Tasawuf/Akhlak

Indonesia Merdeka, Ini Perjuangan Terb​​​​​​​aik Setelahn​​​ya

Sen, 15 Agustus 2022 | 07:30 WIB

Indonesia Merdeka, Ini Perjuangan Terb​​​​​​​aik Setelahn​​​ya

Tak ada perjuangan terbaik setelah kemerdekaan selain belajar dan mengembankan ilmu pengetahuan.

Semua bangsa dan negara pasti menghendaki, kemerdekaan. Demikian juga Indonesia. Tidak ada satu pun dari rakyat Indonesia yang menginginkan negaranya terus tertekan di bawah penjajahan yang tidak manusiawi dan tidak berprikeadilan. Segala tindakan akan dilakukan demi meraih kebebasan, kemerdekaan, kenyamanan, dan kesejahteraan tanpa penjajahan.

 

Saat ini, kemerdekaan Indonesia sudah mencapai usia 77 tahun. Umur yang sudah sangat tua jika diukur dengan usia manusia. Tapi bagi negara? Tergantung bagaimana para warga memperlakukan negaranya. Jika diperlakukan dengan baik, maka akan menjadi keberhasilan. Jika tidak, maka usia tersebut tak ubahnya sebagai waktu yang berlalu tanpa makna.

 

77 tahun sudah Indonesia dan semua warganya dapat bernafas dengan lega, lapang, nyaman, tanpa rasa takut sedikit pun. Mereka sudah bebas, tidak ada lagi tekanan dan segala belenggu yang dari para penjajah. Upaya untuk meraih kemerdekaan pun sudah selesai, bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta, yang berbunyi:

 

“Kami bangsa Indonesia, dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dll, diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.”

 

Kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu nikmat besar yang harus disyukuri oleh semua rakyat Indonesia. Dengan kemerdekaan, siapa pun bisa beribadah dengan mudah, mencari ilmu dengan gampang, silaturrahim tanpa rasa khawatir adanya tekanan, bekerja dengan mudah dan beraktivitas secara leluasa. Dengan kemerdekaan pula, segala tindakan yang tidak berperikemanusiaan dan berperikeadilan terhapus dengan sendirinya.

 

Setelah Merdeka Lalu Apa?

Jika ditanya, “Apa saja hal-hal yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia saat ini, setelah kemerdekaan berhasil diraih oleh para pejuang?”

 

Maka jawabannya adalah dengan cara mencintai bangsa dan negara. Sebab, ketika cinta tanah air sudah tertanam dalam diri seseorang, ia akan terus berusaha dan berbakti pada bangsa dan negaranya. Selain itu, salah satu kata singkat yang sangat memotivasi adalah ungkapan para ulama perihal nasionalisme, yaitu, “Cinta tanah air merupakan bagian dari iman.” Kata ini menjadi motivasi, khususnya bagi umat Islam, untuk terus menumbuhkan iman dengan sikap nasionalisme yang tinggi, serta berusaha untuk mengharumkan nama bangsanya.

 

Apabila jiwa nasionalisme tertanam dalam diri warga negara, ia akan selalu berusaha untuk berbuat baik dan benar pada negaranya. Ia tidak akan membiarkan negaranya hancur dan rusak. Hal ini sebagaimana penjelasan Syekh Muhammad Bakri as-Shiddiqi asy-Syafi’i (wafat 1057 H) dalam kitabnya,

 

يَنْبَغِي لِكَامِلِ الْإِيْمَانِ أَنْ يُعَمَّرَ وَطَنَهُ بِالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَالْإِحْسَانِ

 

Artinya, “Sudah seharusnya bagi orang yang sempurna imannya untuk membangun negaranya dengan perbuatan-perbuatan benar dan baik.” (Syekh Muhammad Bakri, Dalilul Falihin li Thuruqi Riyadlis Shalihin, [Beirut, Darul Fikr: 2005], juz I, halaman 22).

 

Penjelasan ini menjadi suatu nasihat bagi bangsa Indonesia khususnya, bahwa tidak ada perbuatan dan tindakan yang lebih baik dan bermanfaat yang bisa diberikan untuk negaranya selain perbuatan baik, adil, sejahtera, benar, dan jujur. Inilah sikap nasionalisme yang tepat dalam bingkai kebangsaan.

 

Mencintai tanah air atau nasionalisme seharusnya diwujudkan dengan cara berbakti dan berjuang demi bangsa dan negara. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh seorang warga harus memiliki nilai manfaat pada negara. Nah, dalam hal ii tidak ada cara yang paling tepat dalam mewujudkan jiwa nasionalisme selain dengan cara semangat mencari ilmu dan membuang segala kebodohan.

 

هُوَ أَنْ تَجْتَهِدَ فِي تَحْصِيْلِ الْعُلُوْمِ وَالمَعَارِفِ التي بِهَا تَتَمَكَّنُ مِنْ خِدْمَةِ الوَطَنِ العَزِيْزِ عَلَى وَجْهِ الْاِكْمَالِ فَاِنَّ الجَاهِلَ تَصَرُّفَاتُهُ كُلُّهَا دَرِيْعَةٌ لَا يَعْرِفُ مَا فِيْهَا المَنْفَعَة

 

Artinya, “(Jiwa nasionalisme diwujudkan) dengan cara berupaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan, yang dengannya bisa orang berbakti pada negara yang mulia dengan cara yang sempurna. Sebab, semua tindakan orang bodoh adalah upaya yang tidakdiketahui manfaatnya.” (Sayyid Afandi, at-Tahliyatu wat Targhib, halaman 31).

 

Tidak ada cara yang lebih baik dalam mempertahankan kemerdekaan selain belajar untuk lebih berilmu, sehingga bisa berbakti pada negara dengan lebih baik dan benar. Sebab, kebodohan tidak memiliki manfaat untuk kebaikan suatu bangsa.

 

Selamat merayakan Hari Kemerdekaan, Dirgahayu Republik Indonesia ke-77, 17 Agustus 2022. Mudah-mudahan momentum perayaan ini menjadi salah satu bentuk syukur yang diterima oleh Tuhan atas nikmat kemerdekaan, sekaligus menjadi mengingat segala perjuangan yang sudah para pahlawan. Wallahul musta'aan.

 

Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.