Hikmah

Penderita Lepra, Orang Botak, dan Si Buta dalam Cerita Rasulullah

Sen, 24 Juli 2017 | 08:00 WIB

Penderita Lepra, Orang Botak, dan Si Buta dalam Cerita Rasulullah

Ilustrasi (youtube)

Rasulullah pernah bercerita tentang tiga orang dari Bani Israil, masing-masing adalah penderita lepra, orang berkepala botak, dan orang buta. Kepada ketiganya Allah suatu kali memberikan ujian dengan mengutus malaikat.

Dalam wujud manusia, malaikat itu menghampiri pengidap penyakit lepra atau semacam kudis akut. Kepadanya, malaikat bertanya, “Apa yang paling kau inginkan?”

“Rupa yang bagus, kulit yang mulus, dan penyakit yang lenyapnya penyakit yang menjijikkan banyak orang ini dari diriku,” jawab penderita lepra tersebut.

Diusaplah tubuh orang itu dan seketika penyakitnya hilang. Keinginannya terkabul: kini ia memiliki rupa dan kulit yang indah.

“Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?”

“Unta.”

Maka diberilah seekor unta bunting. Malaikat yang menjelma manusia itu pun berdoa, “Semoga Allah melimpahkan berkah kepadamu dengan unta ini.”

Selanjutnya si malaikat mendatangi orang berkepala botak lantaran suatu penyakit. Orang ini menerima pernyataan yang sama, “Apa yang paling kau inginkan?”

“Rambut yang bagus dan hilangnya penyakit yang menjijikkan banyak orang ini.”

Malaikat mengusap kepalanya dan seketika itu hilanglah penyakitnya. Rambut yang ia idam-idamkan pun terkabulkan. Malaikat lantas bertanya lagi, “Harta apakah yang kamu senangi?”

“Sapi,” jawab lelaki yang semula berkepala botak itu.

Seekor sapi hamil diberikan sembari mengiringinya dengan doa, “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”

Selepas penderita lepra dan kepala botak itu, giliran si malaikat mengunjungi orang buta. Percakapan serupa berlangsung kepada orang ini.

“Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”

“Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang-orang.”

Diusaplah wajah lelaki buta itu dan dalam sekejap Allah mengembalikan fungsi penglihatannya.

Malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Ia menjawab, “Kambing.” Maka diberilah ia seekor kambing yang hendak beranak.

Masa kandungan unta, sapi, dan kambing pemberian itu akhirnya menuai hasil. Masing-masing ternak mendapat perawatan yang baik sehingga beranak pinak dalam jumlah yang besar. Tiap orang dari ketiga orang yang ditemui malaikat tersebut kini memiliki sebanyak satu lembah hewan ternak piaraannya.

Cerita Rasulullah tentang ketiga orang ini tidak berhenti di sini. Karena malaikat kemudian mendatangi masing-masing dari mereka. Namun kali ini malaikat tampil dalam wujud sebagai orang yang menderita.

“Aku ini laki-laki miskin yang tak lagi punya pekerjaan untuk meneruskan perjalananku hari ini kecuali atas pertolongan Allah, lalu pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang bagus, kulit yang mulus, dan kekayaan ini, aku minta kepada anda satu ekor unta saja sebagai bekal meneruskan perjalananku,” pinta malaikat.

“Tanggunganku masih banyak,” jawab mantan pengidap lepra itu.

“Sepertinya aku pernah mengenal anda. Bukankah anda orang yang dulu menderita lepra dan dijauhi banyak orang—fakir yang kemudian Allah karuniakan harta?” kata Malaikat bersandiwara.

“Kekayaan ini aku peroleh secara turun temurun dari leluhurku,” balasnya lagi.

“Jika anda berdusta, Allah akan mengembalikan keadaan anda seperti sediakala,” kata malaikat.

Giliran kepada orang yang semula botak, malaikat tetap melakukan percakapan yang sama. Termasuk meminta pertolongan. Tapi lagi-lagi ia ditolak.

“Jika anda berdusta, Allah akan mengembalikan keadaan anda seperti sediakala,” peringatan itu kembali terlontar.

Kemudian malaikat tadi menghampiri orang yang sebelumnya buta, lalu curhat, “Aku ini laki-laki miskin yang tak lagi punya pekerjaan untuk meneruskan perjalananku hari ini kecuali atas pertolongan Allah, lalu pertolongan anda. Demi Dzat yang telah mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.”

“Sungguh aku semula buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Ambillah kambing itu sesukamu, dan tinggalkan yang tak kau suka. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulitmu dengan sesuatu yang telah kau ambil karena Allah.”

Di akhir cerita, malaikat itu berkata kepada lelaki yang semula buta ini, “Peganglah kekayaanmu, karena sesungguhnya kalian ini hanya diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepadamu, dan murka kepada kedua teman anda.”

Kisah ini tercantum dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. Keterangan bahwa malaikat menjalin kontak dengan menjelma sebagai manusia dijelaskan dalam kitab Dalîlul Fâlihîn li Tuhuruqi Riyâdlish Shâlihîn.

Cerita di atas menerangkan tentang keinginan seseorang untuk keluar dari penderitaan tertentu. Namun, ketika nasib secara lahiriah membaik, seseorang tetap saja dihadapkan dengan dua pilihan sikap: bersyukur atau kufur. Pelajaran dari kisah tiga orang Bani Israil tersebut adalah, bahwa nikmat yang jauh lebih besar dari keindahan fisik dan melimpahnya kekayaan adalah kesadaran untuk mensyukuri nikmat itu sendiri. Realisasinya: ikhlas dan bahagia terhadap apa yang tersedia, termasuk ketika harus dibagi kepada orang lain yang membutuhkan. Wallâhu a‘lam. (Mahbib)