Khutbah

Khutbah Jumat: 4 Sikap Hadapi Beda Pendapat dalam Beragama

Kam, 25 Januari 2024 | 07:00 WIB

Khutbah Jumat: 4 Sikap Hadapi Beda Pendapat dalam Beragama

Beda pendapat. (Foto: NU Online/Freepik)

Perbedaan adalah sunnatullah. Perbedaan dalam kehidupan merupakan desain dari Allah yang harus dihadapi manusia. Untuk menghadapi berbagai perbedaan khususnya terkait pemahaman agama, paling tidak ada 4 sikap yang harus kita kedepankan agar perbedaan tersebut dapat bersanding, bukan saling saing sehingga memunculkan hal-hal negatif.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: 4 Sikap Hadapi Beda Pendapat dalam Beragama”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!



Khutbah I


الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَيْنَا شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ الكِرَامُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِين


Maasyiral Muslimin rahimakumullah,

Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan melaksanakan semua perintah dan kewajiban serta meninggalkan segenap larangan.  


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Seringkali perbedaan pendapat memicu pertengkaran dan konflik. Padahal perbedaan pendapat dalam Islam adalah keniscayaan. Dari dahulu sampai sekarang ada ragam pendapat dalam Islam. Sehingga perlu kedewasaan berpikir dan bijak dalam melihat varian pendapat ulama yang kita baca atau saksikan di mimbar ceramah ataupun di media sosial.  


Perbedaan itu adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat kita hindari, mulai dari perbedaan warna kulit, bahasa, bangsa, jenis kelamin, dan termasuk juga perbedaan pendapat atau pemikiran. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surah ar-Rum ayat 22: 


وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِين


Artinya: "Di Antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui."


Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, 

Fakta yang kita saksikan, paling tidak di media sosial, justru berbanding terbalik dengan keniscayaan dalam perbedaan itu sendiri. Perbedaan pendapat justru membuat orang acapkali saling mencaci, menyesatkan, bahkan mengafirkan. Kata-kata kasar pun dikeluarkan untuk menunjukkan ketidaksetujuan terhadap pendapat yang dilontarkan orang lain yang berbeda. Padahal berkata kasar dalam Islam sangat dilarang. Apalagi bila kata kasar itu menyakiti hati orang lain.


Rasulullah bersabda:


الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ


Artinya: “Muslim adalah orang yang mampu menjaga lisan dan tangannya dari menyakiti orang lain” (HR: Bukhari)


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Paling tidak ada 4 sikap yang harus kita miliki dalam menanggapi perbedaan pendapat, dalam masalah agama ataupun masalah lainnya. 


Pertama, sebelum kita merasa paling benar sendiri atas pendapat yang kita yakini, alangkah lebih baiknya kita memperluas literasi dan bacaan kita terlebih dahulu. Ibnul Qayyim al-Jauziyah mengatakan: "Orang yang berwawasan luas itu cenderung sedikit sekali menyalah-nyalahkan orang lain."


Baru mengerti satu ayat, satu hadits, lantas kita mudah menyalahkan orang lain, yang bahkan belajar agamanya sudah lebih lama dari kita. 


Kedua, sikap yang bisa dikedepankan untuk menyikapi perbedaan adalah mengedepankan toleransi dan tenggang rasa, saling memahami satu sama lain tanpa perlu menghakimi orang lain. Nabi bersabda, “Aku diutus dengan membawa ajaran yang benar serta toleran.” (HR Ahmad)


Sekalipun Nabi tegas memberantas kemaksiatan, akan tetapi Nabi tetap sayang kepada sahabatnya yang masih belum bisa taat di jalan Allah. Hal ini pernah terjadi pada sahabat Nabi yang bernama Nuaiman. Ia merupakan pemabuk, tapi ia tetap mencintai Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, Nabi pun melarang para sahabatnya yang lain mencaci makinya. Dengan mencaci maki, menurut Nabi, itu akan mempermudah setan menjerumuskan Nuaiman tersebut. 


Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Ketiga, saat berbeda pendapat, kita hendaknya mendahulukan dialog daripada ingin merasa menang sendiri. Anjuran berdialog ini terdapat dalam surah al-Nahl ayat 125 yang memerintahkan kita sebagai umat Muslim untuk berdialog dengan cara yang bijaksana, tidak tempramen, dan terbuka terhadap masukan dan kritikan. Terlebih lagi kita ini hidup di era demokrasi yang membolehkan siapa pun berpendapat. 


Keempat, dalam menghadapi perbedaan, kita berupaya untuk mencari titik temu. Dalam bahasa Al-Qur’an, titik temu ini disebut dengan kalimatun sawa. Ini sebagaimana terdapat dalam Surah Ali Imran ayat 64. Dalam era demokrasi, titik temu itu biasanya dapat dilakukan dengan cara memilih suara terbanyak dari hasil diskusi yang sudah dilakukan.


Hadirin yang dirahmati Allah, 

Demikian khutbah singkat pada Jumat yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ   


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


Ustadz Ibnu Kharish, Dosen Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus-Sunnah Ciputat Tangerang Selatan