Khutbah Jumat: Mari Bangkitkan Semangat Mempelajari Ilmu Agama
Jumat, 17 Januari 2025 | 09:30 WIB
Muqoffi
Kolomnis
ٍSemangat mempelajari ilmu agama harus terus berkobar agar dapat menjadi ahli di bidangnya. Ulama terdahulu telah menunjukkan totalitas dalam mendalami ilmu agama. Dengan semakin kompleksnya problematika umat, hanya mereka yang memiliki pengetahuan mendalam yang mampu mengatasinya.
Oleh karena itu, semangat belajar harus dijaga, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga demi memenuhi kebutuhan umat, sehingga cakupan ilmu yang dipelajari semakin luas dan mendalam.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Membangkitkan Semangat Mempelajari Ilmu Agama." Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan kehidupan di dunia dengan segala fasilitas yang bisa kita nikmati. Shalawat dan salam kita abadikan kepada nabi teladan yang telah sukses membawa umat dari lingkungan jahiliyah menjadi tatanan ilmiyah dan islamiyah, yaitu Nabi Muhammad saw. Semoga kita menjadi umatnya yang patuh pada sabda-sabdanya dan kelak mendapatkan syafa'at uzhma-nya. Amin ya rabbal ‘alamin.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Aktivitas belajar ilmu agama dilakukan di berbagai tempat, seperti sekolah, madrasah, pesantren, perguruan tinggi, dan lainnya, baik melalui pola outdoor learning maupun indoor learning.
Namun, sebanyak apa pun kegiatan pembelajaran, hasil yang optimal tidak akan tercapai tanpa semangat belajar yang sungguh-sungguh. Waktu yang dihabiskan dalam belajar pun tidak menjamin hasil yang sesuai harapan jika dijalani dengan sikap santai dan kurang serius.
Oleh karena itu, semangat belajar harus benar-benar ditanamkan dan dijaga. Dengan semangat yang tinggi, banyaknya kegiatan dan waktu yang dihabiskan akan mengantarkan kita pada tujuan yang diharapkan: menjadi manusia yang memiliki ilmu agama yang mendalam, mampu mengamalkannya, dan meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Yahya bin Abi Katsir menuturkan:
لا يُسْتَطَاعُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجِسْمِ
Artinya, "Ilmu tidak bisa didapatkan dengan fisik yang santai-santai."
Hal ini sejalan dengan perjalanan Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu, di mana kesungguhan dan semangat mendalami ilmu agama menjadi kunci utama kesuksesannya. Beliau begitu sibuk mengarang kitab dan mencari keputusan hukum yang tepat, hingga tidak pernah terlihat makan di siang hari atau tidur di malam hari. Mengenai hal ini, Imam Rabi’ pernah berkata:
لَمْ أَرَ الشَّافِعِيَّ آكِلاً بِنَهَارٍ وَلا نَائِماً بِلَيْلٍ لِاشْتِغَالِهِ بِالتَّصْنِيْفِ
Artinya, “Saya tidak pernah melihat Imam Syafi’i makan di siang hari dan tidur di malam hari karena sibuk mengarang”.
Dalam kitab Hilyatul Auliya’ disebutkan bahwa Imam Syafi’i tidak pernah makan hingga kenyang sejak usia 16 tahun. Hal ini beliau lakukan agar kecerdasan otaknya tetap terjaga dan hatinya tidak menjadi keras, sehingga memudahkan dalam memahami ilmu pengetahuan. Ini menjadi bukti nyata betapa luar biasanya keseriusan beliau dalam mempelajari dan mendalami ilmu agama, sebuah dedikasi yang begitu dahsyat dan patut dijadikan teladan.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Semangat mempelajari ilmu agama harus terus dijaga dengan baik, agar kita dapat menjadi orang yang benar-benar ahli di bidangnya. Dengan begitu, kita mampu menjawab berbagai problematika umat yang semakin kompleks, menangkal pemikiran yang menyimpang, dan meluruskan mereka yang telah tersesat.
Tidak semua orang berhak atau diberi wewenang untuk menangani persoalan hukum agama yang rumit. Wewenang ini hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kapasitas ilmu yang mendalam dan terpercaya. Bukan untuk siswa, santri, atau mahasiswa yang belajar setengah hati dan tidak serius, sehingga keilmuannya tidak cukup matang untuk menghadapi tantangan tersebut.
