Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 153: Kesabaran Paling Utama adalah Kesabaran Meninggalkan Maksiat

Ahad, 25 Desember 2022 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 153: Kesabaran Paling Utama adalah Kesabaran Meninggalkan Maksiat

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 153: Kesabaran paling utama adalah kesabaran meninggalkan maksiat.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Baqarah ayat 153: 



يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ



Yâ ayyuhalladzîna âmanusta‘înû bish-shabri wash-shalâh, innallâha ma‘ash-shâbirîn.

 


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”


 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah 153

Syekh Nawawi Banten (wafat 1316 H) menjelaskan maksud dari ayat “yâ ayyuhalladzîna âmanusta‘înû”, wahai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan untuk membersihkan dosa”. Kemudian disusul dengan penjelasan ayat “bish-shabri”. Syekh Nawawi berkata: “Dengan sabar dalam mengerjakan kewajiban-kewajiban-Nya dan meninggalkan bermaksiat kepada-Nya serta ketika ditimpakan ujian-Nya”. Sedangkan makna lafal “wash-shalâh”, maksudnya ialah dengan memperbanyak shalat sunnah di malam dan siang hari. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimit Tanzil, juz I, halaman 36).
 

 

Syekh Ahmad bin Muhammad As-Shawi (wafat 1825 M) menjelaskan maksud dari sabar dalam ketaatan ialah sabar dalam melanggengkan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Syekh Ahmad juga mengklasifikasikan pembagian sabar dan tingkatannya. Berikut penjelasannya:

 

قوله: (والبلاء) أي المصائب بأقسام الصبر ثلاثة: صبر على الطاعة بدوام فعلها, وصبر عن المعصية بدوام تركها, وصبر على البلاء بحمد الله وشكره عليها فيكون شاكرا على السراء والضراء. وأعظمها الصبر عن المعاصى, وأقل منه الصبر على الطاعة, وأقل منهما الصبر على البلاء. لأنه ورد أن الصابر على البلاء يرفعه الله ثلثمائة درجة بين كل درجتين كما بين السماء والأرض مرة والصابر على دوام الطاعة يرفعه الله ستمائة درجة بين كل درجتين كما بين السماء والأرض مرة والصابر عن المعصية يرفعه الله تسعمائة درجة بين كل درجتين كما بين السماء والأرض ثلاث مرات


 


Artinya: “Ucapan Mufassir: (wal bala), maksudnya ialah musibah. Sabar dalam hal ini terbagi menjadi 3 (tingakatan): sabar dalam melanggengkan ketaatan, sabar dalam melanggengkan meninggalkan maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah dengan tetap memuji dan bersyukur kepada Allah. Ia akan menjadi orang yang bersyukur baik dalam keadaan bahagia maupun sengsara. 



Dari ketiganya, sabar dalam meninggalkan maksiat adalah yang paling utama, disusul sabar dalam melanggengkan melakukan ketaatan dan terakhir sabar menghadapi ujian.

 

Karena ada keterangan dari Nabi  saw bahwa orang yang sabar dalam menghadapi ujian akan Allah tinggikan derajatnya sebanyak 300 derajat, yang di antara setiap dua derajat (terdapat jarak) seperti jarak antara langit dan bumi. Orang yang sabar dalam melanggengkan ketaatan akan diangkat derajatnya sebanyak 600 derajat, yang di antara setiap dua derajat (terdapat jarak) seperti jarak antara langit dan bumi. Sedangkan orang yang sabar dalam meninggalkan maksiat akan diangkat derajatnya sebanyak 900 derajat, yang di antara setiap dua derajat (terdapat jarak) seperti jarak antara langit dan bumi”. (Ahmad bin Muhammad As-Shawi, Hasyiyatus Sawi ‘ala Tafsirul Jalalain, [Beirut, Darul Kutub Al-Islamiyah: 1434 H/ 2013 M], juz I, halaman 93).

 


Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan riwayat yang menjelaskan keadaan orang yang dapat bersabar dalam kehidupannya di hari akhir kelak. Berikut riwayatnya:
 

 

وقال علي  بن الحسين بن زين العابدين: إذا جمع الله الأولين والأخرين يناد مناد: أين الصابرون ليدخلوا الجنة قبل الحساب؟ قال: فيقوم عنق من الناس, فتتلقاهم الملائكة, فيقولون: إلى أين يا بني أدم؟ فيقولون: إلى الجنة. فيقولون: وقبل الحساب؟ قالوا: نعم, قالوا: ومن أنتم؟ فالوا: الصابرون, قالوا: وما كان صبركم؟ قالوا: صبرنا على الطاعة, وصبرنا عن المعصية حتى توفانا الله. قالوا: أنتم كما قلتم, ادخلوا الجنة, فنعم أجر العاملين


 


Artinya: “Ali bin Husain bin Zainal Abidin berkata: “Ketika Allah mengumpulkan orang-orang terdahulu dan yang datang belakangan, akan ada yang memanggil-manggil: “Di mana orang-orang sabar agar masuk ke surga sebelum dilaksanakannya hisab?”  Ali berkata: “Kemudian segolongan manusia berdiri dan bertemu malaikat. Malaikat berkata: “Hendak ke mana wahai bani Adam?”. “Kami hendak masuk surga”. “Sebelum dilaksanakan hisab?”. “Iya”, jawab mereka. “Siapa kalian?”. “Kami adalah orang-orang yang sabar”. “Apa kesabaran kalian”, bertanya malaikat. “Kami sabar dalam melaksanakan ketaatan dan meninggalkan maksiat sampai Allah mewafatkan kami”. (Kemudian malaikat mengucapkan selamat) dengan berkata: “Kalian seperti yang kalian ucapkan, silahkan masuk ke surga. Sungguh sebaik-baik ganjaran orang yang mengamalkan (ialah mereka yang sabar)”. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah lin Nasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H], juz I, halaman 466).

 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.