Khutbah

Khutbah Jumat: Keutamaan Memelihara Shalat dan Memakmurkan Masjid

Rabu, 18 Desember 2024 | 09:00 WIB

Khutbah Jumat: Keutamaan Memelihara Shalat dan Memakmurkan Masjid

Ilustrasi masjid. Sumber: Canva/NU Online

Kita diperintah tak hanya sekadar menunaikan shalat, tetapi juga memeliharanya dengan baik dan optimal, baik dari aspek waktu, tempat, maupun caranya. Begitu pun kita diperintahkan untuk memelihara masjid dan meramaikannya, karena masjid merupakan salah satu tempat untuk menampakkan syiar Islam di bumi Allah.

 

Maka khutbah Jumat yang berjudul “Keutamaan Memelihara Shalat dan Memakmurkan Masjid” kali ini akan mengulas keutamaan memelihara shalat dari sisi waktu, tempat, dan cara. Selain itu, juga akan diutarakan bagaimana keutamaan shalat di masjid dan memakmurkan masjid itu sendiri.  

 

Untuk mencetak, silakan klik fitur download berwarna merah pada desktop yang ada pada bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat! 


Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا إِلَى دِيْنِ الْإِسْلَامِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِ الَّذِيْ دَعَانَا إِلَى دِيْنِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَيَّامِ


أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِي قَائِلَهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الزِّحَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْأَنَامِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ


أُوْصِيُكُمْ عِبَادَ اللهِ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحُثُّكُمْ وَإِيَّايَ عَلَى طَاعَةِ اللهِ وَعَلَى طَاعَةِ رَسُوْلِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ لَعَلَّكُمْ تُقْلِحُوْنَ 

Sidang Jumat rahimakumullah 

   
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke Hadirat Allah swt. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada insan termulia yakni Nabiyana Muhammad saw. beserta keluarga, para sahabat, tabiin dan atba'ut tabi'in-nya, hingga kepada kita selaku umatnya.  


Sebelum menguraikan khutbah, melalui mimbar yang mulia ini, khatib berpesan, khusus untuk diri khatib sendiri, umumnya untuk jamaah Jumat sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, sebab dengan dua hal itu kita bisa memaksimalkan ketaatan kepada-Nya dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya.


Sidang Jumat rahimakumullah 


Secara eksplisit, perintah menjaga shalat fardhu lima waktu sudah diungkap dalam ayat Al-Quran:
 

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ


Artinya, “Peliharalah semua shalat (fardhu) dan salat wusṭha. Berdirilah karena Allah (dalam shalat) dengan khusyuk,” (QS. Al-Baqarah [2]: 238). 


Dari ayat ini, kita cukup maklum apa yang dimaksud dengan shalat fardhu, yaitu shalat yang lima waktu. Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan shalat wustha

 

Imam Abul Hasan Muqatil bin Sulaiman dalam tafsirnya jilid I, halaman 201 menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan shalat wastha di sana adalah shalat ashar. Secara bahasa, wustha artinya adalah shalat pertengahan, sehingga mungkin atas dasar ini, Imam Abul Hasan memaknainya sebagai shalat Ashar. 


Sementara menurut Imam Asy-Syafi’i, maksud dari shalat wustha di sana adalah shalat subuh. Alasannya, karena shalat subuh merupakan shalat yang banyak terlewatkan karena lelapnya tidur. Lagi pula waktu shalat subuh bersambung dengan waktu sepertiga malam sebagai waktu utama munajat kepada Allah, sehingga kita diperintah untuk menjaganya, sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Imam Asy-Syafi’i Jilid 1, halaman 409.
                   

Ada pula yang berpendapat bahwa shalat wustha itu adalah salah satu shalat lima yang diistimewakan, namun dirahasiakan nama dan waktunya. Hikmahnya agar kita giat menjaga dan menunaikan seluruh shalat yang lima waktu dengan harapan kita meraih keutamaan dan keistimewaan shalat tersebut. Demikian seperti yang diungkap oleh Syekh Nawawi dalam kitab Syarah Nashaihul Ibad, halaman 44.


Sidang Jumat rahimakumullah 

Kaitan dengan masalah memelihara shalat, sepertinya pendapat Syekh Nawawi cukup relevan mengingat dengan menjaga seluruh shalat, insya Allah kita akan meraih keutamaan shalat wustha tersebut. Sebab, shalat wustha sendiri adalah salah satu shalat yang lima, hanya saja waktunya dirahasiakan oleh Allah. 


Di samping itu, secara teknis memelihara shalat bisa dilihat dari aspek waktu, tempat dan caranya. Kaitan dengan masalah waktu, menjaga waktu shalat juga adalah hal yang utama. Ada sejumlah hadits yang menyinggungnya secara langsung, antara lain hadits riwayat Al-Baihaqi:  


أَوَّلُ ‌الْوَقْتِ ‌رِضْوَانُ ‌اللهِ


Artinya, “Awal waktu itu keridhaan Allah.”


