Khutbah Jumat: Ikhlas dalam Ibadah Ritual maupun Sosial
NU Online · Rabu, 7 Mei 2025 | 11:15 WIB
Muhammad Tantowi
Kolomnis
Kata ikhlas sering kali terdengar dari berbagai mimbar dakwah. Ikhlas yang disampaikan sering kali identik dengan sebuah perbuatan yang tidak mengharapkan balasan apapun. Ikhlas juga sering kali difokuskan pada ibadah yang bersifat ritual dan sedikit mengabaikan ibadah sosial. Akhirnya, tidak sedikit seorang Muslim yang sangat serius dalam ibadahnya, namun kurang berempati kepada sesama manusia.
Berikut ini adalah khutbah Jumat yang mengulas tentang definisi ikhlas, keutamaan ikhlas serta ikhlas dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلَّهِ كَما يَحْمَدُهُ الشَّاكِرُوْنَ وَيُؤْمِنُ بِهِ الْمُوْقِنُوْنَ ويُقِرُّ بِوَحْدَانِيَّتِهِ الصَّادِقُوْنَ. نَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ وَخَالِقُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِيْنَ وَمُكَلِّفُ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَنَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ مُخْالِصًا لَهُ الدِّيْنَ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ الْمُخْلِصُوْنَ
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Ikhlas dalam beribadah ibarat ruh dalam jasad. Jasad manusia tanpa ruh adalah mayat yang harus segera diurus dan dikebumikan. Demikian juga dalam hal ibadah yang tidak menyertakan ikhlas di hati, maka ibadah tersebut cenderung diabaikan Allah SWT. Dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 Allah SWT berfirman:
وَمَا أُمِرُوَا إِلَّا لِيَعْبُدُواْ اللَّهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Artinya: "Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya".
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' ‘Ulumuddin, Jilid 9, halaman 66, menjelaskan bahwa ikhlas ialah segala perbuatan yang bersih dan murni. Beliau menyatakan, segala sesuatu berpotensi bercampur dengan hal lain. Namun, apabila sesuatu telah terbebas dari segala bentuk campuran, maka itulah yang disebut murni. Perbuatan yang demikian itulah yang disebut ikhlas.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dalam hal beribadah kepada Allah SWT, ikhlas memiliki beberapa tingkatan. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Nawawi al-Bantani, dalam kitab Nuruzh Zhalam halaman 173, bahwa level tertinggi ikhlas adalah beribadah kepada Allah SWT atau beramal sesuatu tanpa adanya ambisi mengejar pahala atau karena ingin berlari menjauh dari siksa-Nya. Akan tetapi beribadah dalam rangka menunjukkan kepantasan diri sebagai hamba dan Allah SWT sebagai Tuhan.
Pada level tertinggi ini, tidak banyak muslim yang mampu mencapainya. Hanya mereka yang dipilih dan dikehendaki oleh Allah SWT yang mampu menerapkannya. Imam al-Ghazali dalam Ihya'-nya jilid 9 halaman 57, mengutip hadits qudsi ini:
اْلإِخْلَاصُ سِرٌّ مِنْ سِرِّي اِسْتَوْدَعْتُهُ قَلْبَ مَنْ أَحْبَبْتُ مِنْ عِبَادِيْ
Artinya: "Ikhlas adalah rahasia dari rahasiaKu yang telah aku titipkan pada hati seorang hambaku yang aku cintai".
Oleh karena ikhlas itu rahasia para jamaah, maka tidak diperkenankan seorang muslim memvonis muslim lainnya sebagai sosok yang tidak ikhlas. Atau sebaliknya, seorang muslim menilai muslim lainnya sebagai sosok yang ikhlas.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Menurut Syekh Nawawi, tingkat ikhlas kedua berlaku bagi seorang muslim yang belum mampu mencapai tingkat ikhlas tertinggi. Pada tingkat ini, seorang muslim beribadah kepada Allah SWT dengan ketaatan, mengharapkan pahala, menghindari dosa, serta bertujuan masuk surga dan selamat dari neraka.
