Khutbah

Khutbah Jumat: Berkata Baik atau Diam Sebagai Barometer Keimanan

NU Online  ·  Kamis, 3 Oktober 2024 | 22:30 WIB

Khutbah Jumat: Berkata Baik atau Diam Sebagai Barometer Keimanan

Ilustrasi berkata baik atau diam. (Foto: NU Online/Freepik)

Di era digital yang serba mudah dalam berkomunikasi saat ini, setiap individu memiliki kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan orang lain dengan sangat luas. Kemudahan ini harus dibatasi dengan etika karena jika tidak, komunikasi bisa ‘beraroma’ negatif dan memunculkan silang sengketa dan debat kusir. Maka berkata dengan baik atau diam menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan dan bisa menjadi barometer keimanan seseorang.

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul “Khutbah Jumat: Berkata Baik atau Diam Sebagai Barometer Keimanan” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! 

 

Khutbah I 

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى :يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا 


 
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat Rahimakumullah.

Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan nikmat hidup di dunia. Kehidupan yang kita jalani harus senantiasa kita manfaatkan untuk beribadah dan menebar kebaikan untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. Ini adalah wujud syukur kita yang diharapkan nikmat ini akan terus ditambah oleh Allah swt. Jangan sampai kita menjadi orang yang kufur nikmat sehingga semua kenikmatan ini akan diambil oleh Allah.

 

Dalam kesempatan ini, kita juga harus senantiasa menyampaikan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw yang merupakan sosok pembawa risalah Allah, yang mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bersyukur dan berupaya menjadi orang yang mampu mewujudkan terselenggaranya kebaikan. 

 

Menjadi keharusan pula bagi khatib untuk senantiasa mengingatkan jamaah, wabil khusus kepada khatib pribadi, untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. Takwa menjadi rambu-rambu yang mengarahkan kita untuk senantiasa menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah swt. Terlebih di era digital saat ini, di mana kita tidak lagi hidup di satu dunia, namun di dua dunia yakni dunia nyata dan dunia maya.

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat Rahimakumullah.

Melalui materi khutbah Jumat kali ini, khatib mengajak kita semua untuk senantiasa bermuamalah dengan baik dalam wujud prilaku dan perkataan, baik itu di dunia maya maupun dunia nyata. Islam pun sangat memperhatikan etika berbicara dan berbuat karena menjadi bagian tidak terpisahkan dari interaksi kita dengan orang lain. Rasulullah saw bersabda:

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَـصمُـتْ 

 

Artinya: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari)

 

Dari hadits ini kita bisa memahami bahwa pentingnya berkata baik dan diam, Rasulullah menyandingkannya dengan keimanan dan secara tidak langsung menjadi gambaran tolok ukur keimanan kita. Dari hal ini kita diajarkan untuk senantiasa berhati-hati dalam berbicara yang dalam konteks era saat ini adalah hati-hati dalam berkomentar seperti di media sosial. Semua yang kita katakan dan tulis di media sosial memiliki dampak konsekuensi yang baik ataupun buruk.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang sering dihadapkan pada situasi yang memerlukan pertimbangan antara berkata atau berdiam diri. Setiap kata yang keluar dari lisan kita harus dipertimbangkan, apakah membawa manfaat atau tidak. Jika tidak ada kebaikan yang bisa disampaikan, maka lebih baik diam. Ini bukan berarti kita tidak boleh berbicara, tetapi harus memastikan bahwa apa yang kita ucapkan itu benar, baik, tidak menyakiti orang lain, dan senantiasa mendatangkan manfaat.

 

Diam merupakan salah satu cara menjaga lisan dari perbuatan dosa. Kita sering mendengar bahwa lisan adalah salah satu penyebab utama manusia tergelincir ke dalam dosa. Berapa banyak perselisihan, permusuhan, bahkan peperangan yang terjadi hanya karena kata-kata yang tidak terkendali. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam.

 

Dalam Al-Qur’an, Allah swt juga menyandingkan perintah berkata yang baik dan benar dengan keimanan dan ketakwaan. Hal ini termaktub dalam surat Al-Ahzab ayat 70-71:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.”

 

Imam Baidhawi dalam Kitab Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan قولا سديدا   yaitu ucapan yang ditujukan untuk tujuan kebenaran, karena hal itu akan mendatangkan beberapa manfaat. Perkataan baik dan benar memotivasi berbuat kebaikan sehingga selalu dalam lindungan Allah. Allah juga akan mengampuni dosa karena selalu memegang keteguhan dalam ucapan maupun perbuatan.

 

Rasulullah SAW juga telah mengingatkan:

 

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللّٰهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

 

Artinya: "Sungguh seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang diridlai Allah, suatu kalimat yang ia tidak mempedulikannya, namun dengannya Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang dibenci oleh Allah, suatu kalimat yang ia tidak meperdulikannya, namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka." (HR. Bukhari)

 

Hadits ini mengingatkan kita bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang sangat besar. Sebuah kata yang baik bisa membawa berkah, sementara kata-kata yang buruk dapat membawa malapetaka. Karena itu, kita harus senantiasa berusaha menjaga lisan dan perbuatan kita agar selalu dalam kebaikan.

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat Rahimakumullah.

Terkait dengan hal ini, Imam as-Syafi’I dalam kitab al-Jawahir al-Lu`lu`iyyah fi Syarhi al-arba’in an-Nawawiyyah karangan al-Imam Muhammad bin Abdillah al-Jardany, menyebutkan bahwa ada tiga hal yang bisa menambah kecerdasan seseorang. Pertama adalah berkumpul atau duduk bersama ulama, kedua adalah berkumpul dengan orang-orang saleh, dan ketiga adalah meninggalkan pembicaraan yang tidak berarti.

 

Oleh karena itu marilah kita menjaga lisan kita dan hanya digunakan untuk hal yang baik dan benar. Jika kita tidak bisa melakukannya, maka solusi yang tepat adalah diam. Semoga Allah swt senantiasa melindungi dan menjauhkan kita dari sifat-sifat tercela yang muncul akibat banyak bicara.

 

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا 

 

Artinya: “Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

 

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 

اللَّهُمَّ صَلَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَةِ المُقَرَّبِينَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانِ وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِي التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِينَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحَدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلاءَ وَالوَبَاءَ وَالزَّلازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَاصَّةً وَسَائِرِ البُلْدَانِ المُسْلِمِينَ عَامَّةً يَا رَبَّ العَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الخَاسِرِينَ

 

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung