4 Kriteria Lingkungan Kerja yang Positif dalam Al-Qur’an
Jumat, 23 Agustus 2024 | 13:00 WIB
Alwi Jamalulel Ubab
Kolomnis
Bekerja adalah bagian dari rutinitas keseharian manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Terutama bagi yang sudah berkeluarga, bekerja menjadi kewajiban seorang ayah untuk menafkahi keluarganya. Etos kerja yang tinggi menjadi nilai plus bagi setiap pekerja di bidang apa saja.
Dalam Islam, Nabi Muhammad saw sangat menganjurkan umat manusia untuk memiliki etos kerja yang tinggi dalam bekerja. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa orang yang makan dengan hasil jerih payahnya sendiri merupakan orang-orang yang terbaik. Beliau bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
Artinya, “Tidak ada seorang pun yang pernah makan makanan yang lebih baik daripada hasil dari usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud ‘alaihissalam biasa makan dari hasil kerjanya sendiri.” (HR. Al-Bukhari)
4 Ciri-ciri Lingkungan Kerja yang Baik
Setiap orang tentunya memiliki ragam kondisi pada lingkungan kerjanya masing-masing. Pedagang, pengusaha, guru, dosen, pegawai, karyawan, dan berbagai macam pekerjaan lainnya di ragam sektor memiliki lingkungan kerja yang berbeda-beda.
Lingkungan pekerjaan yang baik menjadi idaman bagi setiap pekerja. Meskipun setiap individu bekerja di lingkungan yang berbeda, terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai apakah suatu tempat kerja memiliki suasana yang positif atau toxic.
Berikut adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat menjadi acuan dalam menilai lingkungan tempat bekerja:
1. Budaya saling menghargai
Baca Juga
Gus Dur Dikerjain Habib
Salah satu ciri lingkungan kerja yang baik dan sehat adalah keharmonisan karyawan-karyawan yang bekerja di tempat tersebut. Keharmonisan karyawan dapat dinilai dari sifat dan karakter yang dimiliki oleh mereka.
Lingkungan kerja yang baik tentunya diisi oleh orang-orang yang menghargai satu sama lain, tanpa adanya sikap saling menghina atau merendahkan. Lingkungan seperti ini memungkinkan setiap individu merasa dihargai dan diterima, sehingga mendorong produktivitas dan kolaborasi yang lebih baik.
Selain itu, sikap saling menghargai juga menciptakan rasa aman dan nyaman, yang penting bagi kesejahteraan mental pekerja. Ketika pekerja merasa dihargai, mereka cenderung lebih termotivasi dan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan mereka.
Sebaliknya, ketika lingkungan kerja menjadi toxic dan tidak ada sikap saling menghargai, bahkan saling merendahkan, maka yang dirasakan pekerja hanyalah stres, ketidakpuasan, bahkan konflik internal yang merugikan produktivitas tim. Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.” (Qs. Al-Hujurat: 11)
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini dengan tegas menjelaskan larangan menghina orang lain, sebab boleh jadi yang dihina memiliki derajat yang lebih tinggi di sisi Allah. (Tafsirul Qur’anil Adzim, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1419 H], jilid VII, hal 351).
Lebih lanjut, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menjelaskan bahwa kata “al-Sukhriah” atau mengolok-olok ialah meremehkan dan merendahkan serta menyebutkan aib atau kekurangan (orang lain) dengan tujuan agar menjadi bahan tertawaan baik dengan perbuatan, perkataan ataupun dengan isyarat. (Ihya Ulumiddin, [Jeddah: Darul Minhaj, 2011], jilid V hal 469).
2. Keterbukaan komunikasi antara karyawan dan pimpinan
Keterbukaan komunikasi antar karyawan di suatu bidang pekerjaan juga menjadi salah satu ciri lingkungan pekerjaan yang baik. Ketika pekerja dan pimpinan saling terbuka dalam berkomunikasi, hal ini akan membangun integritas yang kuat dan menciptakan lingkungan kerja yang positif serta inovatif.
Komunikasi yang terbuka memungkinkan setiap individu untuk merasa didengar, memahami peran masing-masing, dan bekerja menuju tujuan bersama dengan penuh kepercayaan.
Sebaliknya, jika tempat kerja didominasi oleh karyawan atau pimpinan yang lebih mengedepankan prasangka buruk tanpa keterbukaan, akan muncul situasi di mana kesalahpahaman menjadi hal yang lumrah.
