah ikannya maka menunjukkan arti wanita. Namun jika tak dapat dihitung, maka menunjukkan arti harta. Jika seseorang bermimpi melihat ikan laut, maka menunjukkan arti menteri atau pembantu pemimpin. Sebab mimpi tentang laut menunjukkan arti kekuasaan, sedangkan ikan adalah ‘pasukan’ laut.

 

Jika seseorang mimpi berburu atau memancing ikan yang sangat besar, maka berarti ia akan mendapatkan kemanfaatan dan kebaikan. Berbeda ketika ia bermimpi memancing ikan di air keruh, maka menunjukkan arti ia akan mendapatkan masalah yang cukup besar. Adapun jika ia bermimpi melihat ikan yang berpindah dari air tawar ke air laut, atau sebaliknya dari air laut ke air tawar, maka menunjukkan kemunafikan.

 

Jika mimpinya adalah menelan atau memakan ikan dalam keadaan hidup-hidup, maka menunjukkan arti kalau ia akan mendapatkan kekuasaan. Jika ia bermimpi memakan ikan asin, maka menunjukkan arti kalau ia akan mengalami kesulitan dalam hidup.

 

Jika seseorang bermimpi melihat ikan di kamarnya, maka merupakan petunjuk buruk bagi orang yang sakit dan orang yang hendak melakukan perjalanan di laut. Sedangkan ketika ia bermimpi melihat ikan mati di dalam laut, maka merupakan petunjuk buruk bagi orang yang hendak menikah. Berbeda ketika yang ia lihat adalah ikan-ikan kecil atau ikan badar (Jawa: wader, seperti ikan teri), maka mimpi ini merupakan petunjuk baik bagi orang yang hendak menikah. (Abdul Ghani an-Nabulusi, Ta’thîrul Anam fî Tafsîril Ahlâm, [âl-Amiriyah], juz I, halaman 305-306).

 

Mimpi tentang Buaya
Buaya dalam mimpi menunjukkan arti penyamun atau pencuri. Jika seseorang bermimpi dirinya menjadi buaya, maka menunjukkan arti ia akan menjadi penyamun. Jika orang yang bermimpi menjadi buaya adalah seorang pemimpin, maka mimpi tersebut menunjukkan arti kalau dia terlalu banyak memakan uang suap. 

 

Jika orang bermimpi kepalanya saja yang berubah menjadi buaya, maka menunjukkan arti kalau kepala atau wajahnya akan ada aib, seperti luka yang membekas di wajah atau terinfeksi luka di kepala. Namun jika seseorang bermimpi ditarik oleh buaya menuju perairan, lalu buaya itu membunuhnya, maka menunjukkan arti kalau dalam perjalanan yang akan ditempuhnya ia akan dihadang oleh penyamun, uangnya diambil dan akan dibunuh olehnya; atau bisa juga menunjukkan arti akan ada orang yang mencuri barang di rumahnya. 

 

Berbeda ketika ia justru bermimpi menarik buaya menuju daratan, maka mimpi demikian menunjukkan arti kalau ia akan menang melawan orang yang dianggapnya sebagai musuh, lalu ia mampu mendapatkan uang dari musuhnya tersebut. (Abul Abbas Ahmad bin Abdurrahman, Qawâ’idu Tafsîril Ahlâm, [Beirut, Muassasatur Rayyân: 2000 M], cetakan pertama, halaman 303).

 

Mimpi tentang Katak
Katak menunjukkan arti orang-orang yang beribadah, membaca tasbih, membaca Al-Qur’an dan dzikir. Terkadang mimpi tentang katak menunjukkan arti orang-orang awam dan orang-orang yang menangis dengan ratapan. Jika seseorang bermimpi berubah menjadi katak, maka menunjukkan dua kemungkinan arti. Pertama, ia akan belajar berenang. Kedua, ia akan bepergian melewati lautan. 

 

Jika ia bermimpi berkumpul bersama katak, maka menunjukkan kalau kawan sekitarnya adalah orang-orang baik, atau pergaulan yang dibangunnya dengan kerabat dan tetangganya sudah baik. Jika ia bermimpi mengonsumsi daging katak, maka menunjukkan arti ia akan mendapatkan manfaat yang sedikit dari kerabat dan tetangganya. Berbeda jika mimpi menelan katak secara langsung, maka menunjukkan arti ia akan segera memperoleh kekuasaan.

 

Sementara jika seseorang bermimpi melihat kawanan katak yang pergi menjauh dari suatu tempat, maka menunjukkan arti kalau tersebut akan terkena musibah, namun akan dapat dihalau dengan shalat dan doa bersama. Wallâhu a’lam. (Bin Abdurrahman, Qawâ’idu Tafsîril Ahlâm, halaman 303-304).

 


Gus M Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pesantren Annuriyyah Kaliwining, Rambipuji, Jember.