Sesama Muslim Adalah Saudara, Bukan Lawan
NU Online · Selasa, 29 Juli 2025 | 19:00 WIB
Sunnatullah
Kolomnis
“Perumpamaan orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi, dan saling berempati di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh itu mengeluh sakit, maka seluruh tubuh akan turut meresponsnya dengan tidak bisa tidur dan mengalami demam.”
Demikian salah satu pesan indah Rasulullah dalam riwayat Bukhari dan Muslim ketika menggambarkan betapa ikatan sesama muslim benar dibangun atas dasar yang kuat, kukuh, dan tak tergoyahkan. Ukhwah atau persaudaraan yang tidak hanya dibangun di atas kesamaan organisasi, mazhab, atau kepentingan, melainkan atas dasar keimanan kepada Allah dan kasih sayang di antara sesama.
Sebab ketika seorang muslim sudah membawa nama Islam, itu artinya mereka melebur dalam ikatan yang sama dengan identitas mulia yang tidak boleh dinodai oleh kebencian, fanatisme sempit, atau ego kelompok. Maka caci maki, tindakan kekerasan, bentrok, perpecahan, hingga permusuhan harusnya tidak terjadi di antara mereka.
Sesama Muslim Adalah Saudara
Perlu diketahui, bahwa Islam tidak membangun fondasi peradaban di atas ras, warna kulit, garis keturunan, maupun sebuah kelompok dari suatu aliran tertentu, melainkan atas nama persaudaraan. Maka apa pun organisasinya, mereka tetaplah saudara dalam Islam. Spirit persaudaraan ini sebagaimana Allah tegaskan dalam salah satu firman-Nya, yaitu:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” (QS Al-Hujurat, [49]: 10).
Merujuk penjelasan Syekh Muhammad Sayyid at-Thanthawi, salah satu tujuan adanya persaudaraan dalam iman pada ayat di atas adalah agar mereka bersatu. Jika saudara sedarah saja dituntut untuk saling mengasihi, menjaga, dan membela, terlebih lagi saudara dalam iman. Oleh sebab itu, persaudaraan dalam iman harusnya mampu menjadi penyebab lahirnya sikap untuk saling peduli, saling merangkul, dan tentu saja menghindari permusuhan,
وَكَمَا أَنَّ أُخُوَّةَ النَّسَبِ دَاعِيَةٌ إِلىَ التَّوَاصُلِ وَالتَّرَاحُمِ وَالتَّنَاصُرِ فِى جَلْبِ الْخَيْرِ وَدَفْعِ الشَّرِّ، فَكَذَلِكَ الْأُخُوَّةُ فِى الدِّيْنِ تَدْعُوْكُمْ إِلىَ التَّعَاطُفِ وَالتَّصَالُحِ
Artinya, “Sebagaimana persaudaraan karena nasab mendorong untuk saling berhubungan, saling menyayangi, dan saling tolong-menolong dalam meraih kebaikan dan menolak keburukan, maka demikian pula persaudaraan dalam agama mendorong kalian untuk saling berempati dan berdamai,” (Tafsir al-Wasith lil Qur’anil Karim, [Kairo: Dar an-Nahdlah, 1997 M], jilid XIII, halaman 309).
Persaudaraan dalam iman tentu saja tidak hanya konsep teoretis di atas kertas, melainkan prinsip yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Ia harusnya menjadi akar yang menyatukan setiap manusia, terlepas dari latar belakang, organisasi, ras, warna kulit, keturunan dan lain sebagainya. Dan inilah salah satu ajaran penting dalam Islam, yaitu sesama muslim adalah saudara.
