Khutbah

Khutbah Jumat: Maulid Nabi dan 4 Sifat Teladan Rasulullah bagi Para Pemimpin

NU Online  ·  Kamis, 4 September 2025 | 11:00 WIB

Khutbah Jumat: Maulid Nabi dan 4 Sifat Teladan Rasulullah bagi Para Pemimpin

Ilustrasi kaligrafi Muhammad. Sumber: Canva/NU Online.

Kelahiran Rasulullah SAW menjadi momentum untuk meneladani sifat-sifat agung beliau di antaranya mampu merasakan penderitaan rakyatnya, selalu menginginkan keselamatan bagi mereka, bersikap lemah lembut, serta penuh kasih sayang. Sifat ini menjadi pedoman penting bagi setiap pemimpin agar kepemimpinan yang dijalankan tidak hanya berorientasi pada kekuasaan semata, tetapi juga membawa keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian bagi seluruh masyarakat.


Naskah Khutbah Jumat ini berjudul, “Khutbah Jumat: Maulid Nabi dan 4 Sifat Teladan Rasulullah bagi Para Pemimpin”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَعَزَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَأَذَلَّ الْكَافِرِيْنَ، وَنَصَرَ عِبَادَهُ الْمُوَحِّدِيْنَ، وَجَعَلَ فِي طَاعَتِهِ سَعَادَةَ الْمُتَّقِيْنَ، وَفِي عِصْيَانِهِ هَلَاكَ الظَّالِمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِلٰهُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الصَّادِقُ الْأَمِينُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ الطَّاهِرِينَ، وَأَصْحَابِهِ الرَّاشِدِينَ، وَمَنْ سَارَ عَلَىٰ دَرْبِهِمْ وَاتَّبَعَ نَهْجَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَقَدْ قَالَ: لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِࣖ 


Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah,

Wasiat takwa menjadi hal penting dan harus disampaikan oleh para khatib dalam khutbahnya. Selain sebagai rukun dalam khutbah Jumat, wasiat takwa juga menjadi pengingat agar kita senantiasa berada dalam jalan yang tepat yang diridhai oleh Allah. Oleh karena itu mari kuatkan takwa kita dalam wujud senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.


Semoga dengan kuatnya takwa dalam diri kita akan menjadi wasilah dibukakannya pintu-pintu solusi bagi setiap permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan di dunia ini. Allah berfriman:


وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ


Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.” (QS At-Thalaq: 2).


Perintah takwa juga sudah diingatkan oleh Rasulullah dalam haditsnya:


اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ


Artinya: “Betakwalah kalian di mana pun kalian berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan yang mana itu bisa menghapusnya, dan pergaulilah orang-orang dengan akhlak yang baik,” (HR Imam At-Turmudzi)


Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah,

Pada kesempatan mulia ini, khatib akan menyampaikan materi khutbah yang mengangkat tema tentang pentingnya para pemimpin untuk meneladani 5 sifat Nabi Muhammad yang termaktub dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 128:


لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ 


Artinya: “Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.”


Meneladani sifat-sifat Nabi ini sangat penting, terlebih saat ini kita berada di bulan kelahiran Nabi Muhammad yakni bulan Rabiul Awwal. Kelahiran Nabi bisa menjadi momentum tepat untuk meneladani banyak sisi kehidupan beliau untuk dijadikan pedoman dalam hidup setiap umat Islam, khususnya terkait dengan kepribadian dan kepemimpinan nabi. 


Hal ini juga sangat penting bagi kita untuk menjadi renungan karena akhir-akhir ini kita rasakan semakin sulit menemukan dan memiliki pemimpin yang bisa dijadikan teladan serta benar-benar menyatu spiritnya dengan yang dipimpinnya. 


Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah,

Bagi umat Islam, kepemimpinan adalah amanah besar yang menyangkut urusan umat. Seorang pemimpin bukan hanya mengatur dan mengarahkan, tetapi juga membawa nilai, visi, dan aspirasi dari yang dipimpinnya. Dalam Surat At-Taubah ayat 128 ini, Allah SWT menegaskan sifat-sifat agung Nabi Muhammad SAW yang patut dijadikan pedoman oleh setiap pemimpin.


