Tafsir Surat Ad-Dukhan Ayat 3: Al-Qur'an Diturunkan Malam Lailatul Qadar
NU Online · Ahad, 16 Maret 2025 | 10:00 WIB
Zainuddin Lubis
Penulis
Surat Ad-Dukhan merupakan surat ke-44 dalam Al-Qur'an yang tergolong sebagai surat Makkiyah. Kata Syekh Nawawi, surat ini termasuk surah Makkiyah, terdiri dari 59 ayat, 346 kata, dan 1.431 huruf. Dalam ayat ketiga surat ini, Allah SWT menyebutkan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada malam yang diberkahi. Ayat ini sering dikaitkan dengan malam Lailatul Qadar, malam yang memiliki kemuliaan dan keberkahan luar biasa.
Simak firman Allah berikut;
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ ٣
innâ anzalnâhu fî lailatim mubârakatin innâ kunnâ mundzirîn
Artinya, "Sesungguhnya Kami (mulai menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatulqadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan."
Menurut Syekh Nawawi Banten dalam kitab tafsir Marah Labib, makna dari Surat Ad-Dukhan ayat 2-3 memiliki beberapa penafsiran penting. Dalam ayat kedua, "Demi Kitab yang nyata," kata Kitab dapat memiliki tiga makna yang berbeda.
Pertama, ia bisa merujuk pada kitab-kitab suci terdahulu yang diturunkan Allah kepada para nabi-Nya. Kedua, bisa merujuk pada Lauh Mahfuzh, tempat di mana segala ketetapan tertulis. Ketiga, bisa merujuk pada Al-Qur'an itu sendiri. Ketiga makna ini menegaskan betapa agung dan mulianya Al-Qur'an dalam ajaran Islam.
Pada ayat ketiga, Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi." Syekh Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "Kami telah menurunkannya" adalah Al-Qur'an. Para ulama mayoritas sepakat bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah Lailatul Qadar, sebuah malam yang memiliki keutamaan luar biasa dalam Islam.
Simak keterangan Syekh Nawawi;
Baca Juga
Arti dan Makna Malam Lailatul Qadar
حم (١) وَالْكِتابِ الْمُبِينِ (٢) يجوز أن يكون المراد بالكتاب هاهنا الكتب المتقدمة التي أنزلها الله تعالى على أنبيائه، وأن يكون المراد به اللوح المحفوظ، وأن يكون المراد به القرآن، وهذا يدل على غاية تعظيم القرآن. إِنَّا أَنْزَلْناهُ أي القرآن فِي لَيْلَةٍ مُبارَكَةٍ قال الأكثرون: إنها ليلة القدر.،
Artinya; "Ada beberapa kemungkinan makna dari "Kitab" dalam ayat ini: Pertama, Bisa merujuk pada kitab-kitab sebelumnya yang telah Allah turunkan kepada para nabi-Nya. Kedua, Bisa merujuk pada Lauh Mahfuzh. Ketiga, Bisa juga merujuk pada Al-Qur'an. Nah, ketiga makna ini menunjukkan betapa agungnya Al-Qur'an.
'Sesungguhnya Kami telah menurunkannya' – maksudnya adalah Al-Qur'an – "pada suatu malam yang diberkahi". Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam yang dimaksud adalah Lailatul Qadar." (Syekh Nawawi Banten, Tafsir Marah Labib, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 1417 H], Jilid II, halaman 391).
Sementara itu, dalam Tafsir Al-Misbah, Profesor Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang kemuliaan Al-Qur'an. Jika dalam Surah Az-Zumar hanya disebutkan tentang Al-Qur'an, sifat-sifatnya yang mulia, dan keutamaan mengikuti ajarannya, maka dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada "malam yang penuh berkah".
Para ulama, kata Quraish Shihab, menafsirkan frasa "malam yang diberkahi ini" atau (لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ) sebagai Lailatul Qadr, yang terjadi di bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Qadr ayat 1. Allah berfirman:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar.” (QS. al-Qadr [97]: 1).
Dalam ayat ini, Allah juga menyebutkan bahwa "malam yang diberkahi" tersebut memiliki keistimewaan karena menjadi momen penting turunnya wahyu yang mengandung peringatan bagi manusia. Menurut Quraish Shihab, turunnya Al-Qur’an bukan hanya sebagai peristiwa biasa, tetapi memiliki dampak besar bagi kehidupan manusia. Wahyu yang turun membawa petunjuk dan peringatan, yang mengarahkan manusia kepada jalan yang benar.