Adapun menurut Imam Abu Abdillah Syamsuddin al-Qurthubi (wafat 671 H), persaudaraan atas dasar agama memiliki posisi yang lebih kukuh dan lebih tinggi daripada persaudaraan nasab, sebab persaudaraan karena nasab bisa terputus karena perbedaan agama, sementara persaudaraan karena agama tidak terputus meski berbeda nasab,
أُخُوَّةُ الدِّيْنِ أَثْبَتُ مِنْ أُخُوَّةِ النَّسَبِ، فَإِنَّ أُخُوَّةَ النَّسَبِ تَنْقَطِعُ بِمُخَالَفَةِ الدِّيْنِ، وَأُخُوَّةُ الدِّيْنِ لاَ تَنْقَطِعُ بِمُخَالَفَةِ النَّسَبِ
Artinya, “Persaudaraan karena agama lebih kukuh daripada persaudaraan karena nasab, sebab persaudaraan karena nasab bisa terputus karena perbedaan agama, sedangkan persaudaraan karena agama tidak terputus meskipun berbeda nasab.” (al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, [Kairo: Darul Kutub al-Mishriyyah, 1964 M], jilid XVI, halaman 322).
Oleh karena itu, persaudaraan yang dibangun di atas dasar Islam dan iman inilah yang seharusnya menjadi tali pengikat kaum muslimin. Sebab ia lebih kukuh dari persaudaraan karena darah dan nasab. Maka sudah saatnya umat ini berhenti saling menyudutkan, mencaci, saling bentrok, atau bahkan saling bermusuhan. Sesama muslim adalah saudara, dan saudara tidak sepatutnya berpecah belah.
Jangan Berpecah Belah dan Bermusuhan
Kemudian setelah kita paham betapa ikatan persaudaraan dalam Islam sangat kuat dan kukuh, maka mari kita wujudkan salah satu pilar dari persaudaraan itu sendiri. Dan tidak saling berpecah belah serta saling bermusuhan merupakan salah satu pilar utama dari persaudaraan tersebut. Bahkan, Al-Qur’an tidak hanya sekali memberikan peringatan agar menjauhi yang namanya pecah belah. Salah satunya adalah ayat berikut:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Artinya, “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).
Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman perihal larangan berpecah belah,
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya, “Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS Ali ‘Imran [3]: 105).
Pada prinsipnya, dua ayat di atas memerintahkan umat Islam untuk tidak berpecah belah. Ayat yang pertama dengan tegas melarang berpecah belah, sedangkan ayat kedua melarang untuk menyerupai umat-umat terdahulu yang telah bercerai-berai dan berselisih setelah datang kepada mereka petunjuk yang terang dari Allah.
Merujuk penjelasan Imam Fakhruddin ar-Razi, motif yang bisa menjadikan umat terpecah belah dalam ayat di atas sangat banyak dan beragam, yaitu: (1) berpecah dan berselisih karena mengikuti hawa nafsu, menuruti dorongan jiwa, dan karena sifat hasad; (2) berpecah belah hingga masing-masing kelompok dari mereka hanya membenarkan sebagian nabi dan mendustakan sebagian yang lain; dan (3) berpecah belah karena permusuhan dan perselisihan. (Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut: Darul Ihya at-Turats, 1420 H], jilid VIII, halaman 316).
Ketika dua kelompok Muslim saling mengklaim kebenaran mutlak, maka tentu saja hal ini sama halnya dengan membuka pintu-pintu perpecahan yang akan membawa dampak besar, yaitu umat kehilangan kekuatan kolektifnya. Oleh sebab itu, Rasulullah sangat mewanti-wanti kepada umat Islam agar menghindari segala perbuatan yang bisa berefek pada perpecahan dan permusuhan. Dalam salah satu haditsnya, Nabi bersabda:
لا تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ الله إخْوَاناً. المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ: لاَ يَظْلِمُهُ وَلا يَحْقِرُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ
Artinya, “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu dalam jual beli, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan janganlah sebagian kalian menjual di atas penjualan orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain: ia tidak menzaliminya, tidak merendahkannya, dan tidak mengecewakannya.” (HR Al-Baihaqi).
Karena kita bersaudara, maka sudah semestinya kita saling menguatkan, saling mendoakan, dan saling menjaga. Jika ada perbedaan, maka duduklah bersama dalam musyawarah yang tenang, bukan saling bermusuhan. Sudah saatnya kita kembali merajut ukhuwah, saling menguatkan, dan bersama-sama membangun peradaban Islam yang damai, dewasa, dan penuh kasih sayang. Wallahu a'lam.
Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
6
Pentingnya Kelola Keinginan dengan Ukur Kemampuan demi Kebahagiaan
Terkini
Lihat Semua