Hukum Memberikan Zakat Fitrah Sekeluarga kepada Satu Orang
NU Online ยท Ahad, 17 Mei 2020 | 11:00 WIB

Penyaluran zakat sebaiknya tak terpusat pada satu orang ketika fakta yang membutuhkan ternyata banyak.
M. Mubasysyarum Bih
Kolomnis
Zakat fitrah diwajibkan untuk setiap Muslim yang menemui satu bagian dari waktu Ramadhan dan Syawal, meski dalam waktu yang sebentar. Asal memiliki kemampuan menunaikannya, baik budak ataupun merdeka, laki-laki ataupun perempuan, bayi ataupun dewasa, ia wajib menunaikannya. Untuk anak yang belum akil baligh, kepala keluarga wajib menanggung zakat fitrah orang-orang yang wajib ia nafkahi.
Menurut mazhab Syafiโi, zakat fitrah dikeluarkan sebanyak satu shaโ makanan pokok daerah orang yang berzakatโdi Indonesia umumnya menggunakan beras. Ada beberapa pendapat tentang ukuran satu shaโ. Versi kitab al-Taqrirat al-Sadidah (Pasuruan: Darul Ulum al-Islamiyyah, h. 419-420) 2,75 kg, versi lain dalam kitab serupa dari sebagian ulama, 3 kg. Versi kitab Mukhtashar Tasyyid al-Bunyan (Yaman: al-Maโruf Huraidloh, h. 205) 2,5 kg. Ada juga versi Syekh Ali Jumah dalam kitab al-Makayil (Kairo: al-Quds, h. 37) yang mengatakan 2,04 Kg. Di antara beberapa pendapat tersebut masyarakat boleh memilih salah satunya.
Banyak cara dilakukan masyarakat dalam menenuaikan zakat fitrahnya. Sebagian menyerahkannya kepada petugas pengumpulan zakat setempat, ada juga yang mengeluarkannya sendiri. Dalam memberikan jatah zakat per jiwa juga berbeda-beda. Sebagian membagi zakat fitrah setiap jiwa kepada orang yang berbeda, semisal zakat anaknya diberikan kepada si A, zakat fitrah istrinya diberikan kepada si B dan seterusnya. Yang cukup menarik adalah pemberian zakat fitrah sekeluarga kepada satu orang mustahiq (orang yang berhak menerima zakat) sajaโjatah zakat tidak diberikan kepada orang lain. Pertanyaannya kemudian, bolehkah zakat fitrah sekeluarga diberikan kepada satu orang?
Menurut pendapat yang kuat dalam mazhab Syafiโi, zakat, termasuk zakat fitrah untuk setiap jiwa harus diberikan secara merata kepada seluruh golongan mustahiq zakat di daerah setempat. Standar minimal rata adalah membagikan zakat kepada tiga orang di setiap golongan mustahiq zakat yang berjumlah delapan. Semisal ada dua kelompok mustahiq zakat di daerah setempat, faqir dan gharim, maka jika zakat fitrah wajib dibagi kepada enam orang, dengan perincian tiga orang dari golongan faqir, tiga orang dari golongan gharim.
Jika aturan tersebut tidak diindahkan, maka wajib mengganti rugi kepada mustahiq zakat yang tidak diberi, berupa harta paling minimal yang bisa dihargai (aqallu mutamawwal). Sebagian pendapat menyebut ganti ruginya adalah nominal harta yang sebanding dengan sepertiga zakat yang ditunaikan. Pengecualian berlaku untuk mustahiq berupa โamil (panitia zakat), boleh memberikan zakat kepada satu orang saja dari golongan โamil.
Aturan ini berlandaskan kepada ayat mengenai mustahiq zakat yang disampaikan dalam bentuk plural (jamaโ), al-fuqaraโ, al-masakin, dan seterusnya. Dalam gramatika Arab, minimal jamaโ adalah tiga orang.
Syekh Ibnu Qasim al-Ghuzzi mengatakan:
(ููุง ููุชุตุฑ) ูู ุฅุนุทุงุก ุงูุฒูุงุฉ (ุนูู ุฃูู ู ู ุซูุงุซุฉ ู ู ูู ุตูู) ู ู ุงูุฃุตูุงู ุงูุซู ุงููุฉ (ุฅูุง ุงูุนุงู ู)ุ ูุฅูู ูุฌูุฒ ุฃู ูููู ูุงุญุฏุง ุฅู ุญุตูุช ุจู ุงูุญุงุฌุฉ ูุฅู ุตุฑู ูุงุซููู ู ู ูู ุตูู ุบุฑู ููุซุงูุซ ุฃูู ู ุชู ูู. ูููู ูุบุฑู ูู ุงูุซูุซ.
โDan tidak boleh meringkas dalam memberi zakat atas jumlah yang kurang dari tiga orang dari setiap golongan mustahiq zakat yang ada delapan, kecuali โamil, maka boleh diberikan hanya kepada satu orang jika dengan satu orang tersebut terpenuhi kebutuhan. Maka jika zakat diberikan kepada dua orang dari setiap golongan, wajib mengganti rugi kepada orang ketiga berupa minimal harta yang bisa dihargai. Sebagian pendapat mengatakan ganti ruginya adalah sepertigaโ (Syekh Ibnu Qasim al-Ghuzzi, Fath al-Qarib Hamisy Qut al-Habib al-Gharib, hal. 213).
