Khutbah

Khutbah Jumat: Menata Pola Hidup Positif Pasca-Ramadhan

Kam, 18 April 2024 | 21:55 WIB

Khutbah Jumat: Menata Pola Hidup Positif Pasca-Ramadhan

Khutbah JUmat Pola Hidup Positif. (Foto: NU Online/Freepik)

Bulan Ramadhan menjadi motivasi besar bagi umat Islam untuk menghiasi hari-hari dengan beribadah. Kebiasaan positif yang dilaksanakan selama Ramadhan berupa ibadah-ibadah yang dilaksanakan sudah tentu menjadi lebih baik apabila dilanjutkan menjadi rutinitas yang berharga hingga bulan-bulan selanjutnya.


Khutbah Jumat ini berjudul: ”Khutbah Jumat: Menata Pola Hidup Positif Pasca-Ramadhan”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)



Khutbah I


 اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada jamaah sekalian, begitu juga untuk diri khatib pribadi agar senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Takwa dalam artian sesungguhnya, yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang senantiasa kita jaga, akan menjadi syafaat di hari akhir kelak. Amiin ya rabbal ‘alamin.  


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta’ala

Meskipun bulan suci Ramadhan telah berlalu, alangkah baiknya kita terus menjaga spiritnya hingga bulan-bulan selanjutnya. Kita lanjutkan pola hidup positif kita di bulan Ramadhan kemarin. Dengan demikian, kesempurnaan Ramadhan pun akan kita raih. Langkah pertama yang dapat kita lakukan untuk menyambung kegiatan positif di bulan Syawal ini adalah dengan berpuasa sunnah Syawal. 


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta’ala

Puasa Syawal disunnahkan bagi kita, terlebih apabila dilaksanakan pasca lebaran 6 hari berturut-turut tanpa terputus sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتَّاً مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ  


Artinya, “Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim) 


Meskipun puasa Syawal lebih utama dilaksanakan langsung pasca-Idul Fitri selama enam hari berturut-turut, akan tetapi bagi kita yang belum melaksanakannya hingga saat ini, tetap disunnahkan untuk melakukan puasa Syawal.


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta’ala

Langkah kedua yang dapat kita lakukan untuk menjaga pola hidup positif pasca-Ramadhan adalah dengan senantiasa menghidupkan waktu malam untuk beribadah, khususnya waktu sahur menjelang subuh. 


Pada bulan Ramadhan, aktivitas di malam hari seperti tarawih, itikaf hingga sahur menjadi salah satu motivasi yang menuntun kita melakukan ibadah-ibadah sunnah seperti shalat sunnah hingga berzikir dan menyebut asma Allah. 


Kebiasaan ini tentunya sangat baik apabila kita lanjutkan pasca lebaran hingga bulan-bulan selanjutnya. Kita dirikan shalat malam, berzikir dan melantunkan wiridan serta melazimkan diri membaca Al-Quran untuk qiyamullail. 


Qiyamullail atau menghidupkan malam hari dengan beribadah memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah ampunan yang dihamparkan oleh Allah swt untuk hamba-hambaNya yang memohon di malam hari. Rasulullah saw bersabda:


  يَنْزِلُ رَبُّنَا، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ


Artinya, “Tuhan kita, Allah tabaraka wa ta’ala ‘turun’ setiap malam ke langit dunia di saat sepertiga malam akhir. Kemudian Allah berfirman, ‘Barangsiapa berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Barangsiapa meminta kepada-Ku, akan Aku kasih. Barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, akan Aku beri ampunan. (Muttafaq ‘alaih)


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala

Pola hidup positif Ramadhan yang mesti terus kita lazimkan juga adalah membaca Al-Qur'an. Barangkali tidak setiap Muslim membaca Al-Qur'an di setiap harinya. Hanya saja saat Ramadhan datang, semangat membaca Al-Qur'an hadir dan kian meningkat untuk mengkhatamkannya.


Kebiasaan membaca Al-Qur'an yang diterapkan ketika bulan Ramadhan sudah selayaknya tidak redup semangatnya meskipun kita telah melewati hari raya dan bulan suci. Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi kita semua mesti kita terus lantunkan. Tidak lupa untuk mengkaji substansi dari ayat-ayat Al-Quran yang kita baca untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita.


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta’ala

Rasulullah saw sendiri pernah menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur'an dalam hadits-hadits. Di antaranya adalah Al-Qur'an yang dapat memberikan syafaat di akhirat nanti. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Umamah al-Bahili:


قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِصَاحِبِهِ


Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari kiamat kepada pembaca/pengamalnya.” (HR. Ahmad).


Kemudian, dalam hadits lain juga disebutkan keutamaan membaca Al-Quran di antaranya adalah pahala yang melimpah pada setiap huruf yang kita baca. ‘Abdullah bin Mas’ud bersabda:


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ


Artinya, "Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf’." (HR At-Tirmidzi).


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta’ala

Demikianlah beberapa amalan yang senantiasa kita laksanakan di bulan suci Ramadhan, yang perlu kita jadikan rutinitas berharga pasca-lebaran hingga bulan-bulan selanjutnya, bahkan sampai Ramadhan tahun selanjutnya datang. 


Tidak perlu tergesa-gesa dengan melaksanakan semuanya dalam satu waktu, namun meninggalkannya di hari esok. Amalan yang disukai Allah ada pada ketersinambungannya, meskipun amalan tersebut dipandang sederhana. Rasulullah pernah bersabda:


أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ


Artinya, “Amalan yang paling disukai Allah Ta’ala adalah yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR Muslim)


Sebagaimana mengutip dari Tafsir Ibnu Katsir, bahwa di antara tanda suatu kebaikan diterima di sisi Allah adalah munculnya kebaikan-kebaikan lain yang dilakukannya (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quranul ‘Adhim, [Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000], jilid III, hal. 229).


Semoga kita semua dapat menjadi hamba yang senantiasa diberikan hidayah dan dibimbing istiqamah berada di jalan yang diridhai Allah ta’ala. Amiin


   أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ   


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Darussunnah Jakarta.