Tasawuf/Akhlak

Cara Islam Memaknai Waktu: Refleksi Film Sore, Istri dari Masa Depan

Selasa, 12 Agustus 2025 | 06:00 WIB

Cara Islam Memaknai Waktu: Refleksi Film Sore, Istri dari Masa Depan

Cover film Sore. Sumber: IMDb.

Film “Sore, Istri dari Masa Depan” bercerita tentang Sore yang datang tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Jonathan (Jo) untuk mengubah takdir sang suami di masa depan. Ia mengetahui bahwa delapan tahun dari saat itu, Jo akan meninggal akibat serangan jantung, yang dipicu kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol. Sore pun berulang kali melakukan perjalanan waktu demi mengubah kebiasaan buruk Jo dan memperbaiki hubungannya dengan sang ayah yang renggang, namun semua usahanya selalu menemui kegagalan.


Akhirnya, Sore menyadari bahwa perubahan tidak bisa dipaksakan, melainkan harus tumbuh dari kemauan pribadi. Dalam perjalanan waktunya yang terakhir, ia berpesan kepada Jo bahwa setiap orang harus memulai perubahan dari dirinya sendiri. Kisah ini menjadi pengingat bahwa waktu adalah hal berharga yang tak dapat diulang, dan kehidupan nyata tidak memberi kita kesempatan untuk memutar kembali masa lalu seperti dalam film.


Islam Sangat Menghargai Waktu

Ajaran Islam hakikatnya memberikan fokus khusus pada waktu, Al-Quran pun memiliki satu surah khusus yang didedikasikan untuk mengingat betapa pentingnya waktu, yaitu surah al 'Asr. Di dalamnya, Allah sampai bersumpah dengan waktu/masa.

 

وَالْعَصْرِۙ ۝١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ۝٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِࣖ ۝٣


wal-‘ashr, innal-insâna lafî khusr, illalladzîna âmanû wa ‘amilush-shâliḫâti wa tawâshau bil-ḫaqqi wa tawâshau bish-shabr


Artinya, "Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran," (Q.S. Al-'Ashr: 1-3)


Imam Ibnu 'Asyur dalam tafsirnya Tahrir wat Tanwir menjelaskan bahwa "Allah Ta'ala bersumpah demi waktu (al-‘Ashr) sebagai bentuk sumpah yang dimaksudkan untuk menegaskan kebenaran suatu berita, sebagaimana lazimnya sumpah-sumpah dalam Al-Qur’an.

 

Sumpah Allah dengan “al-‘Ashr” dimaksudkan untuk mengingatkan manusia akan kekuasaan agung Allah dalam menciptakan alam semesta dan segala peristiwanya, serta dalam momen-momen penting dan penuh berkah seperti waktu salat tertentu atau zaman tertentu yang diberkahi,” (Tahir bin Asyur, At-Tahrir wat Tanwir, Dar Attunisiyah lin Nasyr, hlm.528)


Sebegitu pentingnya waktu dalam kacamata Islam, maka selaku seorang muslim yang taat, kita selayaknya dapat menghargai waktu dengan sebaik baiknya, menggunakan kehidupan yang ia miliki untuk menebar kebaikan di muka bumi ini sebagai bekal kehidupannya yang abadi di akhirat nanti


Seruan Untuk Menggunakan Waktu Sebaik Mungkin

Rasulullah SAW pun pernah mengingatkan umat muslim untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya :


اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ


Artinya: "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu," (HR Al Hakim dalam Al Mustadrak-nya)


Nasihat Nabi Muhammad ini yang sangat mendalam dan menyentuh aspek perencanaan hidup serta kesadaran waktu dalam kehidupan seorang Muslim. Pertama, Masa muda adalah masa kekuatan, semangat, dan produktivitas. Di masa ini, manusia cenderung mudah belajar, bergerak, dan berbuat. Nabi mengingatkan agar masa muda digunakan untuk kebaikan: belajar, beramal, dan berkontribusi, sebelum fisik melemah dan semangat menurun di masa tua.


Kedua, Saat sehat, seseorang bisa beribadah, bekerja, dan bergerak bebas. Namun sakit bisa membatasi segalanya. Maka selagi sehat, manfaatkan untuk amal saleh dan tugas-tugas penting, sebelum datangnya penyakit yang menghalangi.


Ketiga, Kekayaan adalah sarana penting dalam berbuat baik: membantu orang lain, bersedekah, membiayai dakwah, atau menunaikan ibadah haji. Tapi harta tidak kekal. Gunakan harta dengan bijak sebelum kondisi ekonomi berubah.


Keempat, Waktu luang sering kali disia-siakan, padahal itu adalah peluang emas untuk belajar, membaca, merenung, atau memperbaiki diri. Ketika kesibukan datang, tidak ada lagi kesempatan. Maka, luangkan waktu untuk hal-hal yang bernilai tinggi.


Kelima, atau yang terakhir adalah inti dari segalanya, selama hidup, manusia memiliki kesempatan bertobat, beramal, dan memperbaiki diri. Setelah kematian, semua itu berhenti dan terputus. Maka, hidup adalah ladang amal sebelum pintu kesempatan ditutup.


Rasulullah SAW menyeru kepada umat muslim untuk tidak menunda-nunda amal kebaikan. Ia menanamkan kesadaran waktu, urgensi beramal, dan kepekaan terhadap perubahan kondisi hidup. Setiap fase kehidupan membawa peluang berbeda, dan semuanya akan berlalu. Yang bijak adalah mereka yang mawas diri, memanfaatkan peluang, dan mempersiapkan diri menghadapi perubahan.


Lewat film Sore, kita menyadari betapa berharganya waktu, bahwa manusia tidaklah abadi di dunia yang fana ini. Sore mengajarkan pada kita untuk mengerjakan kebaikan selama kita hidup di dunia ini, mengajarkan kita bahwa kesempatan untuk mengubah hidup ini tidaklah datang dua kali, maka kita harus memanfaatkannya dengan sangat baik dan sadar. Wallahua’lam


Ustadz Ahmad Hashif Ulwan, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Az-Zaitunah, Tunisia.