Hikmah

Kisah Dispensasi Siksa Abu Lahab Karena Bahagia atas Kelahiran Nabi

Rabu, 18 September 2024 | 10:00 WIB

Kisah Dispensasi Siksa Abu Lahab Karena Bahagia atas Kelahiran Nabi

Ilustrasi neraka. Sumber: Canva/NU Online

Abu Lahab, nama aslinya sebagaimana dicatat oleh Thahir bin Asyur, adalah Abdul Uzza bin Abdul Mutthalib, salah satu dari paman Nabi Muhammad. Nama panggilannya adalah Abu 'Utbah, yang diambil dari nama anaknya. Nama panggilan yang lebih dikenal dan tercatat dalam Al-Qur’an adalah Abu Lahab. 


Nama ini lebih terkenal karena ketampanan wajahnya yang menyerupai api yang membara. Nama ini juga relevan dalam konteks surat Al-Masad, yang membahas ancaman siksaan neraka bagi Abu Lahab menurut Ibnu Asyur, karena arti Lahab sendiri adalah lidah api yang membara tanpa asap. (Muhammad Tahir bin Asyur, At-Tahrir wat Tanwir, [Tunisia, Maktabah Dar Tunisia, 1984], jilid XXX, hal. 601).


Terdapat kisah tentang Abu Lahab yang sering dibahas oleh para pemuka agama Islam ketika momentum bulan Maulid, yakni tentang dispensasi siksaan bagi Abu Lahab setiap hari Senin karena ia merasa gembira ketika mendengar berita kelahiran Nabi Muhammad.


Kisah ini diriwayatkan di beberapa kitab hadits, seperti dalam Sahih Bukhari berikut:


قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ


Artinya, “Urwah bin Zubair mengatakan bahwa Tsuwaibah adalah budak wanita Abu Lahab yang dimerdekakan karena menyusui Nabi Muhammad. Ketika Abu Lahab meninggal dunia, sebagian keluarganya bermimpi didatanginya dengan kondisi yang sangat buruk. Mereka bertanya kepada Abu Lahab, 'Apa yang kamu alami?' Abu Lahab menjawab, 'Aku tidak mendapatkan apa pun kecuali aku diberi minum dari ini (rongga di bawah ibu jari) sebab aku telah memerdekakan Tsuwaibah'.” (HR. Bukhari, No. 5101).


Al-Jazari juga meriwayatkan kisah ini dalam Jami’ul Ushul fi Ahaditsir Rasul dengan menambahkan detail sebagai berikut:


قال عروة : «وثويبة مولاة أبي لهب. وكان أعتقها حين بَشَّرته بميلاد رسول الله -صلى الله عليه وسلم-. فأرضَعَتْ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-. فلما مات أبو لهب كافرا ، رآه العباس في المنام بعدما أسلمَ العباسُ بشرِّ حيبة ، فقال له: ماذا لقيت ؟ قال: لم ألق خيرا بعدكم ، غير أني سُقيت - أو قال : أُسْقَى في هذه ، يعني : نُقْرَة إِبهاميه - كل ليلة اثنين بعتاقتي ثويبة.


Artinya, “Urwah mengatakan bahwa Tsuwaibah adalah budak perempuan Abu Lahab yang dimerdekakan setelah memberikan kabar gembira kepada Abu Lahab tentang kelahiran Rasulullah, kemudian ia menyusui Rasulullah. Ketika Abu Lahab meninggal dunia dalam keadaan kafir, Abbas bin Abdul Muthalib setelah masuk Islam bermimpi bertemu Abu Lahab dalam kondisi mengenaskan. Ia bertanya, 'Apa yang kau alami?' Abu Lahab menjawab, 'Aku tidak mendapatkan kebaikan sama sekali setelah meninggal dunia, selain aku diberi minum dari ini (rongga bawah ibu jariku) setiap hari Senin karena aku memerdekakan Tsuwaibah'.” (Al-Mubarak bin Muhammad Ibnu Atsir al-Jazari, Jami’ul Ushul fi Ahaditsir Rasul, jilid XI, hal. 476).


