Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 130: Kebencian terhadap Agama Ibrahim

NU Online  ·  Jumat, 26 Juli 2024 | 10:15 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 130: Kebencian terhadap Agama Ibrahim

Tafsir Al-Baqarah 130 tentang kebencian terhadap agama Ibrahim (islamcity.org).

Setelah Allah swt menyebutkan ujian Nabi lbrahim as dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan) pada surat Al-Baqarah ayat 124), dan Allah memerintahkannya untuk membangun Ka'bah serta menyucikannya untuk digunakan sebagai tempat ibadah pada ayat 125, kemudian dalam ayat 130 Allah menjelaskan bahwa agama lbrahim (yaitu tauhid dan ketundukan hati kepada Allah) tidak boleh ditinggalkan oleh siapapun.
 

Agama itulah yang diwasiatkan oleh Ya'qub kepada anak-anaknya, dan sebelumnya juga diwasiatkan oleh lbrahim.
 

Berikut adalah teks, transliterasi, terjemah dan kutipan beberapa tafsir ulama terhadap surat Al-Baqarah ayat 130:
 

وَمَنْ يَّرْغَبُ عَنْ مِّلَّةِ اِبْرٰهٖمَ اِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهٗۗ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَاۚ وَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
 

Wa may yarghabu ‘am millati ibrâhîma illâ man safiha nafsah, wa laqadishthafainâhu fid-dun-yâ, wa innahû fil-âkhirati laminash-shâliḫîn.
 

Artinya, “Siapa yang membenci agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri? Kami benar-benar telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.” (QS Al-Baqarah: 130).
 

Sababun Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 130

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsirul Munir, memaparkan riwayat dari Ibnu ‘Uyainah. Ia berkata:
 

روي أن عبد الله بن سلام دعا ابني أخيه: سلمة ومهاجرا، إلى الإسلام، فقال لهما: قد علمتما أن الله تعالى قال في التوراة: إني باعث من ولد إسماعيل نبيا اسمه أحمد، فمن آمن به فقد اهتدى ورشد، ومن لم يؤمن به فهو ملعون، فأسلم سلمة، وأبى مهاجر، فنزلت فيه الآية
 

Artinya, “Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Salam pernah menyeru dua keponakannya yang bernama Salamah dan Muhajir agar memeluk Islam.
 

Ia berkata kepada mereka, "Kalian sudah tahu bahwa Allah swt. berfirman di dalam Taurat, ‘Sesungguhnya Aku akan mengutus seorang nabi yang bernama Ahmad dari keturanan Isma'il.
 

Barangsiapa beriman kepadanya maka ia telah mendapat petunjuk, dan barangsiapa tidak beriman kepadanya, maka ia terkutuk.’ Salamah lantas masuk Islam, sedangkan Muhajir enggan. Maka turunlah ayat ini.” (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz II, halaman 317).
 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 130

Secara garis besar, ayat 130 mengandung dua bahasan utama, yakni perihal kebodohan orang yang benci terhadap agama Ibrahim dan perihal Nabi Ibrahim as adalah nabi pilihan Tuhan, baik di dunia maupun akhirat.
 

1. Kebencian Terhadap Agama Ibrahim

Bahasan pertama, yakni perihal kebodohan orang yang benci terhadap agama Ibrahim. 
Menurut Imam Al-Qurthubi, seperti dikutip dari pendapat An-Nuhas, yang dimaksud dari frasa: وَمَنْ يَّرْغَبُ عَنْ مِّلَّةِ اِبْرٰهٖمَ  adalah tidaklah membenci agama Ibrahim kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri.
 

Artinya, orang itu enggan dan memalingkan dirinya dari agama Ibrahim as, yakni dari millahnya yang tak lain adalah agama dan syariatnya.
 

Sedangkan, yang dimaksud orang yang memperbodoh dirinya sendiri  dalam frasa: اِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهٗۗ  seperti yang beliau kutip dari Qatadah adalah, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sebab, mereka membenci agama Ibrahim dan juga membuat bid'ah yang tidak berasal dari Allah swt.
 