Pertama adalah عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ (Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami). Dalam ayat ini bisa dipahami bahwa Nabi Muhammad memiliki sifat mampu merasakan penderitaan rakyat. Hal ini sangat penting dicontoh para pemimpin. 


Pemimpin sejati tidak tega melihat rakyatnya menderita. Pemimpin sejati ikut merasakan beban ketika rakyat kesulitan, baik dalam urusan ekonomi, sosial,dan sebagainya. Dengan empati yang mendalam, pemimpin akan terdorong untuk mencari solusi nyata, bukan hanya memberikan janji yang tak kunjung terealisasi.


Kedua adalah حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ  (sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu). Rasulullah saw selalu mengharapkan kebaikan dan keselamatan bagi umatnya. Demikian pula seorang pemimpin. Ia harus memiliki tekad kuat agar rakyatnya hidup dalam kesejahteraan, kedamaian, dan terhindar dari kebinasaan. Seorang pemimpin tidak boleh hanya memikirkan kepentingan pribadi atau kelompok, melainkan keselamatan bangsa secara menyeluruh.


Dalam kaidah fiqih, disebutkan:


تَصَرُّفُ اْلإمَام عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ


Artinya: ”Tindakan penguasa terhadap rakyat harus terarah untuk mencapai kemaslahatan.”


Ketiga adalah lemah lembut رَءُوْفٌ (penyantun). Kelembutan adalah kekuatan moral seorang pemimpin. Dengan sikap santun, pemimpin bisa menenangkan kegelisahan rakyat dan meredam konflik. Kelembutan tidak berarti lemah, melainkan menunjukkan kebijaksanaan dalam bertindak. 


Pemimpin yang santun senantiasa mampu memberikan pernyataan dengan diksi dan kata yang tepat. Pemimpin yang santun bukan hanya bisa memberi mauidzah hasanah namun juga mampu memberi uswatun hasanah.


Keempat adalah رَّحِيْمٌ  (Penuh kasih sayang). Kasih sayang adalah dasar bagi setiap kebijakan. Pemimpin yang penuh kasih dan sayang akan memutuskan sesuatu dengan memperhatikan dampaknya bagi rakyat kecil, kaum lemah, dan mereka yang membutuhkan perlindungan. Kasih sayang mencegah seorang pemimpin berlaku zalim, sekaligus menjadikan kepemimpinannya dirasakan sebagai rahmat.


Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah,


Dalam Islam, kepemimpinan bukan sekadar jabatan, tetapi amanah yang harus dijalankan dengan empati, kasih sayang, dan keberpihakan pada rakyat. Rasulullah saw adalah teladan utama seorang pemimpin karena dekat dengan umat, peduli terhadap penderitaan mereka, mengharapkan keselamatan mereka, serta memimpin dengan kelembutan dan kasih sayang.


Jika sifat-sifat ini dihidupkan oleh para pemimpin hari ini, maka kepemimpinan tidak hanya menjadi alat kekuasaan, melainkan jalan menghadirkan keadilan, kesejahteraan, kemakmuran, dan kedamaian bagi seluruh rakyat.


Surat At-Taubah ayat 128 memberikan gambaran kepada kita bahwa Rasulullah adalah pribadi dan pemimpin yang ideal dan sangat menyayangi umatnya. Hal ini juga dibuktikan dengan riwayat yang menyebutkan bahwa di akhir hayatnya, yang terucap dari lisan Rasulullah adalah kalimat “Umatku, umatku!...”. Inilah wujud cintanya beliau kepada kita semua.


Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah,


Mengakhiri khutbah ini, pada momentum Maulid Nabi ini mari kita senantiasa meneladani sifat-sifat beliau dalam hal kepemimpinan. Kita perlu sadari juga bahwa setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban dari kepemimpinan kita. Rasulullah bersabda:


أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ


Artinya: "Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin.” (HR al-Bukhari).


بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى


وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللّٰهِ،إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ


H Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.