Efek Sosial Hoaks Menurut Al-Imam Al-Mawardi
NU Online · Jumat, 2 Maret 2018 | 15:15 WIB
Penyebar hoaks yang melakukan aksinya berkali-kali secara tidak bertanggung jawab di media sosial untuk menciptakan kaos, kondisi kacau-balau, mendapat teguran tegas dari Allah SWT sebagai Surat Ali Imran ayat 61 berikut ini:
Artinya, “Mari kita ber-mubahalah agar laknat Allah jatuh menimpa mereka yang berdusta.”
Mubahalah adalah masing-masing pihak di antara mereka yang berbeda pendapat untuk berdoa sungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan laknat-Nya kepada pihak yang berdusta.
Pada Surat An-Nahl ayat 105, Allah mengaitkan pembuat atau penyebar berita bohong dan krisis keimanan terhadap ayat-ayat suci:
Artinya, “Orang yang mengada-adakan kebohongan itu hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka itulah pembohong,” (Surat An-Nahl ayat 105).
Hubungan pembuat atau penyebar berita bohong dan krisis keimanan ini juga disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam riwayat hadits berikut ini:
Artinya, “Sofwan bin Salim meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah ditanya, ‘Bisakah seorang Mukmin adalah penakut?’ ‘Bisa jadi,’ jawab Nabi SAW. ‘Dapatkah orang beriman itu adalah orang yang kikir?’ ‘Boleh jadi,’ kata Nabi SAW. ‘Mungkinkah orang beriman itu adalah pendusta?’ ‘Tidak mungkin,’” jawab Rasulullah SAW.
Berita bohong atau hoaks tidak melulu memuat 100% kebohongan. Hoaks bisa jadi merupakan pelintiran berita benar atau jahitan antara berita benar. Hal ini pernah disampaikan oleh Sahabat Ibnu Abbas RA ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 42 sebagaimana dikutip dalam riwayat berikut ini:
Artinya, “Ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 42, yaitu ‘Janganlah kalian mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan,’ Ibnu Abbas RA mengatakan, ‘Janganlah kalian mencampur kejujuran dengan kebohongan,’” (Lihat Al-Imam Al-Mawardi, Adabud Dunya wad Din, [Beirut: Darul Fikr, 1992 M/1412 H], halaman 191).
Mengapa berita bohong mendapat tempat luar biasa kejinya dalam pandangan agama? Di mana letak keburukan atau kejahatan berita palsu? Kejahatan hoaks terletak pada manipulasi kebenaran yang menyesatkan kesadaran penerima pesan dalam mengambil sikap atau menjatuhkan sebuah pilihan sebagaimana dikutip dari Adabud Dunya wad Din karya Al-Imam Al-Mawardi berikut ini:
Artinya, “Dikatakan dalam Mantsurul Hikam bahwa pendusta adalah ‘pencuri’. Kalau pencuri itu mengambil hartamu, maka pendusta itu mencuri akalmu,” (Lihat Al-Imam Al-Mawardi, Adabud Dunya wad Din, [Beirut: Darul Fikr, 1992 M/1412 H], halaman 191).
Lebih lanjut Al-Imam Al-Mawardi secara sosiologis mencoba mengikuti jalan panjang berita hoaks atau informasi palsu hingga muaranya yang ia sebut hilangnya rasa aman dan rasa tenteram. Yang ada kecurigaan, waswas, dan ketegangan.
Artinya, “Bohong itu pusat kejahatan dan asal segala perilaku tercela karena keburukan konsekuensi dan kekejian dampaknya. Bohong melahirkan adu domba. Adu domba menghasilkan kebencian. Kebencian mengundang permusuhan. Di dalam suasana permusuhan tidak ada rasa aman dan relaksasi,” (Lihat Al-Imam Al-Mawardi, Adabud Dunya wad Din, [Beirut: Darul Fikr, 1992 M/1412 H], halaman 191).
Uraian di atas memang tidak sepenuhnya benar, tetapi hampir semua keterangan ini kerap kita jumpai dalam pengalaman keseharian kita di era media sosial sekarang ini. Wallahu a ‘lam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
5
PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan
6
Kisah Di Balik Turunnya Ayat Al-Qur'an tentang Tuduhan Zina
Terkini
Lihat Semua