Tingkat ikhlas ini memiliki dasar yang kuat, yaitu sabda Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadits, seorang sahabat bernama an-Nu’man bin Qawqal al-Khaza’i bertanya kepada Nabi, apakah seseorang yang melaksanakan shalat wajib, berpuasa di bulan Ramadan, menghalalkan yang halal, dan mengharamkan yang haram akan masuk surga. Nabi menjawab, “Iya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan dapat ditemukan dalam kitab Al-Wafi fi Syarh al-Arbain al-Nawawi, halaman 159.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Tingkat ikhlas terendah adalah ketika seseorang beribadah atau beramal kepada Allah SWT dengan tujuan duniawi, seperti membaca surah Al-Waqi’ah untuk memperoleh kekayaan. Meskipun demikian, perbuatan ini tetap termasuk dalam kategori ikhlas dan dapat mendatangkan pahala di akhirat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
وَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Artinya, "Sementara itu, orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan Dia berikan pahala mereka dengan sempurna. Allah tidak menyukai orang-orang zalim.". (QS. Ali Imran: 57)
Menurut Imam Ibnu Katsir sebagaimana tertulis dalam tafsirnya jilid III halaman 72, ayat ini menegaskan adanya balasan pahala baik di dunia maupun di akhirat. Balasan di dunia berupa pertolongan Allah dan kemenangan. Sedangkan balasan di akhirat adalah surga-surga yang tinggi.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Ikhlas tidak hanya terbatas pada ibadah yang ditujukan semata-mata kepada Allah SWT, tetapi juga harus hadir dalam setiap aktivitas atau pekerjaan sehari-hari. Ikhlas dalam konteks ini erat kaitannya dengan niat yang tulus dan benar. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, dan merawat keluarga, akan memperoleh pahala besar di sisi Allah SWT jika ia melakukannya dengan niat taat kepada suami dan menyayangi anak-anaknya.
Demikian pula, seorang ayah yang berjualan sayur untuk mencari keuntungan, kemudian menggunakan hasilnya untuk menafkahi istri dan anak-anaknya, atau meniatkan keuntungan tersebut sebagai bekal untuk beribadah kepada Allah SWT, maka pekerjaannya itu menjadi wujud ikhlas.
Begitu juga dalam kehidupan sosial, misalnya seseorang membantu seorang lansia menyeberang jalan dengan niat menjaga keselamatannya, atau sekadar memindahkan duri dari tengah jalan agar pejalan kaki terhindar dari bahaya. Tindakan-tindakan ini merupakan bentuk ikhlas dalam konteks sosial.
Prinsip ini pernah disinggung oleh az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim halaman 66. Ia menegaskan bahwa:
كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ عَمَلِ الدُّنْيَا ثُمَّ يَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَّةِ مِنَ أَعْمَالِ اْلآخِرَةِ
Artinya: "Berapa banyak amal yang menyerupai amal dunia, kemudian menjadi amal akhirat sebab baiknya niat".
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Pada akhirnya, marilah kita berdoa, semoga Allah SWT berkenan menanamkan ikhlas dalam hati kita. Sehingga amal perbuatan kita, baik ibadah yang sifatnya ritual atau sosial, benar-benar bernilai di sisi Allah SWT dan bermanfaat untuk sesama manusia.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَى عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْعِرْفَانِ وَأَكْرَمَهُمْ مِنْ مَزِيْدِ فَضْلِهِ بِرُؤْيَتِهِ فِي الْجِنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْعَلَّامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ أَعْلَى الْمَقَامِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا لَيِّنًا سَدِيْدًا. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّۚ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَتاَبِعِيْهِ وَتَابِعِيْ تَابِعِيْهِ وَمَنْ تَبِعَهُمِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ اسْتُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ اجْبُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ عَافِ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ احْفَظْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مَغْفِرَةً عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فَرَجًا عَاجِلًا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِۙ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ!
Ustadz Muhammad Tantowi, Koordinator Ma'had MTsN 1 Jember
Terpopuler
1
Hukum Vasektomi dalam Islam: Haram atau Boleh dalam Kondisi Tertentu? Ini Penjelasan Ulama dan Fatwa NU
2
Konflik India-Pakistan Memanas: Perang Dua Negeri Saling Balas di Tapal Batas
3
Senyum Jamaah Haji Embarkasi Lombok Tiba di Makkah
4
Indonesia Terlibat Uji Klinis Vaksin TBC M72, PDNU: Langkah Positif Atasi Gejala yang Berat
5
Pisa SC Promosi ke Serie A, Klub Sepak Bola yang Konsisten Dukung Palestina
6
Ikhtiar Nenek Munira Menuju Ka'bah Bermodalkan Dua Petak Sawah
Terkini
Lihat Semua