Khutbah

Khutbah Jumat: Merawat Keutuhan Keluarga di Era Media Sosial

Jumat, 5 September 2025 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Merawat Keutuhan Keluarga di Era Media Sosial

Ilustrasi media sosial. (Foto: NU Online)

Hadirnya media sosial menuntut setiap muslim, khususnya para pemimpin keluarga, untuk lebih bijak dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Nilai syukur, saling menghargai, amanah, serta keteladanan suami dan istri menjadi kunci agar keluarga tetap sakinah di tengah arus konten yang sering memicu sikap membanding-bandingkan pasangan, dan kelalaian terhadap kewajiban.

 

Naskah Khutbah Jumat ini berjudul, “Khutbah Jumat: Merawat Keutuhan Keluarga di Era Media Sosial” . Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْمَعْبُوْدِ، ذِيْ الْعَطَاءِ وَالمَنِّ وَالْجُوْدِ، وَاهِبِ الْحَيَاةِ وَخَالِقِ الْوُجُوْدِ، اَلْمُتَفَرِّدِ بِالْوَحْدَانِيَّةِ، اَلْمُتَّصِفِ بِالصَّمَدِيَّةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، ذُو الْخُلُقِ الْحَمِيْدِ، وَالرَّأْيِ الرَّشِيْدِ، بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ 

 

أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ: وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah ta’ala. Takwa sebagaimana dirumuskan oleh para ulama, sederhananya adalah menjalan perintah Allah dan menghindari segala larangan-Nya. 

 

Dengan ketakwaan pula, kita semua dapat menjadi pribadi yang teladan untuk membimbing keluarga kita menuju surga Allah, karena Rasulullah telah memberi mandat kepada kita, para pemimpin keluarga, supaya senantiasa bertanggung jawab atas keluarga kita, sebagaimana Nabi Muhammad bersabda:

 

كُلُّكُمْ راعٍ، وكُلُّكُمْ مسئولٌ عنْ رعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ ومسئولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، والرَّجُلُ رَاعٍ في أَهْلِهِ ومسئولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

 

Artinya, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (Hadits Muttafaq ‘alaih).

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Kita hidup di zaman ketika hampir setiap orang memiliki media sosial. Dahulu, apabila seseorang ingin berkomunikasi, ia harus bertatap muka secara langsung. Jika jarak memisahkan dan pertemuan tidak memungkinkan, maka jalan satu-satunya adalah dengan berkirim surat, yang perjalanannya memakan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Namun hari ini, dalam hitungan detik saja, kita dapat berhubungan dan berkomunikasi tanpa batas, meskipun lawan bicara kita berada di belahan bumi yang amat jauh.

 

Namun kini, media sosial tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi atau sekadar tempat bertukar kabar dan pikiran antarindividu. Lebih dari itu, media sosial kini telah menjadi wadah ekspresi bagi banyak orang. Melaluinya, kita dapat menyaksikan beragam curahan hati dan kisah hidup yang dipublikasikan secara terbuka, sehingga hal-hal yang dahulu bersifat pribadi kini seringkali menjadi konsumsi publik. 

 

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, 

Menurut data terbaru, pengguna media sosial di Indonesia pada tahun ini sudah mencapai sekitar seratus empat puluh tiga juta orang, atau hampir separuh dari seluruh penduduk negeri kita. Bahkan, survei juga menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh warga Indonesia, termasuk anak-anak usia sekolah, menggunakan internet untuk membuka media sosial. Angka ini menunjukkan bahwa media sosial sudah sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita, termasuk dalam rumah tangga.

 

Akibat dari tren penggunaan media sosial untuk menyebarkan pembicaraan-pembicaraan pribadi ke ranah publik, terkadang sebagian pasangan suami istri mengalami dampak yang tidak boleh dianggap enteng. 

