Khutbah

Khutbah Jumat: Memaknai Nusantara Baru, Indonesia Maju

Kamis, 15 Agustus 2024 | 11:30 WIB

Khutbah Jumat: Memaknai Nusantara Baru, Indonesia Maju

Ilustrasi Istana Negara. Sumber: Canva/NU Online

Ada yang spesial pada peringatan Hari Ulang Tahun Ke-79 RI pada tahun 2024 ini. Pada momentum peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ini, pertama kalinya upacara peringatannya dilaksanakan tidak di Istana Merdeka Jakarta namun di Istana Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur. Tahun ini, HUT Ke-79 RI mengangkat tema “Nusantara Baru, Indonesia maju”. Mari kita maknai momentum ini untuk bersyukur atas kemerdekaan, berterima kasih kepada para pejuang, dan mewujudkan kebaikan-kebaikan baru untuk Indonesia yang lebih maju.


Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Memaknai Nusantara Baru, Indonesia Maju". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! 


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ


Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah


Satu dari sekian banyak nikmat Allah yang tak bisa kita hitung satu persatu dan terus kita nikmati sampai saat ini adalah nikmat kemerdekaan, terlepas dari kungkungan penjajahan, dan bisa menikmati udara kebebasan.

 

Sehingga menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan ini biqauli Alhamdulillahirabbil Alamin seraya bertekad kuat untuk mempertahankannya sekaligus mengisinya dengan hal-hal positif untuk kemaslahatan bangsa Indonesia.


Terkait dengan syukur ini, kita sudah diingatkan oleh Allah swt melalui firmannya dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7:


وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ 


Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.


Semua kembali kepada kita. Jika kita bersyukur dengan mengisi kemerdekaan ini melalui karya nyata, maka InsyaAllah nikmat kemerdekaan ini akan terus kita rasakan bersama. Namun jika kita hanya menyuguhkan ‘karya kata’ seperti yang kita sering lihat di media sosial melalui hoaks, ujaran kebencian, dan saling hujat, maka bisa jadi nikmat ini akan diambil oleh Allah dan diganti dengan azab yang pedih dan menyiksa. Naudzubillah min dzalik.


Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah


Syukur atas kemerdekaan juga bisa kita kuatkan dengan tetap berada pada jalur ketentuan Allah swt yakni menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Inilah yang dinamakan dengan takwa. Dengan menguatkan ketakwaan, maka kebaikan-kebaikan dan optimislah yang akan muncul dari jiwa kita dan terwujud dalam laku tindakan kita sehingga kemerdekaan ini bisa diisi dengan hal-hal positif yang mampu membawa kemaslahatan bersama.


Selaras dengan hal ini, pada kesempatan Jumat mulia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul “Memaknai Nusantara Baru, Indonesia Maju”. Tema ini selaras dengan tema besar yang diangkat pada momentum Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-79 Republik Indonesia yakni “Nusantara Baru Indonesia maju”. Tema ini memberi pesan bagi seluruh elemen bangsa untuk optimis dalam menghadapi masa depan baru. Optimisme ini diwujudkan dengan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN).


Perpindahan ke Ibu Kota Nusantara yang ada di Kalimantan Timur ini menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Ikhtiar ini seperti halnya pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saat hijrah dari Kota Makkah menuju Kota Madinah. Sejarah menunjukkan bahwa kejayaan Islam hingga bisa menyebar ke seluruh dunia bermula dari Kota Madinah. Dari Kota Madinah pula, dakwah Nabi Muhammad terus membahana sehingga jumlah umat Islam semakin banyak dan menyebar ke seluruh antero dunia.


Hijrah Nabi ini harus kita jadikan inspirasi menuju Nusantara Baru. Kita semua tentu berharap, perpindahan atau hijrah ibu kota ini menjadi ikhtiar positif untuk mewujudkan pemerataan pembangunan sekaligus menjadi titik tolak terus berkembang dan majunya bangsa Indonesia. Para pahlawan pasti akan tersenyum bahagia di alam sana karena para generasi penerusnya mampu mengisi pembangunan dan kemerdekaan dengan baik.

 

Berbagai macam terobosan baru yang senafas dengan hijrah memang harus terus dilakukan oleh segenap elemen bangsa Indonesia.Tentunya dengan niat hijrah yang positif dan mengharap rahmat dari Allah swt. 


Terkait hijrah ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 218:


اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 


Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."


Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah


Pada momentum kemerdekaan RI, IKN juga menjadi bagian sejarah karena pertama kalinya Upacara Peringatan HUT RI Ke-79 dilaksanakan di sana. Momentum ini juga harus dijadikan sebagai suntikan semangat untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif yang baru. Di era modern saat ini, di mana perkembangan zaman begitu cepat, kita butuh adaptasi dan inovasi dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan pengorbanan jiwa, raga, dan harta. 


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus kita jadikan wasilah terselenggaranya kebaikan. Bukan sebaliknya, kemajuan ilmu dan teknologi malah dijadikan sebagai ajang kejahatan, perpecahan, dan hal-hal negatif lainnya yang akan malah merugikan bangsa kita sendiri. Saatnya dengan ibu kota baru dan peringatan HUT Ke-79 RI ini kita jadikan momentum benar-benar bersyukur atas nikmat kemerdekaan ini. Abul Qasim Al-Qusyairi dalam Kitab ar-Risalatul Qusyairiyyah menjelaskan hakikat syukur:


حَقيقَةُ الشُّكْرِ عِنْدَ أَهْلِ التَّحْقِيقِ اْلِاعْتِرَافُ بِنِعْمَةِ الْمُنْعِمِ عَلَى وَجْهِ الْخُضُوعِ


Artinya, “Hakikat syukur menurut ahli hakikat adalah pengakuan atas nikmat Allah, Zat pemberi nikmat, dengan jalan ketundukan,” 


Dengan mengakui nikmat Allah yang telah dianugerahkan kita, di antaranya nikmat kemerdekaan dan kebebasan, akan menjadi kita jiwa-jiwa yang pandai bersyukur dan mampu memaksimalkan nikmat ini untuk menjalankan misi utama hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah swt.

 

Pastilah akan sulit untuk beribadah dengan tenang dan nyaman jika kita masih dilanda konflik dan peperangan. Keimanan yang kita tancapkan dalam hati akan sulit diwujudkan dalam tindakan jika tidak ada keamanan. Jadi keimanan dan keamanan menjadi satu paket ideal untuk beribadah kepada Allah. 


Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah


Menutup khutbah ini, mari kita senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada para pejuang dan pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan sehingga kita bisa menikmati manisnya keamanan yang kita rasakan saat ini.

 

Rasulullah telah mengingatkan siapa pun yang tidak berterima kasih kepada manusia sesungguhnya ia termasuk orang yang tidak bersyukur kepada Allah. 


لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ


Artinya: “Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).


Semoga spirit Kemerdekaan dan Nusantara Baru, Indonesia Maju bisa benar-benar terwujud. Semoga negara kita akan abadi selamanya dalam kemakmuran dan kesentosaan. Amiin


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً، اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ ﷲ ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا وَلوْ بِشِقِّ تَمْرةٍ. إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ ... ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ  اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ 

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung