Tasawuf/Akhlak

13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (3)

Rab, 13 Maret 2019 | 12:45 WIB

13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (3)

Ilustrasi (Antara)

Ketujuh, senantiasa berada di dekat guru

Selagi memungkinkan, hendaknya pelajar senantiasa menghadiri forum atau halaqah ilmiah gurunya, sesungguhnya hal tersebut akan menambahkan keutamaan, kebaikan, adab dan pengetahuan bagi sang murid. 

Pelajar juga sebaiknya bersungguh-sungguh untuk senantiasa berkhidmah kepada gurunya dan bergegas melayani guru saat beliau membutuhkan sesuatu. Sebab hal tersebut akan menambah kemuliaan.

Dalam menimba ilmu, sebaiknya tidak hanya berkaitan dengan pelajaran wajib di sekolah saja, namun juga rajin mengikuti pengajian-pengajian ekstra di luar kelas. Bahkan seluruh pengajian dan halaqah ilmiah sebaiknya diikuti selama memungkinkan dan sesuai dengan kemampuan pelajar.

Bila pelajar tidak mampu menguasai dan menghafal seluruh materi, maka hendaknya mendahulukan yang lebih penting.

Di luar jam pelajaran, hendaknya pelajar berdiskusi dan mengulangi keterangan-keterangan yang disampaikan gurunya dengan sesama rekan pelajar. Sesungguhnya berdiskusi memiliki kemanfaatan yang besar.

Menurut KH. Hasyim Asy’ari, mengutip statemen Syekh al-Khathib al-Baghdadi, waktu yang paling utama dibuat diskusi adalah di malam hari. Hadlratus Syekh juga menyampaikan begitu semangatnya para ulama salaf dalam berdiskusi di malam hari. Beliau mengatakan:

وقد كان جماعة من السلف يبدؤون في المذاكرة من العشاء فربما لم يقوموا حتى سمعوا آذان الصبح

“Sungguh sekelompok ulama salaf memulai berdiskusi sejak Isya’, terkadang mereka tidak sempat qiyamul lail hingga mereka mendengar azan Subuh.”

Apabila tidak menemukan teman yang diajak berdiskusi, maka berdiskusilah dengan diri sendiri. Bertanya-tanya sendiri dan dijawab sendiri, memahami dan menganalisa referensi yang dibaca.

Hendaknya mengulang-ulang setiap keterangan yang didengar dan ia baca di dalam hati, agar bisa melekat di pikiran. Sesungguhnya mengulang-ulang penjelasan di dalam hati memiliki manfaat yang besar sebagaimana membaca ulang dengan lisan.

KH Muhammad Hasyim Asy’ari memberikan peringatan keras bagi pelajar yang hanya belajar dan memahami kitab di depan gurunya saja, tidak dibaca ulang di luar kelas. Beliau menegaskan, hampir tidak ada orang sukses yang hanya mendengar dan memahami materi di hadapan guru, kemudian ia tinggalkan pelajarannya tanpa dibaca dan dipahami ulang.
Kedelapan, menjaga etika saat di majelis

Saat menghadiri majlis gurunya, sebaiknya mengucapkan salam kepada hadirin yang lain, dengan suara lantang yang dapat didengar seluruh hadirin. Kepada gurunya, diberikan penghormatan yang khusus melebihi penghormatan kepada yang lain, semisal dengan cium tangan. Demikian pula saat beranjak dari majlis, dianjurkan mengucapkan salam.

Saat pertama kali datang di majlis, jangan melangkahi atau menyela, namun duduk sesuai jatah tempat kosong di depannya, kecuali dipersilahkan oleh guru atau hadirin yang lain.

Tidak diperbolehkan mengusir orang lain dari tempat duduknya atau mendesaknya secara sengaja. Bila ia dipersilahkan orang lain untuk merelakan tempat duduknya, maka hendaknya tidak diterima kecuali terdapat mashlahat, semisal ia adalah pelajar senior, seorang pakar atau memiliki kelebihan yang memberi manfaat kepada hadirin dengan ia duduk di depan.

Dalam mengambil tempat duduk, KHM. Hasyim Asy’ari menekankan pentingnya memberi kenyamanan kepada yang lain, semisal tidak duduk menyela di tengah-tengah dua teman akrab kecuali atas persetujuan keduanya, tidak duduk di tengah-tengah jalan/ halaqah, tidak berada di depan atau di atas orang yang lebih senior.

Hendaknya bekerja sama dengan rekan-rekan pelajar yang lain agar penjelasan guru bisa didengar secara menyeluruh dan maksimal, semisal dikumpulkan dalam satu tempat atau satu sudut.

Kesembilan, tidak malu bertanya

Malu bertanya, sesat di jalan. Ini adalah ungkapan popular yang menekankan untuk tidak sungkan-sungkan bertanya. Hal ini juga diamini oleh KHM. Hasyim Asy’ari dalam penjelasannya tentang adab pelajar. Beliau menekankan agar pelajar tidak malu menanyakan setiap permasalahan yang sukar atau sulit ia pahami. Namun demikian, bertanya harus disertai dengan etika dan cara yang baik, semisal waktunya harus tepat, disampaikan dengan halus dan lain-lain. 

Hadratussyekh menyampaikan beberapa statemen ulama tentang pentingnya bertanya. Di antaranya, beliau mengutip maqalah:

من رق وجهه عن السؤال ظهر نقصه عند اجتماع الرجال

“Barangsiapa sedikit bertanya, akan tampak kekurangannya saat berkumpul dengan para tokoh.”

Imam al-Mujahid berkata:

لا يتعلم العلم مستحي ولا متكبر

“Tidak pantas belajar ilmu pemalu dan orang yang sombong.”

Beliau juga mengutip statemen Sayyidah ‘Aisyah bahwa para sahabat Anshar tidak pernah dicegah oleh rasa malu dalam urusan belajar agama. Ummu Sulaim juga pernah bertanya kepada Nabi, apakah perempuan wajib mandi ketika ia mimpi basah. Sebuah pertanyaan yang cukup berat disampaikan oleh perempuan di depan laki-laki, namun beliau tidak mempedulikan hal tersebut.

Dalam mengajukan pertanyaan, hendaknya tidak keluar dari konteks pembahasan, kecuali ada kebutuhan mendesak atau diizinkan oleh guru. Bila gurunya tidak menjawab pertanyaan, maka jangan ditekan agar bersedia menjawab. Ketika gurunya keliru menjawab, pertanyaan jangan diulangi pada waktu itu, namun ditangguhkan di lain kesempatan.

Sebagaimana tidak malu bertanya, hendaknya pelajar tidak malu berkata “tidak paham”, ketika ia ditanya oleh gurunya apakah sudah memahami penjelasan yang disampaikan. Jangan sampai karena untuk menjaga gengsi, ia menjawab sudah paham, padahal ia belum paham penjabaran guru.

Bersambung…


Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Qur’an, Geyongan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat