Nikah/Keluarga

Salah Satu Kunci Keluarga Harmonis: Tata Kelola Keuangan yang Baik

Jumat, 8 Agustus 2025 | 14:00 WIB

Salah Satu Kunci Keluarga Harmonis: Tata Kelola Keuangan yang Baik

Ilustrasi manajemen keuangan. Sumber: Canva/NU Online.

Perjalanan indah dalam mengarungi bahtera rumah tangga adalah dambaan setiap manusia. Oleh sebab itu, pasangan yang saling jatuh cinta akan mengikat cintanya dalam mahligai pernikahan. 


Dalam biduk rumah tangga, setiap pasangan pasti ingin menjalin hubungan yang positif, berkembang menjadi lebih baik, dan memiliki perasaan nyaman dan aman dalam berhubungan. Selain harus pandai merawat hubungan agar bahagia sudi bertahan lama, salah satu cara agar hubungan makin harmonis adalah mengelola keuangan keluarga secara sehat.


Dalam buku Cerdas dan Bijak Mengatur Keuangan Rumah Tangga (2019; hlm. 20), Wahyuni menulis, sering kali, persoalan utama yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga bukanlah jumlah penghasilan, melainkan kebiasaan mengatur keuangan yang tidak seimbang. 


Sementara Islam, lewat Al-Qur’an memiliki panduan bijak dalam mengelola keuangan, termasuk keuangan keluarga. Dalam Surat Al-Furqan ayat 67, Allah memberikan petunjuk yang sangat relevan dalam hal pengelolaan keuangan keluarga. Allah berfirman,


وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا


Artinya: "Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya." (QS. Al-Furqan: 67)


Tips-Tips Mengelola Keuangan Keluarga

Mengatur keuangan keluarga itu seperti seni, butuh skill dan niat yang benar. Tidak cuma soal angka, tapi juga soal berkah. Nasihat para ulama, khususnya Imam Al-Ghazali, tentang manajemen finansial ini masih sangat relevan. 


1. Niatkan Cari Rezeki untuk Ibadah

Nafkah yang suami cari itu bukan cuma buat beli barang, tapi juga ibadah. Niatkan dengan tulus untuk menafkahi keluarga, dan pastikan rezeki yang didapat tersebut halal.


Menurut Imam Al-Ghazali, orang bijak itu tidak cuma fokus ke keuntungan duniawi. Mereka tahu, modal utama dalam hidup adalah agama. Jadi, setiap tetes keringat yang suami keluarkan buat cari rezeki yang halal itu, sejatinya sedang menabung pahala di akhirat. Fokus pada keberkahan, bukan cuma nominal.


Hal tersebut sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya' 'Ulumuddin sebagai berikut,


ولا يَنْبَغِي لِلتَّاجِرِ أَنْ يَشْغَلَهُ مَعَاشُهُ عَنْ مَعَادِهِ فَيَكُونَ عُمْرُهُ ضَائِعًا وَصَفْقَتُهُ خَاسِرَةً وَمَا يَفُوتُهُ مِنَ الرِّبْحِ فِي الْآخِرَةِ لَا يَفِي بِهِ ما ينال في الدنيا فيكون اشْتَرَى الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالْآخِرَةِ بَلِ الْعَاقِلُ يَنْبَغِي أَنْ يُشْفِقَ عَلَى نَفْسِهِ وَشَفَقَتُهُ عَلَى نَفْسِهِ يحفظ رَأْسِ مَالِهِ وَرَأْسُ مَالِهِ دِينُهُ وَتِجَارَتُهُ فِيهِ


Artinya: “Ketahuilah, dalam usaha manusia mencari rezeki, berniaga, dan mencari penghidupan di alam dunia ini, tidak sepantasnya seseorang melupakan urusan agama dan kepentingan akhiratnya, serta tujuannya yang hakiki dalam hidup. 


Janganlah usaha mencari rezeki menjadikan seseorang lupa dengan kepentingan akhirat, sehingga terlena dengan keuntungan duniawi semata. Kemudian, menjadikan terpaku dengan urusan dunia, sehingga termasuk kelompok orang yang menggadaikan kehidupan akhirat demi menggapai kenikmatan duniawi yang semu. 


