Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
NU Online · Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB
Muhammad Faizin
Penulis
Momentum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia harus kita jadikan sebagai ajang memperkuat rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan. Momentum ini sekaligus sebagai pemicu untuk terus berkarya nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْ اللهَ، وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا الْمُنْكَرَاتِ وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَاتٍ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan kehidupan yang aman damai dan tentram dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mengungkapkan rasa syukur sekaligus menguatkan takwa kita kepada Allah semoga nikmat ini akan senantiasa ditambah oleh Allah swt.
Takwa adalah kunci utama dalam meraih ridha Allah SWT, yang di dalamnya terkandung kesadaran untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang bertakwa senantiasa menyadari bahwa setiap nikmat yang diterima, termasuk nikmat besar berupa kemerdekaan, adalah karunia dari Allah yang harus disyukuri.
Oleh karena itu, takwa dan syukur adalah dua nilai yang saling menguatkan. Takwa membentuk hati yang tunduk dan berserah, sementara syukur menjadikan kita hamba yang tidak lalai dalam mensyukuri nikmat dengan harapan akan ditambah terus oleh Allah swt.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah diraih pada tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah hasil semata dari kekuatan fisik dan senjata, melainkan juga buah dari perjuangan yang dilandasi semangat keimanan dan doa yang tak putus dari para pejuang dan ulama.
Bentuk ketakwaan kita sebagai umat Islam hari ini adalah dengan mengakui bahwa kemerdekaan adalah nikmat Allah yang besar dan tidak sepantasnya kita lupakan atau abaikan. Kesadaran ini harus menumbuhkan rasa syukur yang dalam dalam diri kita semua.
Kemudian syukur atas kemerdekaan tidak cukup hanya dengan lisan, tetapi harus diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata. Mensyukuri kemerdekaan berarti menggunakan kebebasan yang ada untuk melakukan amal saleh, meningkatkan kualitas diri dan masyarakat, serta ikut menjaga keutuhan bangsa.
Ketika takwa menuntun hati, dan syukur mewarnai tindakan, maka Insyaallah kita akan menjadi generasi yang tidak hanya menikmati kemerdekaan, tetapi juga bertanggung jawab untuk mengisinya dengan hal-hal yang diridhai Allah SWT.
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus merupakan momentum yang sarat makna bagi seluruh rakyat Indonesia. Hari spesial ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan pengingat akan perjuangan panjang para pahlawan bangsa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah.
Menyongsong peringatan ke-80 kemerdekaan tahun ini, semangat kebangsaan harus terus digaungkan melalui rasa syukur yang mendalam dan diwujudkan dalam karya nyata demi kemajuan bangsa.
Rasa syukur atas kemerdekaan bukan hanya diwujudkan dalam ucapan, tetapi lebih dalam, harus tertanam dalam kesadaran kolektif sebagai bangsa. Syukur atas kemerdekaan mendorong kita untuk tidak menyia-nyiakan apa yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata. Syukur berarti menjaga, merawat, dan melanjutkan estafet perjuangan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Allah telah mengingatkan:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka." (QS Ar-Ra'du: 11)
Dalam Kitab Tafsir Jami’ul Bayan fi ta’wilil Qu’ran atau yang terkenal dengan Kitab Tafsir At-Thabari Juz 16 halaman 382 disebutkan, dalam ayat ini Allah mengingatkan semua bahwa manusia itu sebenarnya sudah dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang kecuali mereka mengubah kenikmatan menjadi keburukan sebab perilakunya sendiri, di antaranya dengan bersikap zalim dan saling bermusuhan kepada saudaranya sendiri.
Ayat ini sangat relevan dengan momentum HUT RI ini karena pada dasarnya kita sudah diberikan nikmat besar oleh Allah swt berupa kemerdekaan. Oleh karena itu kita harus menggunakan kemerdekaan ini untuk mengubah nasib kita menjadi lebih baik ke depan.
Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan terus menguatkan rasa syukur dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata. Rasa syukur akan melahirkan sikap positif seperti cinta tanah air, hormat kepada simbol negara, toleransi antarumat beragama, dan kepedulian terhadap sesama. Kemudian karya nyata merupakan bentuk pengabdian dan kontribusi sesuai bidangnya masing-masing.
Seorang pelajar bersyukur dan berkarya dengan belajar sungguh-sungguh. Seorang petani bersyukur dan berkarya dengan menggarap lahan dengan tekun dan jujur. Seorang guru bersyukur dan berkarya dengan mencerdaskan anak bangsa. Dan seorang pemimpin bersyukur dan berkarya dengan melayani masyarakat dengan integritas, keteladanan, dan profesional.
Rasulullah saw telah mengingatkan kita untuk bekerja secara profesional di antaranya termaktub dalam hadits:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبرني والبيهقي)
Artinya: "Dari Aisyah ra., sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).
Pekerjaan dan karya nyata pun bisa dilakukan dari hal-hal kecil seperti menjaga kebersihan lingkungan, mematuhi aturan lalu lintas, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menyebar hoaks, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab. Semangat berkarya adalah bentuk penghormatan terbaik kepada para pahlawan yang telah gugur demi tegaknya Merah Putih.
Terlebih di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks saat ini, semangat kolaborasi dan persatuan harus menjadi nafas kebangsaan kita. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dirangkai menjadi kekuatan yang mempersatukan.
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Menyongsong peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia bukan hanya tentang euforia atau nostalgia sejarah, tetapi tentang bagaimana kita mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang bermanfaat. Rasa syukur atas kemerdekaan harus melahirkan semangat berkarya nyata di semua lini kehidupan. Inilah bentuk pengabdian terbaik kita kepada tanah air tercinta, Indonesia.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
H Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Terpopuler
1
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Agustus 2025, Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh
2
Upah Guru Ngaji menurut Tafsir Ayat, Hadits, dan Pandangan Ulama
3
Pakar Linguistik: One Piece Dianggap Representasi Keberanian, Kebebasan, dan Kebersamaan
4
IPK Tinggi, Mutu Runtuh: Darurat Inflasi Nilai Akademik
5
Khutbah Jumat: Rawatlah Ibumu, Anugerah Dunia Akhirat Merindukanmu
6
2 Alasan LPBINU Bandung Sosialisasikan Literasi Bencana untuk Penyandang Disabilitas
Terkini
Lihat Semua