Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
NU Online · Jumat, 25 April 2025 | 08:00 WIB
Muhammad Faizin
Penulis
Mencampuri urusan orang lain tanpa izin bukan hanya berpotensi menimbulkan konflik, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial, mengganggu privasi, dan mencoreng citra diri sendiri. Meskipun terkadang dilandasi niat baik atau rasa peduli, tindakan ini sering kali disalahartikan dan membawa dampak negatif bagi semua pihak yang terlibat. Karena itu, penting bagi setiap individu untuk belajar menahan diri, menghormati batasan pribadi orang lain, dan fokus memperbaiki urusan sendiri agar tercipta lingkungan sosial yang lebih sehat, saling menghargai, dan harmonis.
Khutbah Jumat ini berjudul: “Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri”. Untuk mencetak, silahkan klik fitur download warna merah di desktop pada bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا، فَصَّلَ وَبَيَّنَ وَقَرَّرَ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا وَمَنْهَجًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ الْأَنَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Menjadi kewajiban bagi kita untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur biqauli: "Alhamdulillah", sebagai wujud terimakasih kepada Allah swt yang telah menganugerahkan nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu. Semoga kita senantiasa mendapatkan tambahan nikmat dari nikmat-nikmat yang kita syukuri ini dan menjadikan kita orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman tentang hubungan antara ketakwaan dan syukur:
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: “Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur.” (Surat Ali Imran: 123)
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kita adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat dengan berbagai ragam karakter dan sifat yang ada. Interaksi sosial dalam bermasyarakat adalah keniscayaan. Agar terwujud kebaikan, Islam mengajarkan batasan dan etika dalam bersosialisasi dan berkomunikasi.
Jangan sampai keingintahuan kita berubah menjadi ghibah, namimah, atau bahkan fitnah. Jangan sampai komentar kita terhadap kehidupan orang lain justru menyakiti dan menambah dosa bagi kita. Sudah seharusnya sebagai umat Islam kita selalu menjalankan nilai-nilai yang diajar dalam Islam dan meninggalkan hal-hal yang membawa madlarat bagi kita. Rasulullah bersabda:
Baca Juga
Khutbah Jumat: Kelola Harta dengan Bijak
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
Artinya: “Di antara keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat.” (Riwayat Imam At-Tirmidzi)
Di antara hal-hal yang bisa membawa madharat adalah mencampuri urusan orang lain tanpa diminta. Suka campur pada urusan orang lain bisa membawa banyak dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang yang dicampuri urusannya. Di antaranya adalah bisa merusak hubungan sosial karena orang yang merasa dicampuri urusannya bisa merasa tidak nyaman, tersinggung, atau marah. Hal ini bisa merusak hubungan pertemanan dan kekeluargaan
Campur tangan yang tidak pada tempatnya juga bisa memicu kesalahpahaman atau bahkan pertengkaran. Apalagi jika disertai dengan penilaian, prasangka buruk, atau kritik yang tidak diminta. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang."
Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mencari kesalahan orang lain sekaligus menekankan pentingnya introspeksi diri dan fokus pada memperbaiki diri daripada menghakimi dan mencampuri urusan orang lain.
Dalam kitab Marah Labib, jilid II, halaman 439, Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa ayat ini menjelaskan pentingnya menjauhi banyak prasangka buruk dan mengingatkan kita untuk berhati-hati dengan setiap prasangka yang muncul dalam hati.
Mencampuri urusan orang lain juga dilandasi dengan prasangka-prasangka sehingga memunculkan keinginan untuk lebih dalam mengetahuinya. Sikap inilah yang kemudian dapat merusak hubungan sosial dan mendatangkan dosa.
Kita perlu menyadari bahwa setiap orang punya batas privasi. Mencampuri urusan pribadi bisa melanggar ruang pribadi seseorang dan membuat mereka merasa tidak dihargai. Orang yang suka sering ikut campur urusan orang lain juga bisa dipandang negatif karena dianggap suka gosip, kepo, atau tidak tahu situasi dan kondisi. Sikap ini bisa membuat orang lain menjauh. Alih-alih memperbaiki atau menyelesaikan masalah pribadi, energi kita malah bisa habis karena ikut campur urusan orang lain.
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Sikap yang identik dengan suka ikut campur urusan orang lain adalah sikap senang mencari-cari kesalahan orang lain.
Dalam Tafsir Jami'ul Bayan, Imam At-Thabari menjelaskan makna dari "Wa laa tajassasu" yang artinya "Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain" adalah sebuah larangan keras Allah pada perbuatan saling mengintip dan mencari aib orang lain. Perbuatan ini dikategorikan sebagai dosa, karena menunjukkan sikap tidak hormat dan mencampuri urusan pribadi yang tidak seharusnya.
Kata "tajassas" dalam Al-Hujurat ayat 12 juga bermakna tindakan mencari-cari informasi tersembunyi tentang seseorang, baik dengan cara memata-matai, menyelidiki, ataupun mendengarkan pembicaraan mereka secara diam-diam. Tujuannya biasanya untuk mengetahui aib atau kekurangan mereka, agar bisa digunakan untuk menjatuhkan atau merendahkan mereka.
Imam Al-Ghazali menyebut bahwa larangan tajassus ini bertujuan untuk menghormati hak privasi setiap individu. Setiap orang berhak untuk menjaga kerahasiaannya, dan tidak boleh dipaksa untuk membuka apa yang ingin dirahasiakan. Upaya mencari-cari kesalahan orang lain biasanya berawal dari prasangka buruk dan dapat memicu kesalahpahaman dan perselisihan.
Karena itu, Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mari kita hindari, jauhi, dan tinggalkan sikap senang ikut campur urusan orang lain dan mencari-cari kesalahan orang lain. Perlu kita ketahui, jika kita memakai kacamata kebencian dan suudzan pada orang lain, maka kebaikan yang dilakukannya pun akan terlihat buruk di mata kita. Sehingga mari kita pakai kacamata husnudzan dalam memandang orang lain. Insya Allah kebaikan dan kemaslahatan akan tercipta dalam hubungan dan interaksi kehidupan kita di tengah-tengah masyarakat. Amin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْاِتِّحَادِ وَالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلَالًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُورَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنا ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz H Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Terpopuler
1
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
2
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
3
Gus Yahya: Warga NU Harus Teguh pada Mazhab Aswaja, Tak Boleh Buat Mazhab Sendiri
4
Hal Negatif yang Dialami Jamaah Haji di Tanah Suci Bukan Azab
5
Diundang Hadiri Konferensi Naqsyabandiyah, Mudir ‘Ali JATMAN Siapkan Beasiswa bagi Calon Mursyid
6
Kemenhaj Saudi dan 8 Syarikah Setujui Penggabungan Jamaah Terpisah, PPIH Terbitkan Surat Edaran
Terkini
Lihat Semua