Selain itu, penggunaan kata "Ha Mim" di awal surah ini menunjukkan pola khas dalam beberapa surah Al-Qur’an. Para ulama berbeda pendapat mengenai maknanya, namun Quraish Shihab mengarahkan kita untuk melihatnya sebagai bagian dari gaya bahasa Al-Qur’an yang unik. Melalui sumpah Allah terhadap Al-Qur’an, ayat ini semakin menegaskan keagungan wahyu yang diturunkan, serta urgensi mengikuti tuntunannya dalam kehidupan.
Imam Qurthubi dalam kitab Al-Ahkam li Ahkami Al-Qur'an menjelaskan bahwa pada "malam yang diberkahi" bukan hanya menjadi waktu turunnya Al-Qur'an, tetapi juga saat diturunkannya kitab-kitab suci sebelumnya. Berdasarkan hadits Nabi Muhammad, suhuf Nabi Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat pada tanggal enam, Zabur pada tanggal dua belas, Injil pada tanggal delapan belas, dan Al-Qur'an pada tanggal dua puluh empat Ramadhan.
أنزلت صحف إبراهيم في أول ليلة من رمضان وأنزلت التوراة لست مضين من رمضان وأنزلت الزبور لاثنتي عشرة من رمضان وأنزل الإنجيل لثمان عشرة خلت من رمضان وأنزل القرآن لأربع وعشرين مضت من رمضان
Artinya, "Shuhuf (lembaran-lembaran wahyu) Nabi Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan. Taurat diturunkan pada hari keenam Ramadhan. Zabur diturunkan pada hari kedua belas Ramadhan. Injil diturunkan pada hari kedelapan belas Ramadhan. Al-Qur’an diturunkan pada hari kedua puluh empat Ramadhan." (HR. Baihaqi)
Hal ini menunjukkan bahwa bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang luar biasa, karena menjadi bulan di mana wahyu Allah diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia di berbagai zaman.
Al-Qur'an sendiri diturunkan secara keseluruhan dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia pada malam Lailatul Qadr, sebelum kemudian diwahyukan secara bertahap kepada Nabi Muhammad selama 23 tahun. Penurunan wahyu secara bertahap ini menunjukkan kebijaksanaan Allah dalam memberikan wahyu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan umat saat itu.
قال قتادة وابن زيد : أنزل الله القرآن كله في ليلة القدر من أم الكتاب إلى بيت العزة في سماء الدنيا ، ثم أنزله الله على نبيه - صلى الله عليه وسلم - في الليالي والأيام في ثلاث وعشرين سنة . وهذا المعنى قد مضى في ( البقرة ) عند قوله تعالى : شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن ويأتي آنفا إن شاء الله تعالى
Artinya; "Qatadah dan Ibnu Zaid berkata: Allah menurunkan seluruh Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar dari Ummul Kitab ke Baitul 'Izzah di langit dunia. Kemudian Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad secara bertahap dalam malam-malam dan hari-hari selama dua puluh tiga tahun. Makna ini telah disebutkan sebelumnya dalam (Surah Al-Baqarah) pada firman Allah Ta’ala: 'Bulan Ramadan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,' dan akan disebutkan kembali setelah ini, insya Allah Ta’ala," (Imam Qurthubi, Jami' Li Ahkami Al-Qur'an, [Beirut: Darul Fikr, tt], Jilid XVI, hlm. 116).
Dengan demikian, Surat Ad-Dukhan ayat 3 memberikan pesan penting tentang kemuliaan Lailatul Qadar. Malam ini adalah saat yang penuh keberkahan; Al-Qur'an diturunkan, dan takdir tahunan manusia ditetapkan.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan doa pada malam-malam terakhir di bulan Ramadhan agar mendapatkan keberkahan yang Allah janjikan. Wallahu a'lam.
Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Parung
Terpopuler
1
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
2
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
3
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
4
Negara G7 Dukung Israel, Dubes Iran Tegaskan Hindari Perluasan Wilayah Konflik
5
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
6
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
Terkini
Lihat Semua