Namun, kebalikan dari itu, orang-orang yang shalih dan bijaksana adalah mereka yang selalu memelihara modal utama yang telah Allah Swt. berikan, yaitu tuntunan agama Islam, juga perkara-perkara yang berkaitan dengan kepentingan akhirat mereka.” (Imam al-Ghazali, Ihya' 'Ulumuddin, [Beirut, Darul Ma’rifah: tt], jilid. II, hlm. 83)


2. Prioritaskan Kebutuhan, Hindari Pemborosan

Para ulama mengajarkan kita untuk mengutamakan pengeluaran pada hal-hal yang benar-benar dibutuhkan, baik yang sifatnya pokok (dharuriyyat) maupun pelengkap (hajiyyat). Sikap boros atau israf, yaitu mengeluarkan melebihi batas kebutuhan, sangat tidak dianjurkan.


Pernah dengar pepatah “lebih besar pasak daripada tiang”? Ternyata, jauh sebelum itu, Imam Al-Ghazali sudah mengingatkan pentingnya hidup sederhana dan menjauhi pemborosan.


Kuncinya adalah mengatur pengeluaran secara seimbang. Penuhi kebutuhan pokok dan pelengkap seperlunya. Jangan terlalu kikir, tapi juga jangan berlebihan. Memberi nafkah dengan wajar, sesuai kemampuan, adalah yang paling baik. Karena pada akhirnya, keseimbangan adalah kunci ketenangan.


Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh beliau sebagai berikut:


السَّادِسُ الِاعْتِدَالُ فِي النَّفَقَةِ فَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُقَتِّرَ عَلَيْهِنَّ فِي الْإِنْفَاقِ وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُسْرِفَ بَلْ يَقْتَصِدَ


Artinya: “Adab keenam yaitu kesederhanaan dalam membelanjakan harta. Janganlah para suami mempersempit belanja yang dibutuhkan oleh kaum wanita (para istri), akan tetapi juga jangan terlalu melebih-lebihkan. Berikanlah kepada para istri belanja untuk memenuhi kebutuhan yang sewajarnya.” (Ihya' 'Ulumuddin, jilid. II, hlm. 47)


3. Menjadikan Zakat dan Sedekah sebagai Bagian dari Pengeluaran

Dalam pengelolaan keuangan, ulama menekankan bahwa zakat dan sedekah bukan sekadar pengeluaran tambahan, melainkan kewajiban yang membersihkan harta dan mendatangkan keberkahan.


Zakat dan sedekah berfungsi sebagai "pembersih" harta dan ladang pahala. Dengan bersedekah, kamu tidak cuma membantu orang lain, tapi juga membersihkan diri dari sifat kikir. 


Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Dr. Musthafa al-Khin dkk dalam kitab Fiqhul Manhaji sebagai berikut:


من شأن الزكاة أن تعود المعطي على الكرم والبذل، وأن تقتلع من نفسه جذور الشح وعوامل البخل، وخصوصًا عندما يلمس بنفسه ثمرات ذلك، ويتنبه إلى أن الزكاة تزيد في المال أكثر مما تنقص منه وصدق رسول الله ﷺ إذ يقول: «ما نقصت صدقة من مال» مسلم: (٢٥٨٨) وكيف تنقصه؟! والله سبحانه يبارك له بسبب الصدقة بدفع المضرة عنه وكف تطلع الناس إليه، وتهيئة سبل الانتفاع به وتكثيره، إلى جانب الثواب العظيم الذي يترتب على الإنفاق ابتغاء مرضاة الله

 

Artinya: “Zakat mendidik orang yang memberi untuk menjadi dermawan dan murah hati, serta mencabut akar-akar kekikiran dan faktor-faktor kebakhilan dari dalam dirinya, terutama ketika dia sendiri melihat buah dari perbuatannya, dan menyadari bahwa zakat menambah kekayaan lebih dari sekadar menguranginya. 


Sungguh benar sabda Rasulullah SAW: "Sedekah tidak akan mengurangi harta." (Muslim: 2588). Bagaimana mungkin sedekah menguranginya? Allah SWT memberkahi hartanya berkat sedekah, dengan menjauhkan bahaya darinya dan mencegah orang-orang tamak melihat hartanya. Dia juga menyiapkan jalan-jalan keberkahan untuknya, meningkatkan hartanya, dan memberikan pahala yang besar atas infak yang dilakukan untuk mencari rida Allah.” (Dr. Musthafa al-Khin dkk, Fiqhul Manhaji, [Damaskus, Darul Qalam: 1413 H], jilid II, hal. 12).


