Syariah

Hari Santri 2023: Adab Santri terhadap Kitab dan Buku

Sel, 24 Oktober 2023 | 06:00 WIB

Hari Santri 2023: Adab Santri terhadap Kitab dan Buku

Foto santri membawa kitab. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Momentum Hari Santri Nasional 2023 ini menjadi salah satu momentum yang sangat tepat untuk mempelajari perihal adab-adab seorang santri terhadap kitab-kitab atau buku. Sebab, kitab dan buku merupakan salah satu penyebab seorang santri bisa mendapatkan ilmu pengetahuan. Tanpanya, para santri akan menemui kesulitan untuk bisa mendapatkan ilmu.


Karena itu, sangat penting untuk menulis kembali adab-adab seorang santri pada kitab dan buku, untuk kembali mengingatkan bahwa para santri juga memiliki kewajiban untuk mempergunakan kitab sesuai dengan adab-adabnya. Sebab, kitab-kitab dan buku-buku yang mereka pelajari juga memiliki hak untuk dimuliakan dan diagungkan. 


Berkaitan dengan hal ini, Imam Burhanuddin az-Zarnuji (wafat 591 H) dalam salah satu kitab populernya, Ta’limul Muta’allim, menjelaskan bahwa adab-adab santri pada kitab-kitab sangat banyak jumlahnya. Di antaranya adalah tidak mengambil atau memegang kitab kecuali dalam keadaan suci,


وَمِنْ تَعْظِيْمِ الْعِلْمِ تَعْظِيْمُ الْكِتَابِ، فَيَنْبَغِي لِطَالِبِ الْعِلْمِ أَلاَّ يَأْخُذَ الْكِتَابَ اِلاَّ بِطَهَارَةٍ


Artinya, “Termasuk dari memuliakan ilmu adalah memuliakan kitab, maka sudah seharusnya bagi pencari ilmu untuk tidak memegang kitab kecuali dalam keadaan suci.”


Dalam penjelasan di atas, sekalipun memegang kitab dalam keadaan suci bukanlah sesuatu yang wajib seperti menyentuh Al-Qur’an, namun hal itu merupakan etika seorang santri dan pencari ilmu. Secara umum, para santri sebaiknya tidak memegang kitab kecuali dalam keadaan suci.


Dikisahkan, bahwa suatu saat Imam Syamsul Aimmah as-Sarkhasi menderita penyakit sakit perut, sehingga ia harus bolak-balik ke kamar mandi untuk buang air besar (BAB) hingga tujuh belas kali. Dan di saat itu pula ia pasti berwudhu agar ketika menyentuh kitab dalam keadaan suci. Ketika ditanya tentang alasan tersebut, kemudian ia menjawab: “Karena ilmu adalah cahaya dan wudhu juga cahaya, sehingga jika keduanya sama-sama dilakukan, maka cahaya akan semakin terang.


Tidak hanya itu, adab-adab seorang santri pada kitab adalah tidak menyelonjorkan kaki pada kitab yang ada di depannya. Etika atau adab lainnya adalah meletakkan kitab tafsir di atas kitab-kitab yang lain serta tidak meletakkan sesuatu di atas kitab,


وَمِنَ التَّعْظِيْمِ الْوَاجِبِ أَلاَّ يَمُدَّ الرِّجْلَ اِلىَ الْكِتَابِ، وَيَضَعُ كُتُبَ التَّفْسِيْرِ فَوْقَ سَائِرِ الْكُتُبِ، وَلاَ يَضَعُ عَلىَ الْكِتَابِ شَيْأً أَخَرَ مِنْ مِحْبَرَةٍ وَغَيْرِهَا


Artinya, “Termasuk dari memuliakan yang wajib (bagi para santri) adalah tidak memanjangkan (menyelonjorkan) kaki pada kitab, meletakkan kitab-kitab tafsir di atas kitab-kitab yang lain, dan tidak meletakkan sesuatu di atas kitab, seperti tempat tinta dan sejenisnya.


Berkaitan dengan hal ini, Imam az-Zarnuji menyebutkan bahwa suatu saat terdapat seorang santri yang meletakkan pen di atas kitabnya. Kemudian gurunya dengan tegas menegur santri itu dan mengatakan bahwa perbuatan semacam itu, yaitu meletakkan sesuatu di atas kitab, merupakan perbuatan yang tidak memuliakan dan tidak mengagungkan ilmu. Tindakan itu juga bisa menjadi penyebab tidak mendapatkan manfaat dan keberkahan ilmu.


Selain itu, adab-adab seorang santri pada kitab adalah memperindah tulisan-tulisan dan maknanya serta tidak menulis sesuatu di dalam kitab dengan tulisan yang sangat kecil. Hal ini karena ketika usia sudah tua dan mata sudah tidak sesehat saat masih muda, maka hal itu akan menjadi penyesalan bagi seorang santri. Hal itu disebabkan karena semua catatan dan makna di dalamnya akan menjadi sia-sia dan tidak bisa dibaca.


Adab yang lain bagi para santri terhadap kitab adalah tidak menulis sesuatu apapun di dalam kitab dengan tinta yang berwarna merah karena hal itu merupakan kebiasaan para filsuf, bukan kebiasaan para ulama salafusshalih.


Itulah beberapa adab-adab penting bagi seorang santri terhadap kitab-kitab dan buku-buku. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.


Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.