Syariah

Hari Santri 2023: Adab Santri terhadap Keluarga Kiai

Sel, 24 Oktober 2023 | 12:00 WIB

Hari Santri 2023: Adab Santri terhadap Keluarga Kiai

Santri bersalaman dengan kiai (Foto: iainutuban)

Membahas tentang adab-adab santri tidak hanya sebatas kepada guru dan kitab-kitabnya saja. Lebih luas dari itu, para santri juga harus memiliki adab terhadap keluarga kiai dan ustadznya. Oleh karena itu, dalam momentum Hari Santri 2023 ini, penulis akan menjelaskan adab santri terhadap keluarga kiainya.


Pembahasan tentang adab santri pada keluarga kiai terkadang masih jarang ditulis dan disampaikan secara umum. Selama ini para santri hanya dituntut untuk memuliakan guru-guru dan kitab-kitabnya saja. Jarang orang yang membahas adab mereka terhadap keluarga gurunya. Padahal, mereka juga memiliki kewajiban untuk memuliakannya.


Berkaitan dengan hal ini, Imam Burhanuddin az-Zarnuji (wafat 591 H) dalam salah satu kitab populernya, Ta’limul Muta’allim, menjelaskan bahwa termasuk dari memuliakan kiai adalah memuliakan keluarganya, baik keluarga disebabkan nasab (keturunan) atau keluarga disebabkan sebab (perantara). Dalam kitabnya ia menjelaskan:


وَمِنْ تَوْقِيْرِهِ تَوْقِيْرُ أَوْلاَدِهِ وَمَنْ يَتَعَلَّقُ بِهِ، سَوَاءٌ تَعَلُّقُهُ بِالنَّسَبِ أَوْ بِالسَّبَبِ


Artinya, “Termasuk dari memuliakan guru adalah dengan memuliakan anak-anaknya, dan orang yang masih memiliki hubungan dengan (guru)nya, baik hubungan secara nasab (keturunan) atau secara sebab (perantara).” (Imam az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim Thariqut Ta’allum, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 48).


Dari penjelasan ini, sangat jelas bahwa bagian dari memuliakan guru adalah memuliakan keluarganya, seperti istri dan anak-anaknya, dan semua orang yang masih memiliki hubungan dengannya. Baik secara nasab seperti anak dan cucunya, ataupun secara sebab, seperti menantu dan lainnya.


Memuliakan keluarga kiai adalah dengan cara berkata sopan kepadanya, berdiri ketika mereka sedang lewat, patuh pada semua perintah-perintahnya selain kemaksiatan. Santri juga tidak diperkenankan membicarakan mereka ketika jauh, dan menjauhi semua perbuatan-perbuatan yang dinilai akan menyakiti hati gurunya. Semua ini harus ditinggalkan, sebagai bentuk adab seorang santri kepada keluarga kiainya.


Berkaitan dengan hal ini, terdapat suatu kisah yang disampaikan oleh Imam Burhanuddin az-Zarnuji perihal pentingnya seorang santri memuliakan keluarga gurunya.


Dikisahkan, bahwa suatu saat terdapat pengajian umum yang dihadiri oleh banyak orang, di tengah-tengah pengajian tersebut, terdapat seorang ulama tersohor yang tiba-tiba berdiri dengan sangat hormat. Melihat reaksi itu, kemudian orang-orang yang hadir pada acara pengajian tersebut bertanya kepadanya perihal alasan kenapa dia berdiri. Kemudian ia menjawab:


اِنَّ ابْنَ أُسْتَاذِيْ يَلْعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ فِي السّكَةِ، فَاِذَا رَأَيْتُهُ أَقُوْمُ لُهُ تَعْظِيْمًا لِأُسْتَاذِيْ


Artinya, “Sungguh anak guruku sedang bermain bersama anak-anak di jalanan. Ketika aku melihatnya, aku langsung berdiri kerena menghormati guruku (orang tua anak kecil tersebut).” (Imam az-Zarnuji, 48).


Tidak hanya itu, Imam az-Zarnuji juga mengisahkan tentang Imam Fakhruddin al-Arsabandi yang merupakan salah satu ulama tersohor pada masanya. Ia merupakan pimpinan dan panutan para ulama di kota Marwa. Para pemimpin dan presiden yang ada di kota tersebut semuanya tunduk dan hormat kepadanya.


Ketika Imam Fakhruddin ditanya oleh murid-muridnya perihal capaian yang istimewa itu, ia menjawab bahwa semua capaian dan keistimewaan yang berhasil ia dapatkan saat itu disebabkan ia memuliakan guru dan keluarganya. Ia adalah orang yang menyediakan semua makanan dan minuman gurunya dan keluarga gurunya.


Itulah beberapa ada seorang santri kepada keluarga kiainya, serta kisah-kisah luar biasa perihal adab para santri kepada mereka. Semua itu tentu menjadi sebuah referensi dan teladan kepada kita semua, khususnya para santri dalam berperilaku dan beretika kepada keluarga kiai kita. Para ulama terdahulu sukses dalam menuntut ilmu karena mereka sangat hormat pada guru dan keluarganya, tidak pernah melawan apa yang diperintahkan oleh mereka.


Demikian penjelasan perihal adab-adab seorang murid kepada keluarga kiainya dan kisah-kisah ulama terdahulu dalam menghormati keluarga gurunya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.


Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.