Berpijak dari teori tersebut, maka tidak boleh memberikan zakat fitrah sekeluarga kepada satu orang.
Menurut pendapat Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal, zakatโtermasuk zakat fitrahโboleh diberikan kepada satu orang mustahiq, tidak wajib diratakan kepada seluruh kelompok penerima (ashnaf), tidak pula harus diberikan kepada minimal 3 orang dari masing-masing ashnaf. Pendapat tiga Imam ini juga difatwakan oleh banyak ulama dari kalangan Syafiโiyah, di antaranya Imam Ibnu โUjail al-Yamani, Imam al-Ashbaโi dan mayoritas ulama Mutaโakhirin. Argumen dari pendapat ini bahwa pemberian zakat kepada minimal tiga orang di setiap ashnaf sulit untuk direalisasikan, terlebih zakat fitrah yang jumlahnya sedikit.
Syekh Abu Bakr bin Syatho mengatakan:
ููุงู ุงุจู ุญุฌุฑ ูู ุดุฑุญ ุงูุนุจุงุจ ูุงู ุงูุฃุฆู ุฉ ุงูุซูุงุซุฉ ููุซูุฑูู ูุฌูุฒ ุตุฑููุง ุฅูู ุดุฎุต ูุงุญุฏ ู ู ุงูุฃุตูุงู. ูุงู ุงุจู ุนุฌูู ุงููู ูู ุซูุงุซ ู ุณุงุฆู ูู ุงูุฒูุงุฉ ููุชู ูููุง ุนูู ุฎูุงู ุงูู ุฐูุจุ ููู ุงูุฒูุงุฉุ ูุฏูุน ุฒูุงุฉ ูุงุญุฏ ุฅูู ูุงุญุฏุ ูุฏูุนูุง ุฅูู ุตูู ูุงุญุฏ.
โSyekh Ibnu Hajar berkata dalam Syarh al-โUbab, berkata tiga imam dan banyak ulama (Syafiโiyah), boleh memberikan zakat kepada satu orang dari beberapa ashnaf. Ibnu โUjail al-Yamani berkata, tiga permasalahan zakat yang difatwakan berbeda dengan pendapat al-Madzhab, kebolehan memindah zakat, kebolehan memberi zakatnya satu jiwa kepada satu orang, dan kebolehan memberi zakat kepada satu golonganโ (Syekh Abu Bakr bin Syatho, Iโanah al-Thalibin, juz.2, hal. 212).
Syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur menjelaskan:
(ู ุณุฃูุฉ ู ุด) ูุง ุฎูุงุก ุฃู ู ุฐูุจ ุงูุดุงูุนู ูุฌูุจ ุงุณุชูุนุงุจ ุงูู ูุฌูุฏูู ู ู ุงูุฃุตูุงู ูู ุงูุฒูุงุฉ ูุงููุทุฑุฉ ูู ุฐูุจ ุงูุซูุงุซุฉ ุฌูุงุฒ ุงูุงูุชุตุงุฑ ุนูู ุตูู ูุงุญุฏ ูุฃูุชู ุจู ุงุจู ุนุฌูู ูุงูุฃุตุจุนู ูุฐูุจ ุฅููู ุฃูุซุฑ ุงูู ุชุฃุฎุฑูู ูุนุณุฑ ุงูุฃู ุฑ ููุฌูุฒ ุชูููุฏ ูุคูุงุก ูู ููููุง ูุฏูุนูุง ุฅูู ุดุฎุต ูุงุญุฏ ูู ุง ุฃูุชู ุจู ุงุจู ุนุฌูู ูุบูุฑู
Tidak ada keraguan bahwa menurut mazhab Syafiโi diwajibkan meratakan mustahiq zakat yang wujud dari beberapa golongan di dalam zakat (mal) dan zakat fitrah. Menurut mazhabnya tiga Imam, boleh meringkas atas satu golongan. Pendapat ini difatwakan oleh Syekh Ibnu Ujail, Syekh al-Ashbaโi dan diugemi oleh mayoritas ulama mutaโakhirin, karena sulitnya perihal (meratakan zakat). Boleh mengikuti pendapat-pendapat tersebut dalam memindah zakat dan memberinya kepada satu orang seperi fatwanya Syekh Ibnu โUjail dan lainnyaโ. (Syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur, Bughyah al-Mustarsyidin, hal. 219).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa zakat fitrah sekeluarga untuk satu orang mustahiq adalah persoalan yang diperdebatkan oleh ulama (ikhtilaf). Menurut pendapat mayoritas mazhab Syafiโi tidak diperbolehkan, sedangkan menurut Ibnu โUjail, al-Ashbaโi dan mayoritas ulama mutaโakhirin, diperbolehkan. Pendapat kedua ini senada dengan pendapatnya tiga Imam, Abu Hanifah, Malik dan Ahmad bin Hanbal. Masing-masing dari dua pendapat tersebut boleh diikuti.
Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
2
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
3
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
Terkini
Lihat Semua