Imam Al-Qurthubi juga mengatakan, ayat biasanya dijadikan dalil oleh orang-orang yang mengatakan bahwa syariat Nabi Ibrahim as adalah syariat bagi kita juga, kecuali bagian-bagian yang sudah dinasakh. (Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Kairo, Darul Kutub Al-Mishriyyah: 1964], juz 2, halaman 132-133).
 

Syekh Wahbah dalam Tafsirul Munir mengatakan bahwa ayat mencela setiap orang yang berpaling dari agama lbrahim (yakni agama tauhid, ketundukan, dan keikhlasan kepada Allah) dan mengecam orang-orang kafir yang membenci agama ini. 
 

Syekh Wahbah melanjutkan, tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim kecuali orang yang menghinakan dan menistakan dirinya. Sebab orang yang meninggalkan kebaikan, kebenaran, dan petunjuk, berarti sama saja dengan merendahkan dirinya. (Az-Zuhaili, II/317-318).
 

Urgensi Syariat Ibrahim bagi Peradaban dan Kemanusiaan

Islam adalah agama lama. Islam sendiri secara etimologi adalah tunduk dan patuh. Sedangkan secara istilah, Islam adalah mengesakan dan melakukan ibadah hanya kepada Allah swt. serta mematuhi petunjuk yang telah disampaikan oleh Rasul-Nya.
 

Dari pengertian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa agama yang dianut dan diajarkan oleh para nabi-nabi terdahulu dari mulai Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw, termasuk syariat yang dibawa Nabi Ibrahim, adalah agama yang sama, yaitu agama Islam. (Tim FKI Nuktah, Bahtera Semesta, [Kediri, Lirboyo Press: 2022], halaman 314).
 

Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mengikuti syariat Nabi Ibrahim as adalah mengikuti agama Islam, sebab agama yang dianut dan diajarkan oleh para nabi-nabi, termasuk Nabi Ibrahim as adalah sama, yakni agama Islam.
 

2. Nabi Ibrahim as adalah Pilihan Tuhan

Menurut Imam Al-Qurthubi, maksud dari frasa: وَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَاۚ adalah Nabi Ibrahim as telah dipilih Allah sebagai rasul dan juga dijadikan sebagai orang yang suci dari kotoran. Sedangkan, yang dimaksud dengan ‘orang shalih’ dalam frasa: وَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ adalah ‘orang yang beruntung’. (Al-Qurthubi, II/133).
 

Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir mengatakan, Allah telah memilih Nabi Ibrahim as di dunia dengan menjadikannya bapak para nabi. Sedangkan di akhirat, Allah menjadikannya termasuk orang yang diakui memiliki kesalehan, istiqamah, dan telah memberi petunjuk kepada umat manusia agar bertindak seperti dirinya. 
 

Lebih jauh, Syekh Wahbah juga mengatakan, ayat adalah berita gembira untuk Nabi Ibrahim tentang kondisi baiknya di akhirat, serta merupakan janji akan hal itu baginya. (Az-Zuhaili, II/317).
 

Sementara Imam Abu Manshur Al-Maturidi dalam tafsirnya mengatakan, maksud dipilihnya Nabi Ibrahim as dalam frasa: وَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا adalah dipilih menjadi nabi, diberi risalah, dan diberikan perlindungan dari Allah swt.
 

Adapun maksud ‘orang shalih’ dalam frasa:  وَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ adalah dalam hal derajat dan pahalanya. (Imam Abu Mansur al-Maturidi, Ta’wilat Ahlissunnah, [Beirut,Darul Kutub Al-‘Ilmiah: 2005], juz I, halaman 574).
 

Walhasil dari paparan dapat disimpulkan, ayat 130 surat Al-Baqarah mengandung dua bahasan utama, yakni perihal kebodohan orang yang tidak mengikuti agama Nabi Ibrahim as dan perihal ia menjadi nabi pilihan Allah swt. Wallahu a’lam.
 


Ustadz M Ryan Romadhon, Alumni Ma'had Aly Al-Iman Bulus Purworejo