Khutbah

Khutbah Jumat: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Jum, 9 Februari 2024 | 08:30 WIB

Khutbah Jumat: Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik

Ilustrasi pemimpin. (Foto: NU Online)

Tidak lama lagi masyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi berupa Pemilihan Umum (Pemilu). Pada momentum tersebut kerap terjadi perbedaan pendapat yang bersumber dari perbedaan pilihan. Padahal dalam ajaran Islam, perbedaan pendapat adalah sebuah keniscayaan yang menjadi sunatullah dan hal ini pun pernah terjadi di masa khulafaur rasyidin

 

Khutbah Jumat ini berjudul: “Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi) Menghormati Perbedaan Pendapat di Tahun Politik.

 

Khutbah I

 

 الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَيْنَا شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ الكِرَامُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِين

 

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Takwa merupakan salah satu bekal terbaik dalam menjalani kehidupan dunia yang singkat ini. Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 197: 

 

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ

Artinya: “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.”

 

Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.   

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah 

Seringkali perbedaan pendapat memicu pertengkaran dan konflik. Padahal perbedaan pendapat dalam Islam adalah keniscayaan. Dari dahulu sampai sekarang, perbedaan pendapat sudah pasti ada dan itu sunatullah, termasuk perbedaan pendapat dalam memilih pemimpin negara, termasuk pada saat dulu di masa awal-awal Islam. 

 

Para sejarawan seperti Ibnu Ishaq atau al-Thabari mengungkapkan bahwa setelah Rasulullah Saw wafat, para sahabat Nabi hampir tidak percaya bahwa Rasulullah telah wafat. Orang pertama yang tidak percaya Rasulullah wafat adalah sabahat Umar. Bahkan beliau sampai menduga bahwa berita tersebut dibuat oleh orang-orang munafik. 

 

Sahabat Abu Bakar yang sudah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Rasulullah Saw itu sudah wafat kemudian datang menghampiri Umar sambil mengutip surah az-Zumar ayat 30: 

 

اِنَّكَ مَيِّتٌ وَّاِنَّهُمْ مَّيِّتُوْنَ

Artinya: “Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad akan) mati dan sesungguhnya mereka pun (akan) mati.”

 

Akhirnya sahabat Umar pun mencoba menerima kepahitan ditinggal oleh Rasulullah saw selamanya. 

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah 

Tidak hanya sampai di situ, perbedaan pendapat juga terjadi terkait siapa seharusnya yang menggantikan Rasulullah saw menjadi seorang pemimpin. Para sahabat Ansor dan Muhajirin berbeda pendapat saat hendak menentukan seorang pemimpin pengganti Rasulullah saw. 

 

Bertempat di Saqifah bani Sa‘idah, kaum Ansor memilih Said bin Ubaidillah, pemuka suku Khazraj, sebagai pengganti Rasulullah saw. Namun Abu Bakar, Umar, dan Ubaidah menyampaikan ketidaksetujuan kaum Muhajirin atas pilihan kaum Ansor itu. Menurut kaum Muhajirin, pemimpin pengganti Rasulullah itu sebaiknya dari kalangan Quraisy. Namun usulan ini juga ditentang oleh al-Hubab bin Mundzir dari kalangan Ansor. 

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah 
Di saat terjadi perdebatan sengit tersebut, Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah, yaitu Abu Ubaidah bin Jarrah dan Umar bin Khattab. Namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut. Agar tidak terjadi perdebatan yang berlarut-larut, sahabat Umar pun berinisiatif membaiat Abu Bakar dengan suara lantang dan kemudian diikuti oleh Abu Ubaidah.

 

Para ulama menyebutkan bahwa Abu Bakar al-Shiddiq merupakan satu-satunya sahabat Nabi yang pernah menggantikan Nabi Muhammad Saw sebagai imam salat. Pesan secara tersirat bahwa Abu Bakar memang layak menggantikan Rasulullah.

 

Dalam Tarikh al-Khulafa karya Imam as-Suyuthi disebutkan bahwa untuk menghindari perseteruan berkepanjangan antara kaum Muhajirin dan Ansor, di mana kaum Ansor sudah berkumpul di Bani Tsaqifah untuk mengangkat Sa'ad bin Ubadah sebagai pemimpin, Abu Bakar al-Shiddiq menghampiri mereka dan melakukan distribusi kekuasaan. Abu Bakar al-Shiddiq mengatakan, kami adalah pemimpinnya, dan kalian adalah para menterinya (Nahnu al-Umara’ wa Antum al-Wuzara’)

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah 
Contoh perbedaan pendapat di atas dalam memilih pemimpin seharusnya kita jadikan pelajaran yang berharga. Terlebih lagi kita ini berada di negara yang satu dengan keberagaman yang cukup berwarna. Berdebat sesengit apapun, selagi tidak mengucapkan ujaran kebencian, menyebarkan berita bohong, saling menjatuhkan personal, itu merupakan hal yang biasa dalam hidup di negara demokrasi. 

 

Setelah sudah ada ketetapan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) siapa pemimpin yang terpilih, kita harus mendukung dan tidak boleh memberontak pemimpin yang sudah dipilih secara jujur dan adil. Rasulullah saw bersabda: 

 

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ , وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكَ عَبْدٌ

Artinya: “Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan taat kepada (pemerintah) walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak)” (HR Tirmidzi)

 

Namun kita juga boleh mengkritik pemerintah atau penguasa ketika pemimpin yang terpilih nanti melakukan ketidakadilan, penyalahgunaan wewenang, dan melakukan tindakan-tindakan yang melanggar etika bernegara dan undang-undang. Kata Nabi: 

 

لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ

Artinya: “Tidak wajib taat dalam kemaksiatan. Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR Bukhari). 

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah 

Demikian khutbah singkat pada Jumat yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

 أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ   

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ust. Ibnu Harish, Dosen Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus-Sunnah Ciputat Tangerang Selatan