Ramadhan

Momentum Nuzulul Quran, Bedakan Istilah Nuzul, Inzal, dan Tanzil

Rab, 27 Maret 2024 | 17:00 WIB

Momentum Nuzulul Quran, Bedakan Istilah Nuzul, Inzal, dan Tanzil

Ilustrasi nuzulul quran. (freepik).

Ada tiga kata yang seringkali diucapkan dalam kaitannya dengan peristiwa nuzulul qur'an. Yakni, nuzul, inzal, dan tanzil. Semuanya memiliki akar kata yang sama dari tiga huruf, yaitu nun, za', dan lam. Tapi apakah ketiganya punya arti yang sama ataukah berbeda?
 

Makna Kata Nuzul

Nuzul merupakan bentuk masdar dari fi’il (kata kerja) nazala-yanzilu-nuzul. Kata tersebut memiliki arti turunnya sesuatu, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Faris dalam kitabnya, Maqayisul Lughah:
 

‌‌‌‌نَزَلَ) النُّونُ وَالزَّاءُ وَاللَّامُ كَلِمَةٌ صَحِيحَةٌ تَدُلُّ عَلَى هُبُوطِ شَيْءٍ وَوُقُوعِهِ)
 

Artinya, "Nazala, nun, za', dan lam, merupakan kata yang shahih menunjukkan makna turunnya sesuatu. “ (Ibnu Faris, Maqayisul Lughah, [Darul Fikri:1979], juz V, halaman 417).
 

Contoh, orang turun dari tunggangannya disebut nuzul. Air hujan turun dari langit diistilahkan juga dengan nuzul.
 

Nazala dalam bahasa Arab termasuk dalam kategori fi’il yang tidak membutuhkan objek atau dikenal dengan sebutan fi’il lazim. Susunannya hanya cukup dengan subjek dan predikat atau kata kerja (fi’il) dan pelakunya (fa’il).
 

Makna Kata Inzal

Sementara inzal, berakar sama dengan nuzul tapi tertambahi huruf alif di depannya (fi’il tsulatsi mazid bi harfin), anzala-yunzilu-inzalan. Artinya menurunkan atau menjadikannya turun.
 

أنزل ينزل إنزالا: الشَّيْءُ أي جَعَلَهُ يَنْزِلُ
 

Artinya, “Anzala-yunzilu-inzalan: orang menjadikan sesuatu turun.” (Kamus Al-Muhith).
 

Kata anzala masuk dalam kategori fi’il yang membutuhkan objek atau muta’addi, sehingga tidak cukup dengan subjek dan predikat atau kata kerja dan pelakunya saja, melainkan juga butuh objek (maf’ul bih). Karenanya, dalam surat Al-Qadr ayat 1 kata tersebut digunakan dan Al-Quran menjadi objeknya.
 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ 
 

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar.”


Makna Kata Tanzil

Kata tanzil sama dengan dua kata sebelumnya, memiliki asal kata yang sama. Namun, kata tanzil merupakan masdar dari nazzala-yunazzilu-tanzilan yang memiliki arti menurunkan. Terdapat tambahan huruf za' sehingga ditasydid. Kata ini juga tergolong kata kerja yang butuh pada objek atau muta’addi.
 

Dalam kitab Amtsilat At-Tashrifiyyah dijelaskan, salah satu faedah dari kata kerja yang berwazan seperti fa’ala ialah lit taksir, menunjukkan pekerjaan yang banyak atau berulang kali dilakukan. Dengan begitu, tanzil berarti penurunan yang dilakukan berulang kali. (Maksum bin Ali, Amtsilat At-Tashrifiyyah).
 

Al-Qur’an juga menggunakan kata ini dalam menyebutkan peristiwa turunnya. Tepatnya pada surat Al-Isra ayat 106.
 

وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا 
 

Artinya, “Al-Qur’an Kami turunkan secara berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya.”
 

Titik Perbedaan Kata Nuzul, Inzal, dan Tanzil

Pertama, kata nuzul merupakan masdar dari fi’il lazim, sedangkan dua kata setelahnya yakni inzal dan tanzil sama-sama masdar dari fi’il muta’addi.
 

Al-Qur’an ketika mendeskripsikan peristiwa turunnya Al-Quran tidak memakai kata nuzul, melainkan dengan inzal dan tanzil. Mudahnya, kata nuzul jika dikaitkan dengan Al-Quran berarti “turunnya Al-Qur’an” tanpa ada keterangan siapa yang menurunkannya.
 

Sedangkan kata inzal dan tanzil, mengindikasikan adanya pihak yang menurunkan Al-Quran yakni Allah swt. Opsi pemilihan redaksi ini menegaskan, Al-Quran memang berasal dari Allah, bukan dari pihak lain. Adapun Malaikat Jibril adalah malaikat yang diberi mandat untuk menyampaikan wahyu Al-Quran tersebut kepada Nabi Muhammad saw sebagai penerima wahyu. Dalam surat Asy-Syua’ra ayat 192-194 difirmankan:
 

وَاِنَّهٗ لَتَنْزِيْلُ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ ۙ عَلٰى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ ۙ 
 

Artinya, “Sesungguhnya Al-Quran benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ruhulamin (Jibril). (Diturunkan) ke dalam hatimu (Nabi Muhammad) agar engkau menjadi salah seorang pemberi peringatan.”
 

Tegas melalui ayat ini, kata tanzil digunakan untuk membuktikan bahwa Al-Quran bersumber dari Allah sebagai Tuhan. Sedangkan Jibril diberi mandat untuk menyampaikannya kepada Nabi Muhammad. 
 

Kedua, antara kata inzal dan kata tanzil terdapat perbedaan dari cara penurunannya. Inzal masih dalam konteks yang umum, berbeda dengan tanzil yang menyampaikan tata cara turunnya secara berangur-angsur.
 

والفَرْقُ بَيْنَ الإِنْزَالِ والتَّنْزِيلِ في وَصْفِ القُرآنِ والملائكةِ أنّ التَّنْزِيل يختصّ بالموضع الذي يُشِيرُ إليه إنزالُهُ مفرَّقاً، ومرَّةً بعد أُخْرَى، والإنزالُ عَامٌّ
 

Artinya, “Perbedaan antara inzal dan tanzil dalam menyifati Al-Quran dan malaikat adalah tanzil khusus mengisyaratkan penurunan Al-Quran secara bertahap (berangsur-angsur).” (Ragib Al-Asfihani, Mufradat fi Gharibil Qur’an, [Damaskus, Darul Qalam: 1412 H] halaman 799).
 

Berangkat dari sini pula, para ulama di antaranya Syekh Ali As-Shabuni membagi dua tata cara bagaimana Al-Quran turun. 
 

لِلْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ تَنَزُّلَانِ: الْأَوَّلُ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوْظِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا (جُمْلَةً وَاحِدَةً) فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ. الثَّانِيْ مِنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا إِلَى الْأَرْضِ (مُفَرَّقًا) فِيْ مُدَّةَ ثَلَاثَ وَعِشْرِيْنَ سَنَةً
 

Artinya, “Al-Quran memiliki dua cara penurunan. Pertama, dari Lauh Mahfuz ke langit dunia (sekaligus) di malam Lailatul Qadr. Kedua, dari langit dunia turun ke bumi (secara bertahap) selama 23 tahun.” (As-Shabuni, At-Tibyan fi 'Ulumil Qur’an, [Teheran: Dar Ihsan], halaman 32).
 

Pertama, Al-Quran turun sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah langit dunia. Hal ini terjadi di bulan Ramadan tepatnya pada malam Lailatul Qadr. Keseluruhan Al-Quran ketika menyebutkan teknis penurunannya dengan istilah inzal.
 

Menguatkan pendapat itu, Syekh Ali As-Shabuni menampilkan beberapa ayat, yaitu: surat Ad-Dukhan ayat 3, Al-Qadr ayat 1, dan Al-Baqarah ayat 185.
 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ
 

Artinya, “Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatulqadar).” (QS Ad-Dukhan: 3).


اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
 

 Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar.” (QS Al-Qadr: 1).

 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ
 

Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran.” (QS Al-Baqarah:185).
 

Ketiga ayat secara eksplisit menggunakan lafal inzal untuk mendeskripsikan turunnya Al-Quran sekaligus ke langit dunia dalam satu malam.
 

Kedua, Al-Quran turun secara bertahap kepada Nabi Muhammad. Hal ini berlangsung selama kurang lebih 23 tahun sejak Nabi saw diutus hingga wafatnya.
 

Redaksi yang digunakan untuk menggambarkan tahap ini dengan menggunakan lafal tanzil. Hal itu dikuatkan dengan dua ayat, yaitu Al-Furqan ayat 32 dan Al-Isra ayat 106. (As-Shabuni, 34).
 

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةً
 

Artinya, “Orang-orang yang kufur berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” (QS Al-Furqan: 32).
 

وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
 

Artinya, “Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya.” (QS  Al-Isra: 106).
 

Dengan demikian, antara nuzul, inzal, dan tanzil meskipun memiliki akar kata yang sama, ketiganya memiliki perbedaan, mulai secara bahasa hingga penggunaannya dalam Al-Quran.
 

Perbedaannya bisa dilihat bahwa Al-Quran menggunakan kata inzal dan kata tanzil guna membuktikan bahwa Al-Quran memang murni kalam Allah. 
 

Juga cara penurunan Al-Quran. Inzal digunakan untuk turun sekaligus, sedangkan tanzil untuk turun secara berangsur-angsur atau bertahap. Wallahu a'lam.

 

Ustadz Muhammad Izharuddin, Mahasantri STKQ Al-Hikam Depok