 

Sering kali pada awalnya seorang suami atau istri merasa hidupnya baik-baik saja. Kebutuhan keluarga tercukupi sebagaimana mestinya, anak-anak dalam keadaan sehat, tempat tinggal layak, orang tua dan mertua dalam kondisi baik. Namun, karena terlalu sering menyaksikan berbagai konten di media sosial, yang menampilkan kemesraan pasangan suami-istri dengan cara yang tidak didapatkannya dari pasangan sendiri, tiba-tiba muncul rasa iri di dalam hati. 

 

Dari rasa iri itu, lahirlah perasaan tidak bersyukur, bahkan timbul anggapan seakan-akan pasangannya tidak menyayangi atau tidak menghormati dirinya, hanya karena membandingkan kehidupannya dengan apa yang tampak di layar media sosial.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Merespons fenomena di atas, kita semua harus mengingat firman Allah ta’ala untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya atas segala kenikmatan. Ingatlah firman Allah berikut ini:

 

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

 

Artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras,” (QS Ibrahim: 7).

 

Syekh Wahbah az-Zuhaili memberikan penjelasan ayat tadi dalam kitab Tafsir al-Munir cetakan Darul Fikr, Beirut, jilid 13, halaman 211, beliau berkata:

 

إِنَّ عِقَابِي أَلِيمٌ وَقْعَةً، شَدِيدٌ تَأْثِيرُهُ وَأَلَمُهُ، فِي الدُّنْيَا بِزَوَالِ تِلْكَ النِّعَمِ، وَسَلْبِهَا عَنْهُمْ

 

Artinya, “Sesungguhnya azab-Ku amat pedih ketika menimpa, besar pengaruh dan sakitnya. Di dunia azab itu tampak dengan lenyapnya berbagai nikmat, serta tercabutnya anugerah-anugerah itu dari mereka.”

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Dari penjelasan Syekh Wahbah tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita, termasuk pasangan hidup, dapat saja dicabut bila kita lalai mensyukurinya. Rasa tidak puas, kebiasaan membanding-bandingkan dengan kehidupan orang lain di media sosial, atau sikap meremehkan kebaikan pasangan, semuanya bisa menjadi sebab hilangnya ketenteraman rumah tangga. 

 

Oleh karena itu, mensyukuri pasangan berarti menjaga nikmat yang Allah titipkan, menghargai perannya, serta menerima kelebihan dan kekurangannya dengan ridha. Syukur inilah yang menjadi benteng keutuhan keluarga, dan dengannya Allah akan menambah keberkahan dalam rumah tangga kita di era media sosial.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Selain itu, media sosial juga dapat melalaikan seorang suami atau istri dari tanggung jawabnya dalam keluarga. Seorang ayah yang terlalu sibuk dengan media sosial bisa lupa akan kewajibannya mencari nafkah yang halal, mengayomi anak-anaknya, serta memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istrinya. 

 

Demikian pula seorang ibu, bila waktunya lebih banyak tersita untuk berselancar di media sosial, maka ia dapat lalai dari kewajiban mendidik anak-anaknya, melayani suaminya dengan baik, serta menjaga keharmonisan rumah tangga. 

 

Padahal, keluarga adalah amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Maka berhati-hatilah, jangan sampai media sosial yang seharusnya menjadi sarana kebaikan, justru berubah menjadi penghalang dalam menunaikan kewajiban kita sebagai suami, istri, dan orang tua.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Hal yang paling mengerikan juga jika orang tua terlena dengan dunia maya adalah kurangnya perhatian kepada anak, atau anak merasa tidak memiliki seseorang yang layak dicontoh di rumahnya. Syekh Ahmad Umar Hasyim dalam kitabnya, al-Usrah fil Islam, bab Janibul Qudwah , halaman 41 menegaskan pentingnya teladan terhadap perkembangan moral anak:

 