Hal ini dapat berujung pada budaya saling menyalahkan yang merusak semangat kerja sama. Tanpa komunikasi yang efektif, akar permasalahan sering kali tidak terpecahkan, yang pada akhirnya menghambat inovasi dan perkembangan.
Oleh karena itu, keterbukaan dalam komunikasi bukan hanya penting untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk membangun budaya kerja yang kolaboratif dan harmonis. Allah ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hujurat: 12)
Ayat di atas menjelaskan larangan untuk menjauhi banyak prasangka kepada sesama, terutama prasangka buruk kepada orang lain, apalagi menggunjingkan orang lain.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini memberikan pemahaman kepada kita untuk selalu berhati-hati pada setiap prasangka yang muncul hingga diketahui kebenarannya. Umat Islam seharusnya selalu berprasangka baik kepada Allah dan orang-orang beriman. (Marah Labid, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1417 H], jilid II, hal 439).
3. Tempat kerja dan teman yang mendukung untuk berkembang
Karakter lingkungan kerja yang baik selanjutnya ialah lingkungan kerja yang mendukung pegawainya untuk selalu berkembang. Pemimpin yang progresif dan teman kerja yang baik saling berintegrasi, dan saling mendukung satu sama lain untuk selalu melakukan inovasi menuju kebaikan bersama. Hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 2 berikut:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.” (Qs. Al-Maidah: 2)
Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat di atas merupakan perintah Allah kepada orang-orang beriman untuk saling membantu dalam kebaikan dan takwa. Kebaikan yang dimaksud di sini ialah pekerjaan yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan, sedangkan takwa yang dimaksud ialah menjaga diri dari melakukan yang dilarang oleh Allah ta’ala. (Jami'ul Bayan ‘an Takwili ayil Qur’an, [Makkah, Darut Turabiyah wat Turats, tt], jilid IX, hal 490).
4. Pemimpin dan karyawan amanah dalam pekerjaannya
Ciri lingkungan kerja yang sehat selanjutnya ialah pemimpin dan karyawan yang menjalankan tugas dengan baik dan menjaga amanah pekerjaannya. Pemimpin yang bertanggung jawab akan selalu memastikan bahwa setiap keputusan dan tindakan yang diambilnya sejalan dengan nilai-nilai kejujuran dan transparansi.
Demikian pula, karyawan yang menjaga amanah dalam pekerjaannya akan selalu bekerja dengan integritas, mengedepankan profesionalisme, dan berupaya untuk memberikan kontribusi terbaik mereka. Allah ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (Qs. Al-Anfal: 27).
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsirul Jalalain menjelaskan bahwa amanat yang dimaksud pada ayat di atas ialah meliputi amanat agama dan yang lainnya, termasuk amanat pekerjaan. Beliau berkata:
مَا ائْتُمِنْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ الدين وغيره
Artinya, “Amanat yang dimaksud ialah sesuatu yang dipercayakan kepada kalian meliputi agama dan urusan lainnya.” (Tafsirul Jalalain, [Kairo: Darul Hadits, tt], hal 231).
Oleh karenanya, menjaga amanat dengan baik dalam pekerjaan adalah bagian dari perintah agama. Setiap tindakan yang dilakukan dalam lingkup pekerjaan tidak hanya dinilai dari segi profesional, tetapi juga merupakan wujud tanggung jawab moral dan spiritual.
Kesimpulannya, lingkungan akan membentuk pribadi setiap orang di dalamnya, termasuk lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang memiliki suasana positif akan membentuk pribadi pekerja yang baik dan berkembang.
Begitu juga sebaliknya, lingkungan kerja yang buruk hanya akan meninggalkan kenangan hitam yang membekas di benak para pekerja. Wallahu a'lam
Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon.
Terpopuler
1
Pengurus JATMAN 2025-2030 Terima SK Kepengurusan dari PBNU
2
Hukum dan Tata Cara Shalat Sunnah pada Malam Nisfu Syaban
3
Arifatul Choiri Fauzi Pimpin PP Muslimat NU Periode 2025-2030
4
Profil Arifatul Choiri Fauzi, Nakhoda Baru PP Muslimat NU 2025-2030
5
4 Ragam Membaca Yasin pada Malam Nisfu Sya'ban
6
Khutbah Jumat: Beramallah, Rezeki Kita akan Berkah dan Bertambah
Terkini
Lihat Semua