Syariah

Hukum Berpuasa di Hari Tasyrik

Rab, 13 Juli 2022 | 18:00 WIB

Hukum Berpuasa di Hari Tasyrik

Hukum Berpuasa di Hari Tasyrik

Hari tasyrik terdapat di bulan Dzulhijjah. Hari tasyrik jatuh setelah hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah. Hari tasyrik tepatnya jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari tasyrik ini umat Islam dilarang berpuasa.


Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya yang terkenal Fathul Mu’in menyebutkan keharaman puasa pada hari tasyrik.


تتمة: يحرم الصوم في أيام التشريق والعيدين


Artinya, “Pelengkap: puasa pada hari tasyrik dan dua hari raya id haram,” (Syekh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu‘in pada Hasyiyah I‘anatut Thalibin, [Daru Ihyail Kutubil Arabiyah/Isa Al-Babi Al-Halabi: tanpa tahun], juz II, halaman 273).


Sayyid Bakri menyebutkan secara eksplisit, hari tasyrik merujuk pada tiga hari setelah 10 Dzulhijjah. Pada hari tasyrik ini umat Islam tidak diperkenankan puasa.


قوله (في أيام التشريق) وهي ثلاثة أيام بعد يوم النحر ويحرم صومها


Artinya, “Redaksi (pada hari tasyrik), yaitu tiga hari (11, 12, 13 Dzulhijjah) setelah hari nahar (10 Dzulhijjah),” (Sayyid Bakri, Hasyiyah I‘anatut Thalibin, [Daru Ihyail Kutubil Arabiyah/Isa Al-Babi Al-Halabi: tanpa tahun], II/273).


Pandangan ini didasarkan pada pendapat Imam As-Syafi’i pada qaul jadid-nya. Adapun qaul qadim Imam As-Syafi’i membolehkan jamaah haji tamattu yang tidak memiliki dam untuk berpuasa pada hari tasyrik di dalam hajinya.


Qaul jadid Imam As-Syafi’I mendasarkan pada keumuman larangan puasa pada hadits riwayat Abu Dawud dan Muslim seperti dikutip Syekh Abu Zakariya Al-Anshari dalam Kitab Asnal Mathalib berikut ini.


قوله (وَكَذَا أَيَّامُ التَّشْرِيقِ) وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ بَعْدَ يَوْمِ الْأَضْحَى لِلنَّهْيِ عَنْ صِيَامِهَا فِي خَبَرِ أَبِي دَاوُد بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ وَفِي خَبَرِ مُسْلِمٍ أَنَّهَا أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ


Artinya, “(Demikian juga hari tasyrik), yaitu tiga hari setelah Idhul Adha karena larangan puasa pada hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad sahih dan pada hadits riwayat Muslim, ‘Bahwa itu semua adalah hari makan, minum, dan zikir kepada Allah swt,’” (Syekh Zakariya Al-Anshari, Asnal Mathalib, juz V, halaman 314).


Yang jelas, hari tasyrik merupakan hari makan dan minum di mana umat Islam diperkenankan untuk mengonsumsi daging kurban. Hari tasyrik merupakan hari zikir di mana umat Islam dianjurkan untuk melantunkan takbir muqayyad minimal selepas shalat wajib lima waktu. Adapun penyembelihan kurban dan takbir merupakan bentuk syiar Allah swt yang patut dirayakan. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)