Sementara hadits lain menyebutkan saat Rasulullah saw. ditanya, “Amal apa yang paling utama?” Beliau menjawab:


الصَّلَاةُ فِي أَوَّلِ وَقْتِهَا


Artinya, “Shalat pada awal waktunya,” (HR. al-Baihaqi).  


Walhasil, di antara cara memelihara shalat adalah memelihara waktunya, diutamakan pada awal waktu jika tidak ada uzur yang mengharuskannya dilaksanakan pada pertengahan atau akhir waktu.  


Maasyiral Muslimin Sidang Jumat yang dirahmati Allah 


Cara memelihara shalat yang kedua adalah dari aspek tempatnya. Sebagaimana kita ketahui, tempat yang paling utama menunaikan shalat adalah masjid. 


أَنَّ أَحَدَكُمْ ‌إِذَا ‌تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ ‌أَتَى ‌الْمَسْجِدَ، لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ، ولَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ، لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَحُطَّ بِهَا عَنْهُ خَطِيئَةٌ، حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ
 

Artinya, “Sesungguhnya jika salah seorang kalian berwudhu lalu membaguskan wudhunya kemudian mendatangi masjid, tidak ada yang diinginkannya kecuali shalat, tidak ada yang mendorongnya kecuali shalat, maka tidak ia melangkah satu langkah kecuali dia diangkat satu derajat, dan dihapus satu kesalahan karenannya, sampai dia memasuki masjid,” (HR. Ahmad). 


Bahkan, lanjutan hadits itu menyebutkan, selama kita berada di masjid dan menunaikan shalat, serta tidak beranjak dari tempat shalat, tidak batal dan tidak berbicara yang lain, para malaikat akan mendoakannya:


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، اَللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ


Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia, rahamatilah dia, terimalah tobat dia!” 


Sejalan dengan ini, orang yang senantiasa shalat di masjid dan memakmurkan masjid digolongkan Allah sebagai orang yang beriman dan taat kepada-Nya, sebagaimana dalam Al-Quran: 


اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَۗ 


Artinya, “Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan shalat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah,” (QS. At-Taubah [9]: 18).  


Jamaah Jumat yang dirahmati Allah


Terakhir, kita memelihara shalat dari aspek cara pelaksanaannya, yaitu dengan cara berjamaah atau bersama-sama. Shalat berjamaah bisa saja ditunaikan di rumah, namun alangkah lebih utamanya dikerjakan di masjid juga berjamaah. Cukup masyhur hadits yang mengungkap keutamaannya, antara lain hadits yang menyebutkan:


‌صَلَاةُ ‌الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً


Artinya, “Shalat berjamaah mengungguli shalat menyendiri dengan 27 derajat,” (HR. Malik). 
 

Betapa istimewanya shalat yang kita tunaikan dengan berjamaah apalagi kita menunaikannya di masjid. Sampai-sampai keutamannya 27 kali lipat. Lebih istimewa lagi jika shalat berjamaah itu dilakukan secara istiqamah dan terus-menerus, di mana pahalanya menandingi ibadah haji dan dijanjikan akan terbebas dari siksa api neraka, sebagaimana disebutkan dalam hadits: 


مَنْ ‌مَشَى إِلَى صَلَاةٍ ‌مَكْتُوبَةٍ وَهُوَ مُتَطَهِّرٌ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ


Artinya, “Siapa saja yang berangkat shalat fardhu dalam keadaan suci, maka baginya bagaikan pahala orang berhaji yang sedang ihram,” (HR. Abu Dawud). 


مَنْ لَمْ تَفُتْهُ الرَّكْعَةُ الْأُولَى مِنَ الصلَاةِ ‌أَرْبَعِينَ ‌يَوْمًا، كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ


Artinya, “Siapa saja yang tidak ketinggalan rakaat pertama pada shalat (berjamaah), maka dituliskan baginya dua kebebasan: pertama kebebasan dari siksa neraka, kedua kebebasan dari sifat munafik,” (HR. Abdur Razzaq).


Itulah keutamaan shalat berjamaah dalam konteks memelihara shalat secara umum. Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan lainnya, baik secara kesuluruhan shalat maupun shalat-shalat tertentu, seperti shalat berjamaah magrib sama seperti menghidupkan sepertiga malam, shalat isya berjamaah sama seperti menghidupkan separuh malam, sedangkan shalat subuh berjamaah sama seperti menghidupkan seluruh malam. 


Namun, dalam kondisi yang tidak memungkinkan, maka sekurang-kurangnya kita mengutamakan shalat berjamaah subuh, selain shalat subuh merupakan shalat yang paling berat dilaksanakan dan keutamaannya sama seperti menghidupkan malam. Semoga kita dan keturunan kita tergolong orang-orang yang istiqamah dalam menunaikan dan memelihara shalat.


رَبِّ ‌اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنا وَتَقَبَّلْ دُعاءِ،  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ


Khutbah II 


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا  اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَ تَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ، رَبِّ ‌اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنا وَتَقَبَّلْ دُعاءِ،  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

M. Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat