Ramadhan

Tarawih sebagai Sarana Qiyamul Lail di Bulan Ramadhan 

Kam, 4 April 2024 | 18:00 WIB

Tarawih sebagai Sarana Qiyamul Lail di Bulan Ramadhan 

Ilustrasi shalat Tarawih berjamaah. (Foto: NU Online/Suwitno)

Secara demografi, umat Islam di Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai kelompok beragama terbanyak. Selain itu, komunitas keberagamaan pun mengakui bahwa spirit keagamaan terbesar dimiliki umat Muslim. Idealnya, prestasi ini bisa tetap dipertahankan.

 

Spirit keberagaman umat Islam akan begitu terpancar ketika sudah menapaki bulan mulia, yakni bulan suci Ramadhan. Meskipun umat Islam dalam keadaan kosong asupan tubuh, akan tetapi semangat beribadah tidak luntur sedikit pun. Bisa dilihat di seluruh Pesantren-pesantren, mulai dari Subuh sampai larut malam penuh dengan kegiatan pengajian kitab-kitab kuning, mulai dari kitab berukuran tipis hingga tebal.

 

Secara logika, dalam keadaan haus dan lapar seseorang akan terkulai lemas tak berdaya. Justru, kondisi lemas umat Islam semakin membara semangat peribadatannya. Spirit peribadatan pada bulan Ramadhan sangat besar lantaran pada bulan tersebut penuh akan ada keutamaan-keutamaan. Di antaranya, dibukanya pintu-pintu surga, momen yang mustajabah, dan di ampuni dosa terdahulu maupun dosa yang akan datang.

 

Oleh karenanya, umat Islam berbondong-bondong menghidupkan bulan Ramadhan dengan segala aktivitas ibadah dengan baik, Nabi Muhammad saw bersabda:

 

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ اللّٰهُ مَا تَقَّدمُ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرُ

 

Artinya, "Barang siapa menghidupkan bulan Ramadhan karena iman dan mengusahakan pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang dahulu dan dosa yang akan datang." (HR. Imam Ahmad).

 

Hadits inilah yang dijadikan landasan spirit umat Islam dalam menggapai pahala dan faedah di dalam bulan Ramadhan. Namun yang menarik, pada redaksi hadits sebelumnya yang berbunyi  (قام) memiliki arti menghidupkan secara global seperti pengadaan kegiatan pengajian akbar di beberapa Pesantren. Akan tetapi, mayoritas ulama secara eksplisit tertuju pada shalat Tarawih. (Abdul Hamid bin Muhammad Ali, Kanzun Najah wa Surur,[Beirut, Darul Hawi: 2009], halaman 162).

 

Pasalnya, shalat Tarawih merupakan ibadah ikonik dengan segala perdebatannya saat bulan Ramadhan. Sama halnya dengan pembacaan qunut pada pertengahan kedua bulan Ramadhan. Kedua sub ibadah tersebut hanya dapat ditemukan pada bulan Ramadhan, tidak di bulan lainnya.

 

Perihal shalat Tarawih, banyak sekali fadilah dan keutamaan di dalamnya. Dari sekian keutamaan terdapat satu fadilah yang cukup bergengsi, yakni shalat Tarawih sebagai sarana penyempurnaan qiyamul lail saat bulan Ramadhan. Keutamaan yang ditawarkan Nabi tidak dengan cuma-cuma, ada satu kriteria untuk menggapainya.

 

Kriteria tersebut sangat sederhana, cukuplah seorang Muslim menjalankan sholat Tarawih berjamaah bersama masyarakat sekitar di masjid hingga selesai. Tawaran itu Nabi ucapkan sebagai berikut:

 

عَنْ أَبِي ذَرٍ قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّٰهُ، لَوْ نَفَلْتَنَا قِيَامُ هَذِهِ اللَّيْلَةِ؟ قَالَ: فَقَالَ: إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامُ حَتَّى يَنْصَرِفُ، حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةِ 

 

Artinya, "Dari Abi Dzar berkata: Aku bertanya: wahai Rasulullah, bagaimana supaya kita mampu menghidupkan pada malam ini? Rasulullah menjawab: Sesungguhnya ketika seseorang shalat bersama Imam hingga selesai, maka ia akan terhitung qiyamul lail." (HR. Ibnu Majah).

 

Perlu diketahui, pengajuan pertanyaan dari sahabat Abi Dzar ia lontarkan saat puasa Ramadhan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ketika muncul redaksi qiyam pada hadits Nabi yang bertajuk keutamaan bulan Ramadhan, akan merujuk pada sholat Tarawih. 

 

Tidak semua orang mampu untuk menemui qiyamul lail pada setiap bulan Ramadhan. Dengan semangat membara dalam melaksanakan aktivitas seharian yang menjadikannya letih, sehingga terlelap saat malam tiba. Saat itu pula, seseorang sulit untuk menemui malam mustajabah, yaitu sepertiga malam.

 

Hal demikian, oleh Rasulullah dijadikan solusi alternatif bagi seseorang yang kesulitan untuk melaksanakan qiyamul lail, yaitu dengan mendirikan sholat Tarawih berjamaah sampai selesai. Bahkan terhitung sempurna dalam pelaksanaannya.

 

Seperti yang kita tahu bersama, pada malam malam yang terus bergulir saat bulan Ramadhan, ada satu momen misteri yang hanya orang-orang tertentu yang dapat menemuinya, dialah malam Lailatul Qadar yang berjuluk malam lailah 'adzimah, lailah mubarakah, Malamnya Nabi Syam'un, dan malam yang lebih utama dari seribu bulan. (Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghunyah li Tholibi Thoriqil Haq [Kairo, Darul Kitab I'lmiyah: 1997], juz 2 halaman 17).

 

Tidak semua orang mampu menemui malam yang seistimewa Lailatul Qadar. Begitu juga, semua umat Islam merindukan malam tersebut. Lantas bagaimana bagi yang susah untuk menemuinya, kendati ulama terdahulu memberikan tips dan trik untuk menemukan tanda-tanda Lailatul Qadar?

 

Cukuplah dengan pelaksanaan shalat Tarawih berjamaah sampai selesai. Rasulullah telah memberikan tawaran, bagi siapa saja yang melaksanakan shalat Tarawih berjamaah dengan masyarakat sampai selesai, maka ia terhitung qiyamul lail dengan sempurna.

 

Di samping perbedaan berapa jumlah rakaat shalat Tarawih yang tak henti-hentinya di perdebatkan, terdapat keutamaan yang harusnya jadi motivasi umat Islam mendirikan shalat Tarawih. 

 

Sebab di dalamnya terdapat keutamaan yang mampu meringkas tiga waktu malam secara sempurna. Kabar gembiranya, di tengah-tengah pelaksanaan shalat Tarawih dalam satu bulan, bertepatan dengan Lailatul Qadar. Wallahu a'lam

 

Shofi Mustajibullah, Alumni Az-Zahirul Falah Ploso, Mahasantri Pesantren Kampus Ainul Yaqin Unisma.