Marah umumnya lahir saat nalar dalam keadaan dikuasai emosi. Dalam kondisi ini, kegiatan untuk memikirkan segala persoalan secara jernih diliputi kabut nafsu. Itulah mengapa kemarahan biasanya memunculkan hal-hal berbau nekad, semberono, dan di luar akal sehat. Tak diragukan lagi, dampaknya pun merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. "Bukankah marah juga ada yang dibenarkan?" Pertanyaan ini sesunggunya kurang pas. Orang sering mencampuradukkan antara pemicu marah dengan marah itu sendiri. Menolak ketidakadilan, misalnya, bisa jadi pemicu marah yang benar, namun apakah ekspresi harus ditunjukkan dengan kemarahan, tentu hal ini menjadi persoalan lain. Penyelesaian masalah dengan kepala dingin dan pikiran yang jernih lebih produktif menelurkan solusi ketimbang mengumbar nafsu amarah yang seringkali malah berujung pada penyesalan.
Terpopuler
1
Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Idarah 'Aliyah JATMAN Masa Khidmah 2025-2030
2
Asyura, Tragedi Karbala, dan Sentimen Umayyah terhadap Ahlul Bait
3
Penggubah Syiir Tanpo Waton Bakal Lantunkan Al-Qur’an dan Shalawat di Pelantikan JATMAN
4
Rais Aam PBNU: Para Ulama Tarekat di NU Ada di JATMAN
5
Gencatan Senjata Israel-Hamas
6
Gus Yahya: NU Berpegang dengan Dua Tradisi Tarekat dan Syariat
Terkini
Lihat Semua