Ramadhan

Bolehkah Makan Sahur Tapi Belum Mandi Junub? 

Jum, 15 Maret 2024 | 18:00 WIB

Bolehkah Makan Sahur Tapi Belum Mandi Junub? 

Ilustrasi makan sahur tapi belum mandi junub (NU Online).

Salah satu kesunahan puasa adalah makan sahur. Masalahnya, banyak suami istri yang bangun tidur dalam kondisi junub. Mereka tidak langsung mandi junub setelah berhubungan suami istri, tapi langsung makan sahur. Bolehkah makan sahur sebelum mandi junub?
 

Hukum Mandi Junub Sebelum Puasa

Makan sahur sebelum mandi junub tidak berpengaruh terhadap keabsahan puasa. Mandi junub sebelum terbit fajar hukum hanya sunah, supaya orang memulai puasa dalam kondisi suci dari hadats besar. Syekh Al-Khatib As-Syirbini dalam kitab Mughnil Muhtaj menjelaskan:
 

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَغْتَسِلَ عَنْ الْجَنَابَةِ وَالْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ (قَبْلَ الْفَجْرِ) لِيَكُونَ عَلَى طُهْرٍ مِنْ أَوَّلِ الصَّوْمِ
 

Artinya, “Disunahkan untuk mandi junub, mandi haid dan nifas sebelum fajar supaya ia dalam kondisi suci sejak awal puasa.” (Al-Khatib As-Syirbini, Mughnil Muhtaj, [Beirut, Darul Ma’rifah: 1997], jilid I, halaman 637).
 

Hukum Makan dan Minum Orang Junub

Yang perlu dibahas adalah hukum makan dan minum bagi orang junub. Menjawab hal ini, Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in, menjelaskan:
 

ووضوء لنوم وأكل وشرب ويكره فعل شيء من ذلك بلا وضوء
 

Artinya: “Disunahkan bagi orang junub, haid, dan nifas, setelah darahnya terputus untuk membasuh kemaluannya dan berwudhu jika ingin tidur, makan, dan minum. Dan dimakruhkan melakukan hal tersebut tanpa wudhu” (Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in, Beirut [Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1998] halaman 19)
 

Berdasarkan penjelasan di atas dipahami, makan dan minum sebelum mandi junub dimakruhkan. Berarti, makan sahur juga dimakruhkan sebelum mandi junub, karena aktivitas sahur juga berisi makan minum. 


Namun, pendapat ini ditolak oleh Sayyid Abu Bakar Syatha dalam I’anatut Thalibin. Ia mengatakan, orang junub cukup membasuh kemaluannya saja. Jika sudah dibasuh, maka tidak makruh lagi makan dan minum setelahnya. Kemakruhan menurut beliau hanya ada jika orang junub tidak membasuh kemaluan, lalu langsung makan.
 

ظاهره أنه يكره ذلك ولو مع غسل الفرج، وليس كذلك، بل يكفي غسل الفرج في حصول أصل السنة، كما في التحفة  ونصها: ويحصل أصل السنة بغسل الفرج إن أراد نحو جماع أو نوم أو أكل أو شرب، وإلا كره
 

Artinya, “Lahiriah teks fathul mu’in mengatakan dimakruhkan tidur, makan, dan minum sebelum wudhu, walaupun kemaluannya sudah dibasuh. Tapi Hukumnya bukan seperti itu. Untuk menghasilkan kesunahan cukup dengan membasuh kemaluan, seperti disebut dalam kitab Tuhfah, “Dan pokok kesunahan dapat dihasilkan dengan membasuh kemaluan jika ingin kembali jima’, tidur, atau makan dan minum. Jika tidak membasuh kemaluannya maka hukumnya makruh.” (Abu Bakar Syatha Ad-Dimyati, I’anatut Thalibin, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2007], jilid I, halaman 137).
 

Walhasil, makan sahur sebelum mandi junub tidak berpengaruh pada keabsahan puasa. Hukum sahur sekadar makruh jika belum berwudhu menurut beberapa ulama.
 

Menurut Sayyid Bakri di dalam I’anatut Thalibin, makan sahur sebelum mandi junub tidak makruh tanpa wudhu, asalkan sudah membasuh kemaluan.
 

Karenanya, bagi orang junub jika hendak makan sahur sebaiknya mandi junub terlebih dahulu. Jika tidak mandi junub, sebaiknya wudhu. Tapi jika wudhu tidak memungkinkan, hendaknya membasuh kemaluannya, kemudian baru makan sahur. Wallahu a’lam.


Ustadz Abdul Kadir Jailani, Pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Bermi, Guru SMAN 1 Gerung Lombok Barat