Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 171: Enggan Mendengarkan Orang Lain Sama Halnya Seperti Hewan?

Jum, 13 Januari 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 171: Enggan Mendengarkan Orang Lain Sama Halnya Seperti Hewan?

Ilustrasi: Tafsir Marahul Labid karya Syekh Nawawi Banten (Ahmad Muntaha AM - NU Online)

Berikut ini adalah teks, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat al-Baqarah ayat 171: 
 

وَمَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا كَمَثَلِ الَّذِيْ يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ اِلَّا دُعَاۤءً وَّنِدَاۤءًۗ صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ 
 

Wa matsalulladzīna kafarū kamatsalilladzī yan‘iqu bimā lā yasma‘u illā du‘ā'aw wa nidā'ā, shummum bukmun ‘umyun fa hum lā ya‘qilūn. 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Artinya: “Perumpamaan (penyeru) orang-orang yang kufur adalah seperti (penggembala) yang meneriaki (gembalaannya) yang tidak mendengar (memahami) selain panggilan dan teriakan (saja). (Mereka) tuli, bisu, dan buta sehingga mereka tidak mengerti.”

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 171

Pada ayat 171 surat Al-Baqarah Allah menjelaskan bagaimana perumpamaan orang-orang yang tidak memenuhi panggilan-Nya, sekaligus lanjutan dari ayat sebelumnya yang menjelaskan bagaimana ucapan orang-orang kafir saat itu, ketika diajak mengesakan Allah dan mengikuti perintah-Nya.
 

Allah mengibaratkan orang-orang yang tidak memenuhi panggilan-Nya seperti halnya hewan ternak yang tidak memahami arti ucapan penggembalanya. 
 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Syekh Nawawi Banten dalam tafsirnya menjelaskan maksud perumpamaan dalam ayat 171 dari lafal: “wa matsalulladzīna kafarū kamatsalilladzī yan‘iqu bimā lā yasma‘u illā du‘ā'aw wa nidā'ā”:
 


وصفة الذين كفروا فى اتباعهم أباءهم وتقليدهم لهم كصفة الراعى الذي يصوت على ما لا يسمع من البهائم فإنها لا تسمع إلا صوت الراعى من غير فهم لكلامه أصلا. فكما أن الكلام مع البهائم عبث عديم الفائدة فكذا التقليد ويقال مثل الذين كفروا فى قلة عقلهم فى عبادتهم للأوثان كمثل الراعى الذي يتكلم مع البهائم فكما يحكم على الراعي بقلة العقل فكذا هؤلاء

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Artinya: “Sifat orang-orang kafir yang mengikuti dan taqlid terhadap nenek moyang mereka seperti halnya penggembala yang bersuara pada hewan ternak yang tidak dapat mendengar (memahami). Hewan ternak yang hanya mendengar suara penggembalanya tanpa sama sekali memahami ucapannya. Sebagaimana berbicara dengan hewan ternak adalah sebuah kesia-siaan dan tidak berfaidah, begitu juga taqlid. Dikatakan: “Perumpamaan kurangnya akal orang-orang kafir dalam penghambaan mereka terhadap berhala sama seperti halnya penggembala yang berbicara dengan ternaknya.”
 

Adapun maksud dari lafal ”shummum bukmun ‘umyun fa hum lā ya‘qilūn”, maksudnya ialah orang-orang kafir itu tuli dari mendengar kebenaran, bisu karena tidak menjawab ajakan baik kepada mereka, buta karena mereka berpaling dari petunjuk; dan mereka tidak memahami perintah Allah serta ajakan nabi-Nya sebagaimana hewan ternak tidak memahami ucapan penggembala. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimt Tanzil, juz I, halaman 39).
 

Dalam riwayat lain, perumpamaan yang dijelaskan oleh Allah dalam ayat 171 tersebut menyasar pada orang-orang yang menyembah dan berdoa kepada berhala yang sama sekali tidak bisa mendengar, melihat, ataupun berpikir, sebagaimana riwayat dari Ibnu Jarir yang dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya:
 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

وقيل إنما هذا مثل ضرب لهم فى دعائهم الأصنام التى لا تسمع ولا تبصر ولا تعقل شيئا

 

Artinya, “Dikatakan, ayat ini merupakan perumpamaan untuk orang-orang kafir dalam penyembahan mereka terhadap berhala yang tidak mendengar, melihat maupun berpikir”. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil 'Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah linnasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H] juz I, halaman 480).
 

Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa perumpamaan yang dijelaskan oleh Allah dengan mengibaratkan orang kafir sebagai hewan merupakan pengingat bagi siapapun bahwa perumpamaan yang terjadi pada mereka disebabkan mereka tidak mendengarkan dengan seksama terhadap ucapan orang lain, dan sedikitnya perhatian mereka terhadap agama. Berikut penjelasan dari Ar-Razi: 

 

ضرب لهم هذا المثل تنبيها للسامعين لهم إنهم إنما وقعوا فيما وقعوا فيه بسبب ترك الإصغاء وقلة الإهتمام بالدين فصيرهم من هذا الوجه بمنزلة الأنعام

 

Artinya, “Allah menjadikan perumpamaan ini sebagai pengingat bagi orang yang mendengarkan kisah mereka bahwa apa yang terjadi pada mereka disebabkan karena meninggalkan untuk mendengarkan dan sedikitnya perhatian terhadap agama sehingga menjadikan mereka dari sisi ini ditempatkan seperti halnya hewan ternak” (Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Fikr] juz V, halaman 8). 

Dalam hal ini dapat diambil pelajaran bahwa termasuk adab ialah mendengarkan orang lain ketika berbicara. Ibarat perumpamaan di atas sebagaimana dijelaskan oleh Ar-Razi, orang yang tidak mendengarkan dengan seksama saat ada orang lain sedang berbicara, bahkan angkuh dan tidak mau mendengarkan, sama saja seperti halnya hewan yang tidak berakal yang hanya mendengar suara tanpa bisa memahaminya bahkan lebih buruk.

 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND