Kedudukan Ahli Syariat dan Ahli Hakikat, Mana Lebih Utama?
Kam, 4 Januari 2018 | 06:03 WIB
Artinya, “Sekelompok orang ditempatkan Allah untuk khidmah kepada-Nya. Sekelompok lainnya ditempatkan untuk mencintai-Nya. ‘Kepada masing-masing, baik ini maupun itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Sedangkan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi,’ (Surat Al-Isra ayat 20).”
Allah memberikan anugerah kepada kedua kelompok ini. Kelompok pertama biasanya–meski tak selalu–diwakili oleh kalangan syariat. Sementara yang kedua–kadang tak serta merta–diwakili oleh kelompok hakikat. Dia memberikan inayat kepada mereka sehingga mereka merupakan hamba yang terhormat di sisi-Nya. Kita tidak boleh meremehkan salah satunya sebagai disebutkan oleh Syekh Syarqawi berikut ini:
Artinya, “(Sekelompok orang ditempatkan) dipilih (Allah untuk khidmah kepada-Nya) melalui ibadah fisik hingga mereka layak menerima surga-Nya. Mereka adalah ahli zuhud dan ahli ibadah. (Sekelompok lainnya ditempatkan untuk mencintai-Nya) sehingga mereka layak dekat dengan-Nya dan masuk ke hadirat-Nya. Mereka adalah pecinta (muhibbin) dan ahli makrifat (arifin). Tetapi dua kelompok berbeda ini tetap bernisbah dan berkhidmah kepada Allah. Hanya saja kelompok pertama lebih banyak berkhidmah dengan fisik. Kelompok kedua lebih banyak berkhidmah dengan batin. (‘Kepada masing-masing, baik ini maupun itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Sedangkan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi’) atau dibendung. Ketika menyaksikan keesaan Allah pada penempatan secara khusus hamba-Nya ke dalam dua kelompok itu, niscaya seseorang takkan meremehkan salah satu dari keduanya. Syekh Abu Yazid berkata, ‘Allah memandang hati para wali-Nya. Ketika ada sebagian dari mereka tidak layak menyandang kemakrifatan, Allah mengalihkannya pada ibadah,’” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, Al-Haramain, 2012 M, juz I, halaman 59).
Syekh Ahmad Zarruq menyebutkan lebih rinci siapa di antara mereka yang dipilih untuk khidmah dan siapa yang ditugaskan untuk mencintai-Nya di mana semua berada dalam lingkaran inayat-Nya.
Artinya, “Menurut saya, orang yang dipilih untuk khidmah kepada-Nya terdiri atas tiga golongan, yaitu ahli ibadah, ahli zuhud, dan hamba yang taat dan lempang. Ahli ibadah beramal dengan maksud terwujud harapan. Ahli zuhud lari dari makhluk secara fisik agar fokus satu tujuan dengan Allah lewat wirid pagi dan sore. Sedangkan orang yang dipilih untuk mencintai-Nya terdiri atas tiga golongan, yaitu pecinta (muhibbin), ahli makrifat (arifin), dan mereka yang sampai di hadirat-Nya (washilin). Pecinta adalah orang yang mengutamakan Allah di atas segalanya. Ahli makrifat adalah orang yang menyaksikan-Nya pada segalanya. Mereka yang sampai adalah orang yang cukup dengan-Nya, tak membutuhkan segalanya. Mereka adalah orang pilihan dan istimewa sebagaimana orang sebelum mereka adalah penerima petunjuk dan orang yang kembali. Allah berfirman dalam Surat As-Syura ayat 13, ‘Allah memilih orang yang Dia kehendaki pada agama tauhid dan memberi petunjuk pada [agama]-Nya bagi orang-orang yang kembali [kepada-Nya].’ Semua golongan ini berada dalam lingkaran Allah dan mendapat pertolongan karena kebaikan dan kemurahan-Nya sebagai diisyaratkan oleh Syekh Ibnu Athaillah melalui Surat Al-Isra ayat 20, ‘Kepada masing-masing, baik ini maupun itu, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Sedangkan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi,’” (Lihat Syekh Ahmad Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 75).
Kedua kelompok ini tentu berbeda. Mereka yang mencintai-Nya memiliki derajat lebih tinggi dibanding mereka yang berkhidmah. Oleh karena itu, mereka yang belum layak menduduki maqam makrifat kembali ditugaskan untuk beribadah dengan intensitas tinggi sebagai wujud penempaan diri. Meskipun kedua kelompok ini memiliki derajat berbeda, kita tidak boleh meremehkan salah satunya. Pasalnya, semua merupakan orang pilihan Allah sebagaimana pandangan Syekh Ibnu Ajibah berikut ini:
Artinya, “Menurut saya, hamba Allah yang khusus mendapat inayah dari-Nya terdiri atas dua kelompok... tetapi hikmah di balik penempatan satu kelompok untuk khidmah kepada-Nya, adalah penghormatan kepada mereka secara umum. Hal ini tidak serta merta menafikan kelebihan ahli makrifat dan para pecinta di atas kalangan abidin dan zahidin. Coba perhatikan firman Allah setelah itu, ‘Lihatlah bagaimana Kami melebihkan sebagian di atas sebagian lainnya. Derajat dan keutamaan kehidupan akhirat lebih tinggi dan lebih utama,’ (Surat Isra ayat 21). Ayat ini menunjukkan keutamaan sebagian kelompok di atas kelompok lainnya. Hanya saja secara umum semua hamba Allah itu mulia. Allah tidak adakan meremehkan hamba-Nya dari kelompok mana saja sekalipun derajat mereka berbeda di sisi-Nya. Wallahu a‘lam,”(Lihat Syekh Ibnu Ajibah Al-Hasani, Iqazhul Himam, Beirut, Darul Fikr, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 108-109).
Hikmah ini menegaskan bahwa keduanya memiliki derajat berbeda di sisi Allah. Ini sebuah kenyataan yang harus diterima. Hanya saja hikmah ini mendidik kita untuk tidak meremehkan salah satu dari kedua jenis hamba Allah ini, sebuah kesalahan yang sering kita perbuat.
Menurut Syekh Ibnu Ajibah, perbedaan derajat mereka di sisi Allah itu bukan alasan bagi kita untuk merendahkan salah satunya. Amanat Surat Al-Isra ayat 20-21 ini sering terlupakan oleh kita yang kerap mengagungkan salah satunya sekaligus meremehkan yang lain. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menata Pola Hidup Positif Pasca-Ramadhan
2
Khutbah Jumat: Meraih Pahala Berlimpah dengan Puasa Syawal
3
Khutbah Jumat: Syawal, Menjalin Silaturahmi dan Memperkokoh Persatuan Bangsa
4
Hukum Mengulang Akad Nikah karena Grogi
5
Kalahkan Australia 1-0, Timnas Indonesia Berpeluang Lolos Fase Grup Piala Asia U-23 2024
6
Sejarah Awal Berdirinya Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon
Terkini
Lihat Semua