Nasional

Ketua PBNU Ajak Jaga Lingkungan Melalui Pendekatan Ekologi Spiritual

NU Online  ·  Selasa, 24 Juni 2025 | 13:30 WIB

Ketua PBNU Ajak Jaga Lingkungan Melalui Pendekatan Ekologi Spiritual

Ketua PBNU Alissa Wahid dalam acara Training of Facilitator Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi di SMK Ma’arif NU Jakarta, Grogol, Jakarta Barat, Senin (23/6/2025). (Foto: NU Online/Jannah)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga lingkungan melalui pendekatan ekologis spiritual.


Alissa menjelaskan ekologis spiritual merupakan pendekatan dalam menjaga dan merawat lingkungan yang menggabungkan kesadaran terhadap alam dengan kesadaran spiritual atau nilai-nilai keagamaan.


“Islam ini mengajak kita untuk peduli, untuk peka terhadap bumi, ya termasuk alam ini. Banyak di dalam Al-Quran dan hadits yang menyampaikan penting menjaga lingkungan, artinya penting loh menjaga lingkungan itu,” ujarnya dalam acara Training of Facilitator Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi di SMK Ma’arif NU Jakarta, Grogol, Jakarta Barat, Senin (23/6/2025).


Alissa menyayangkan Indonesia menempati urutan kelima penghasil sampah di dunia. Melihat Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ke dalam laut yang lebih dangkal jika dibandingkan dengan Samudera Antartika atau Laut China Selatan.


“Kita penghasil sampah paling besar, sudah gitu kita dibuangnya ke laut. Jadi langsung terasa, langsung kelihatan. Misalnya, sampah di area Jakarta berarti di Muara Karang terlihat,” katanya.


Ia mengatakan bahwa sampah yang mencemari perairan Indonesia bukan hanya berasal dari konsumsi plastik, tetapi juga dari sisa makanan. Sekitar 40 persen dari total sampah di Indonesia adalah sisa makanan yang menunjukkan adanya masalah mendasar dalam pola konsumsi masyarakat.


“Karena itu, pendidikan masyarakat terkait dengan hal ini sangat penting. Mulai lebih peka ketika mengkonsumsi makanan, bagaimana kita melakukan pengelolaan sampah yang tetap mengedepankan nilai-nilai keagamaan, mengingat kita juga dapat amanah sebagai khalifah fil ardhi,” ucapnya.


Menurutnya, pengelolaan sampah tidak sekadar untuk menanggulangi sampah yang sudah ada, tetapi lebih menuju cara berpikir baru yang selaras dengan alam. Cara berpikir ini mengajarkan manusia untuk memahami dampak dari setiap tindakan terhadap lingkungan dan juga kesadaran spiritual dalam keberlangsungan hidup.


Alissa mencontohkan, dalam program pembersihan sungai di Sungai Citarum, masyarakat di wilayah perkotaan diajak untuk membersihkan sungai. Namun sampah tetap mengalir dari hulu, upaya pembersihan di hilir pun menjadi sia-sia.


“Kalau kita mau bicara serius tentang pengurangan sampah, maka kita harus membicarakan konsep zero waste, yaitu bagaimana kita benar-benar menekan jumlah sampah yang diproduksi, bukan hanya sekadar mengelola yang sudah ada,” ujarnya.


Dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Alissa menekankan pentingnya responsible consumption atau konsumsi yang bertanggung jawab. “Ketika kita mengkonsumsi sesuatu maka konsumsi kita tidak sekadar, saya makan ini sudah selesai tetapi ketika saya makan ini langsung berpikir, ini sampah yang akan muncul dari sini itu berapa dan apa saja, sudah berpikir seperti itu,” katanya.