4. Menyiapkan Dana Darurat

Dana darurat adalah sejumlah uang yang disisihkan untuk menghadapi kejadian tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, sakit mendadak, atau perbaikan rumah. Dana ini berfungsi sebagai bantalan finansial agar keluarga tidak perlu berutang saat krisis.


Berikut adalah beberapa kiat-kiatnya:

  • Tentukan jumlah yang ideal: Jumlah dana darurat yang disarankan adalah 3-6 kali pengeluaran bulanan. Jika Anda memiliki tanggungan atau pekerjaan yang kurang stabil, sebaiknya targetkan 9-12 kali pengeluaran bulanan.
  • Simpan di tempat yang mudah diakses: Dana darurat sebaiknya disimpan di rekening tabungan yang terpisah dari rekening sehari-hari, bukan di instrumen investasi yang fluktuatif. Rekening tabungan atau reksa dana pasar uang adalah pilihan yang baik karena mudah dicairkan.
  • Prioritaskan pembangunan dana darurat: Sebelum memulai investasi, pastikan Anda telah memiliki dana darurat yang memadai. Ini adalah langkah pertama yang tidak boleh dilewatkan.

Menurut Giyarsih dan Sumartono, dana darurat sangat penting dalam manajemen keuangan keluarga karena berfungsi sebagai jaring pengaman finansial. Mereka menyebutkan bahwa "dana darurat dapat diartikan sebagai dana yang disiapkan untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak terduga di masa depan" (Giyarsih & Sumartono, Perencanaan Keuangan Keluarga Berbasis Prioritas Dana Darurat dan Investasi, Jurnal Manajemen Keuangan, Vol. 10, No. 1: 2020, hlm. 34).


5. Berinvestasi untuk Masa Depan

Setelah dana darurat terbentuk, langkah selanjutnya adalah memulai investasi. Investasi bertujuan untuk mengembangkan kekayaan Anda agar dapat mencapai tujuan finansial jangka panjang, seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau membeli properti.


Berikut adalah beberapa kiat-kiatnya:

  • Tentukan tujuan investasi. Misalnya dana pensiun 20 tahun atau pendidikan anak 10 tahun. Tujuan menentukan profil risiko dan jangka waktu.

  • Pilih instrumen sesuai. Reksa dana (pasar uang: risiko rendah; pendapatan tetap: sedang; saham: tinggi), saham untuk risiko tinggi dengan imbal hasil besar, atau emas untuk diversifikasi.

  • Diversifikasi. Sebar investasi di berbagai aset untuk mengurangi risiko.

  • Investasi rutin. Gunakan metode dollar-cost averaging untuk mengurangi dampak fluktuasi dan membangun disiplin.

Anggraini dkk. dalam jurnal yang berjudul, Analisis Pengaruh Diversifikasi Portofolio Terhadap Kinerja Investasi Pada Reksa Dana Saham di Indonesia juga menekankan pentingnya diversifikasi. Mereka menjelaskan bahwa "diversifikasi portofolio sangat penting untuk meminimalkan risiko investasi tanpa harus mengorbankan potensi keuntungan". (Anggraini, dkk,  Analisis Pengaruh Diversifikasi Portofolio Terhadap Kinerja Investasi Pada Reksa Dana Saham di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 15, No. 2: 2019, hlm. 108-120)


Dari paparan di atas, dapat kita ketahui bahwa beberapa tips-tips mengelola keuangan keluarga perspektif ulama antara lain adalah: niat mencari keberkahan dalam mencari nafkah, prioritas kebutuhan dan menghindari pemborosan, kewajiban zakat dan sedekah sebagai bagian dari pengeluaran, membangun dana darurat, dan berinvestasi untuk masa depan.


Tentunya masih banyak tips-tips mengelola keuangan keluarga perspektif ulama lain yang belum dapat terpapar pada kesempatan kali ini. Semoga tips-tips dari para ulama ini bisa jadi inspirasi bagi pembaca dalam mengelola keuangan keluarga. Dengan niat yang benar dan pengelolaan yang bijak, Insyaallah rumah tangga akan selalu dilimpahi keberkahan dan ketenangan. Wallahu a'lam.


Ustadz Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.