Kisah ini masyhur diriwayatkan oleh beberapa pakar hadits dan pakar sejarah, seperti disebutkan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam Haulal Ihtifal bi Dzkra Maulidin Nabawi al-Syarif, di antaranya adalah riwayat Al-Bukhari, Abdurrazaq al-Shan’ani dalam Al-Mushannaf (7/478), al-Baihaqi dalam Dalail, Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah (1/226), Ibnu Dabi’ al-Syaibani dalam Hadaiqul Anwar (1/134), dan lainnya. (Muhammad bin Alawi al-Maliki, Haulal Ihtifal bi Dzkra Maulidin Nabawis Syarif, [Beirut: Maktabah al-Ashriyah, 2010], hal. 23).


Para ulama fiqih juga banyak yang mengutip kisah ini, bahkan menjadikannya sebagai dalil pendukung keutamaan membaca Maulid Nabi. Seperti yang dicatat oleh Asy-Syarwani tentang syair Nashiruddin al-Baghdadi terkait kisah ini sebagai berikut:


ثُمَّ ذُكِرَ أَنَّ الْحَافِظَ ابْنَ نَاصِرِ الدِّينِ فِي كِتَابِهِ الْمُسَمَّى بِوِرْدِ الصَّادِي فِي مَوْلِدِ الْهَادِي قَدْ صَحَّ أَنَّ أَبَا لَهَبٍ يُخَفَّفُ عَنْهُ عَذَابُ النَّارِ فِي مِثْلِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ لِإِعْتَاقِهِ ثُوَيْبَةَ سُرُورًا بِمِيلَادِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ أَنْشَدَ

إذَا كَانَ هَذَا كَافِرًا جَاءَ ذَمُّهُ
وَتَبَّتْ يَدَاهُ فِي الْجَحِيمِ مُخَلَّدَا
أَتَى أَنَّهُ فِي يَوْمِ الِاثْنَيْنِ دَائِمًا
يُخَفَّفُ عَنْهُ لِلسُّرُورِ لِأَحْمَدَا
فَمَا الظَّنُّ بِالْعَبْدِ الَّذِي كَانَ عُمْرُهُ
بِأَحْمَدَ مَسْرُورًا وَمَاتَ مُوَحِّدَا .انْتَهَى

Artinya, “Al-Hafidz Ibnu Nashiruddin mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Wardush Shadi fi Maulidil Hadi, telah sahih bahwa Abu Lahab mendapatkan dispensasi siksaan neraka setiap hari Senin karena telah memerdekakan Tsuwaibah sebagai bentuk kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad. Kemudian dia bersyair sebagai berikut:

 

“Jika orang ini adalah seorang kafir yang tercela,
Dan tangannya celaka di dalam neraka Jahim selamanya,
Namun setiap hari Senin siksaan dikurangi baginya,
Karena kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad,
Maka bagaimana dengan hamba yang seluruh hidupnya
Berbahagia atas kelahiran Nabi Muhammad dan mati dalam keadaan bertauhid?”

(Abdul Hamid al-Syarwani, Hawasyi al-Syarwani wa Ibnu Qasim al-Abbadi, [Beirut: Darul Fikr, 2019], jilid VII, hal. 495).


Kisah ini menunjukkan bahwa berbahagia atas kelahiran manusia yang paling mulia di semesta alam adalah suatu kebaikan yang kelak akan mendatangkan pahala yang besar dan melimpah.


Bayangkan saja, sebagaimana syair Ibnu Nashiruddin al-Baghdadi, bahwa Abu Lahab, yang namanya tercantum dalam Al-Qur’an dan jelas bahwa dia dimasukkan ke neraka, masih mendapatkan dispensasi siksaan karena berbahagia atas kelahiran Nabi Muhammad.

 

Lantas, bagaimana dengan kita para pembaca yang budiman yang senantiasa membaca shalawat kepada Nabi dan bergembira ketika membaca kisah-kisah hidup Rasulullah, serta InsyaAllah meninggal dalam keadaan beriman? Wallahu a'lam.

 

Ustadz Muh Fiqih Shofiyul Am, Tim LBM MWCNU Tanggulangin  dan Tim Aswaja Center PCNU Sidoarjo.