Khutbah

Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi

NU Online  ·  Jumat, 25 April 2025 | 08:30 WIB

Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi

Khutbah Jumat tentang menjadi hamba Allah sejati (NU Online - Canva)

Salah satu tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Setinggi dan segagah apapun pangkat manusia di dunia, ia akan tetap menjadi hamba di hadapan Allah Swt. Sebab pada hakikatnya posisi tertinggi bagi manusia di hapadan Allah ialah bagaimana seorang manusia bisa memposisikan diri sebagai hamba Allah dengan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangannya.

Khutbah Jumat kali ini akan membahas bagaimana memposisikan diri sebagai hamba di hadapan Allah Swt untuk menggapai ridha-Nya. Naskah khutbah Jumat kali ini berjudul, Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi”. Untuk mencetak, silakan klik fitur download warna merah di desktop pada bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!
 


Khutbah I
 

اَلْحَمْدُ ِللهِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
 

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشۡرِيْ نَفۡسَهُ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ اللَّهِۚ وَاللَّهُ رَءُوفٌۢ بِالۡعِبَادِ
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya. 

 

Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt

Salah satu tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah swt. Setinggi dan segagah apapun pangkat manusia di dunia, ia akan tetap menjadi hamba di hadapan Allah Swt. Sebab pada hakikatnya posisi tertinggi bagi manusia di hadapan Allah ialah bagaimana seorang manusia bisa memposisikan diri sebagai hamba Allah dengan selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan tujuan akhir yaitu mendapatkan ridha-Nya.
 

Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 207:

 

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشۡرِيْ نَفۡسَهُ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ اللَّهِۚ وَاللَّهُ رَءُوفٌۢ بِالۡعِبَادِ
 

Artinya: “Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari rida Allah. Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba(-Nya)”. (Surat Al-Baqarah ayat 207).

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt 

Terkait hal ini, Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Marah Labid, juz I, halaman 48, menyebutkan riwayat bahwa ayat ini turun untuk Suhaib bin Sinan, Ammar bin Yasir, Sumayyah (ibu Ammar), Yasir (bapaknya), Bilal (hamba sahaya Abu Bakar), Khabbab bin Al-Arat, Abu Dzar, dan Abis (hamba sahaya Huwaitib), segolongan umat Islam pada periode awal Islam yang disiksa oleh orang-orang musyrik.
 

Sahabat Suhaib bin Sinan, ia rela meninggalkan hartanya di kota Makkah untuk mengikuti hijrah ke kota Madinah bersama Nabi Muhammad saw. Ketika hendak hijrah, ia sempat ditahan oleh orang-orang musyrik, ia pun berkata kepada mereka:

“Sungguh aku adalah orang yang tua renta, aku punya harta benda. Aku akan memberikannya kepada kalian dan menukarkannya dengan kebebasan agamaku”.
 

Orang-orang musyrik menyetujuinya dan membebaskan jalan untuknya dan kemudian Suhaib pergi menuju Madinah.
 

Ketika Suhaib memasuki kota Madinah, ia bertemu Abu Bakar. Abu Bakar berkata: “Penjualanmu sangat menguntungkan wahai Abi Yahya”.  “Apa itu wahai Abu Bakar?”, tanya Suhaib.

“Allah menurunkan tentangmu ayat Al-Qur’an”, jawab Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar membacakan ayat tadi.

Khabbab bin Al-Arat dan Abu Dzar keduanya lari dan sampai ke kota Madinah. Sumayyah diikat di antara dua unta kemudian dibunuh begitupun Yasir. Sedangkan lainnya, mereka memberikan sebagian yang diinginkan orang-orang musyrik sebab penyiksaan yang dialami.

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt

Pada ayat di atas, Allah menjelaskan dengan tegas di antara umat manusia, terdapat mereka yang mengorbankan dirinya untuk mencari ridha Allah Swt. Golongan yang dimaksud di sini ialah mereka yang akan mendapatkan keberuntungan di akhirat kelak.
 

Imam As-Suyuthi dalam Tafsirul Jalalain Tafsirul Jalalain pada Hasyiah As-Shawi,  juz I, halaman 126, menjelaskan bahwa ayat di atas turun untuk menjelaskan golongan umat manusia yang rela menyerahkan dirinya untuk taat kepada Allah dengan tujuan mencari ridha-Nya.
 

Imam As-Suyuthi menyebutkan bahwa ayat ini turun untuk Suhaib yang disiksa oleh orang-orang musyrik karena keislamannya. Kemudian ia hijrah ke kota Madinah dan meninggalkan semua hartanya. 
 

Terkait hal ini, Syekh Ahmad As-Shawi dalam Hasyiah As-Sawi, juz I, halaman 126, memberikan komentar dengan menjelaskan lebih rinci kisah Suhaib. As-Shawi menjelaskan ketika diketahui Suhaib masuk Islam, ia diganggu dan disiksa oleh orang-orang musyrik. Ketika itu, Suhaib berkata:
 

“Aku adalah laki-laki tua yang miskin yang tidak bermanfaat untuk kalian, jika aku laripun tidak akan membahayakan kalian, jika kalian menginginkan hartaku ambilah”.

 

Suhaib meninggalkan hartanya dan hijrah menuju Rasulullah saw. Nabi kemudian memujinya dengan ucapannya, “Sebaik-baik hamba ialah Suhaib jika ia takut kepada Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya”.

 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Meski melihat sabab nuzul ayat ini turun untuk Suhaib, namun secara keumuman ayat ini diperuntukkan kepada siapa saja yang berjuang dan menghibahkan dirinya untuk taat kepada Allah dan mencari ridha-Nya. 
 

Abu Hayyan dalam tafsirnya Al-Bahrul Muhith, juz II, halaman 334 terkait ayat ini berkata:
 

قِيلَ الْمُرَادُ: بِمَنْ، غَير مُعَيَّنٍ، بَلْ هِيَ فِي كُلِّ مَنْ بَاعَ نَفْسَهُ لِلَّهِ تَعَالَى فِي جِهَادٍ، أَوْ صَبْرٍ عَلَى دِينٍ، أَوْ كَلِمَةِ حَقٍّ عِنْدَ جَائِرٍ، أَوْ حَمِيَّةٍ لِلَّهِ، أَوْ ذَبَّ عَنْ شَرْعِهِ، أَوْ مَا أَشْبَهَ هَذَا
 

Artinya: “Dikatakan, yang dimaksud seseorang di sini bukan untuk orang tertentu, akan tetapi diperuntukkan untuk setiap orang yang menghibahkan dirinya untuk Allah baik dalam berjihad, bersabar melakukan perintah agama, menegakkan kalimat hak pada orang yang menyimpang, berjuang karena Allah, melakukan syariat-Nya atau yang lainnya".

 

Dari penjelasan ayat di atas dapat diambil beberapa point penting yang sekaligus menjadi kesimpulan pada khutbah Jumat kali ini:

  1.  Ayat di atas menjabarkan dan memberi pesan penting untuk mengingat kembali tujuan awal manusia diciptakan yaitu untuk menghamba dan beribadah kepada Allah swt,
  2. Ayat di atas juga menjabarkan bagaimana sebaiknya umat manusia memposisikan diri sebagai hamba di depan Allah, 
  3. Kisah Suhaib bin Sinan yang menjadi sebab turun ayat di atas dapat menjadi teladan kehidupan dalam mengarungi kehidupan sebagai seorang hamba yang taat dengan tujuan mencari ridha-Nya.
 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

​​​​​
 

Khutbah II 

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ

أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
 

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon dan Mahad Aly Jakarta