إِنَّ جَانِبَ الْقُدْوَةِ فِي تَنْشِئَةِ الطِّفْلِ لَهُ أَكْبَرُ الْأَثَرِ، فِي التَّوْجِيهِ وَفِي بِنَاءِ شَخْصِيَّةِ الطِّفْلِ وَتَرْبِيَتِهِ، وَالْقُدْوَةُ فِي الْأَبِ وَفِي الْأُمِّ هِيَ أَوَّلُ مَا يَقَعُ عَلَيْهِ نَظَرُ الطِّفْلِ قَبْلَ أَيِّ شَيْءٍ فِي الْخَارِجِ، فَقَبْلَ أَنْ يُوَجِّهَهُ إِلَى الْمَدْرَسَةِ أَوْ يَنْزِلَ إِلَى الشَّارِعِ أَوْ يَتَوَجَّهَ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَإِنَّ نَظَرَهُ يَقَعُ أَوَّلَ مَا يَقَعُ عَلَى وَالِدَيْهِ، فِي أَعْمَالِهِمَا وَأَقْوَالِهِمَا وَسُلُوكِهِمَا.

 

Artinya, “Keteladanan memiliki pengaruh terbesar dalam pembentukan anak, baik dalam bimbingan maupun pembentukan kepribadiannya. Keteladanan ayah dan ibu adalah hal pertama yang dilihat anak sebelum ia melihat hal lain di luar rumah. Sebelum ia berangkat ke sekolah, keluar ke jalan, atau pergi ke masjid, pandangan pertamanya selalu tertuju pada kedua orang tuanya, yaitu pada perbuatan, ucapan, dan sikap mereka.”

 

Syekh Ahmad Umar Hasyim juga mengingatkan, “Hal paling penting yang harus diperhatikan orang tua adalah bahwa mereka tidak mungkin menanamkan kejujuran kepada anak jika mereka sendiri tidak jujur dalam ucapan maupun perbuatannya. Anak tidak akan tumbuh jujur hanya karena diajarkan, melainkan harus melihat contoh nyata dari ayah dan ibunya.”

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Marilah kita menjaga keluarga kita dengan penuh tanggung jawab, menjadikan rumah tangga kita sebagai tempat bersemainya iman, kasih sayang, dan teladan yang baik. Jangan biarkan media sosial merenggut perhatian kita dari amanah besar ini. 

 

Syukurilah pasangan hidup yang Allah anugerahkan, didiklah anak-anak kita dengan kejujuran, dan bimbinglah mereka dengan kasih sayang. Ingatlah, keluarga adalah titipan Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya. 

 

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang bersyukur, suami-istri yang saling menghargai, dan orang tua yang amanah dalam membina putra-putri kita, hingga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, serta dikumpulkan kembali oleh Allah di surga-Nya yang penuh rahmat. Amiin ya rabbal ‘alamin.

 

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنا ويَرْضَى، لَهُ الْحَمْدُ فِي الدُّنيَا وَالأُخْرَى، لَا نُحْصِي ثَنَاءً عَلَى رَبِّنَا هُوَ كَمَا أَثْنَى عَلَى نَفْسِهِ بِأَسْمَائِه الْحُسْنَى وَصِفَاتِهِ الْعُلَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُوْ الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ، لَا يُعْجِزُهُ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّماءِ، وَأَشْهَدُ أنَّ نَبِيَّنَا وَسَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُصْطَفَى الْمَبْعُوْثُ بِالرَّحْمَةِ وَالْهُدَى، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَخَلِيْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ البَرَرةِ الْأَتْقِيَاءِ

 

أمَّا بعدُ: فَاتَّقُوا اللهَ ـ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ بِفِعْلِ مَا أَمَرَكُمْ بِهِ، وَتَرْكِ مَا نَهَاكُمْ عَنْهُ؛ فَمَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ، وَصَرَفَ عَنْهُ مِنَ الْمَهَالِكِ وَالشُّرُوْرِ مَا يَخشَاهُ، وَأَحْسَنَ عَاقِبتَهُ فِي دُنْيَاهُ وَأُخْرَاهُ، فَجَعَلَ الجَنَّةَ مَأْوَاهُ. وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

 

Amien Nurhakim, Redaktur Keislaman NU Online dan Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas PTIQ Jakarta.

 
Konten ini merupakan kerja sama Program Family Orientation at the Mosque’s Site (FOREMOST), yang diinisiasi oleh Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Pusat serta Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Pusat, Bimas Islam Kementerian Agama RI.