Sejalan dengan penjelasan Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut Thalibin:
وَإِنْ كَانَ مِنْ دَقَائِقِ الْأَقْوَالِ وَالْأَفْعَالِ وَمِمَّا يَتَعَلَّقُ بِالِاجْتِهَادِ لَمْ يَكُنْ لِلْعَوَامِ الْاِبْتِدَاءُ بِإِنْكَارِهِ بَلْ ذَلِكَ لِلْعُلَمَاءِ
Artinya, “Kalau merupakan perkataan dan tindakan yang detail dan hal-hal yang berhubungan dengan ijtihad, maka orang awam tidak boleh memulai dalam melakukan pengingkaran, melainkan aktivitas tersebut harus dilakukan oleh para ulama.”
Apalagi sekarang tantangannya sangat berat. Banyak pemikiran menyimpang yang disampaikan secara sistematis, bahkan menggunakan dalil-dalil agama. Kitab-kitab representatif sering dirujuk secara tidak utuh, sehingga menghasilkan pemahaman yang keliru. Bahkan, buku-buku yang lurus dan benar sering disalahartikan untuk memprovokasi umat.
Siapa lagi yang mampu membongkar penyesatan ini kalau bukan orang-orang yang ahli? Siapa lagi yang bisa meluruskannya kalau bukan mereka yang memiliki pemahaman mendalam hasil dari belajar dengan serius, penuh semangat, dan kesungguhan?
Tidak cukup hanya menggunakan pola bil hikmah (dengan bijaksana) dan mauidzatul hasanah (nasihat yang baik), tapi harus siap naik ke tingkat mujadalah billati hiya ahsan (berdialog dengan cara terbaik). Terkadang, kita harus berdiskusi atau bahkan berdebat di ruang terbuka sebagai bagian dari syiar Islam, untuk menyampaikan kebenaran kepada seluruh umat.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dari penjelasan tadi, kita jadi tahu bahwa semangat mempelajari ilmu agama bukan cuma perjuangan pribadi untuk menjadi orang yang sukses, tapi juga kebutuhan umat agar mendapatkan bimbingan dan arahan, supaya selamat dari pengaruh pemikiran yang menyimpang.
Karena itu, supaya semangat belajar tetap menyala, misi belajarnya harus kita tingkatkan. Bukan hanya untuk memahami, tapi juga untuk membuat orang lain paham. Bukan hanya untuk memperbaiki diri, tapi juga membantu memperbaiki orang lain. Bukan hanya menjadi pribadi yang shalih, tapi juga menjadi sosok yang membawa perbaikan (mushlih).
Kalau hanya untuk urusan pribadi, cakupannya kecil. Tapi kalau untuk kebutuhan umat, bangsa, bahkan masyarakat internasional, cakupannya jadi sangat luas dan membutuhkan pengetahuan yang mendalam. Untuk mencapai itu, kita perlu semangat belajar yang luar biasa.
Lebih utama lagi, orang yang belajar dengan niat untuk mengajarkan ilmu itu kepada orang lain akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Seperti yang disampaikan dalam hadits riwayat Ad-Dailami:
مَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ لِيُعَلِّمَ النَّاسَ أُعْطِيَ ثَوَابَ سَبْعِيْنَ صِدِّيْقًا
Artinya, “Orang yang belajar satu bab dari ilmu untuk diajarkan kepada orang lain, maka diberikan pahala 70 orang yang shiddiq”.
Sebagai penutup, mari kita renungkan bersama bahwa semangat mempelajari ilmu agama adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Ilmu agama akan menjadi cahaya yang menerangi langkah kita, membimbing hati, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Jangan biarkan kesibukan dunia melalaikan kita dari kewajiban untuk terus belajar dan mengamalkan ilmu yang bermanfaat. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kemudahan, kekuatan, dan keikhlasan dalam menuntut ilmu demi kemuliaan agama dan kebaikan umat. Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ، فَيَاعِبَادَ ﷲ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ
إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ, يٰۤـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Muqoffi, Guru Pon-Pes Gedangan & Dosen IAI NATA Sampang Madura
Terpopuler
1
Pramoedya Ananta Toer, Ayahnya, dan NU Blora
2
Khutbah Jumat: Cara Meraih Ketenangan Hidup
3
Munas NU 2025 Putuskan 3 Hal tentang Penyembelihan dan Distribusi Dam Haji Tamattu
4
Gus Baha: Jangan Berkecil Hati Jadi Umat Islam Indonesia
5
Khutbah Jumat: Etika Saat Melihat Orang yang Terkena Musibah
6
Munas NU 2025: Hukum Kekerasan di Lembaga Pendidikan adalah Haram
Terkini
Lihat Semua