Hikmah

Kisah Suami Beristri Super Galak

Sen, 3 April 2017 | 06:16 WIB

Ada seorang sahabat yang bernasib malang. Ya, ia ditakdirkan berjodoh dengan wanita yang sangat galak. Hampir setiap hari, ia pun menuai hujatan-hujatan dari sang istri. Baik itu disebabkan hal sepele, maupun hal yang memang patut diributkan. 

Mulai dari sesuatu yang memang kesalahan suami, hingga sesuatu yang sebenarnya salah sang istri, namun menjadi salah suami kembali ketika ia kalah argumentasi.

Waktu terus berjalan. Hari-hari masih ia jumpai dengan hujatan istri. Tak tahan dengan hal itu, ia lalu bermaksud untuk mengadukannya kepada Sayidina Umar Radiyallahu 'anhu. Meminta petuah, kira-kira istri yang macam ini patut untuk diberi ganjaran apa.

Dengan langkah gontai ia menuju ke rumah Sayidina Umar. Sembari menjaga perasaan agar tidak terlalu emosional dan menata kata untuk diadukan kepada Sang Khalifah.

Sesampainya diambang pintu, ia mulai mengetuk dan mengucap salam. Beberapa kali ia lakukan, namun tak ada jawaban yang ia terima. Namun, sayup-sayup ia mendengar keributan di dalam rumah. Ternyata, apa yang didapati sahabat tersebut?

Sayidina Umar, Sang Khalifah, sedang duduk terpekur. Sedang istrinya menghujat sejadi-jadinya. Ia pun juga sedang dimarahi oleh sang istri. Merasa sungkan, sahabat itupun bergegas membalikkan badan dan mengurungkan niat untuk mengadu.

Belum sampai sepuluh langkah, tiba-tiba terdengar suara yang sangat lantang.

"Wahai fulan, kemarilah!" Sayidina Umar ternyata memanggilnya.

"Mengapa engkau tidak jadi masuk ke rumahku? Bukankah engkau tadi sudah mengetuk pintu dan mengucap salam yang belum sempat ku balas."

"Sayidina Umar, saya mengurungkan niatku untuk mengadukan suatu hal kepadamu," jelas sahabat itu.

"Mengapa engkau mengurungkannya?" tanya Sayidina Umar.

" Tak apa, sekarang aku telah menyadarinya,"

"Sekali-kali tidak. Apa sebenarnya hal itu. Katakanlah padaku!"

"Tidak, Aku sungkan terhadapmu,"

"Katakanlah!" perintah Sayidina Umar dengan nada meninggi.

Akhirnya, sang sahabat pun memulai pengaduannya.

"Begini, awalnya saya berniat untuk mengadukan istri saya kepada anda. Ia sangatlah galak. Setiap hari, saya selalu saja mendapat hujatan darinya. Saya sudah tidak tahan lagi. Bermaksud untuk meminta solusi kepada anda."

Sayidina Umar hanya mengangguk-angguk.

"Sesampainya di sini dan melihat anda pun ternyata juga sedang dimarahi oleh sang istri. Saya tersadar, betapa sama nasib dan perjuangan kita. Betapa setiap pasangan pasti juga memiliki masalah tersendiri."

Sayidina Umar pun menimpali.

"Dan yang terpenting adalah. Bahwa kita harus menyadari, pasangan kita adalah seorang manusia. Jika manusia, maka sudah pasti ia memiliki kekurangan. Tidak bisa sempurna. Karena jika kita mencari yang sempurna, maka sampai kapanpun tidak akan kita menemuinya. Karena tujuan kita diciptakan berpasangan tak lain adalah supaya kita saling menyempurnakan."

"Dengan begitu, jika sedari dini kita menyadari bahwa pasangan kita hanyalah manusia biasa. Kita akan mulai berlaku lembut, fleksibel, dan tidak suka menuntut pasangan kita untuk menjadi seperti ini dan itu. Karena kita sadar, bahwa manusia pasti memiliki kekurangan," imbuh Sayidina Umar.

Ya, memang benar. Manusia adalah makhluk yang tidak mungkin sempurna. Karena memang, kesempurnaan hanya dimiliki oleh Allah semata. Teringat sebuah maqolah arab mengatakan:

لَيْسَ النَّاسُ كَامِلًا

Tidak ada manusia yang sempurna.

Akhirnya, sahabat pun pulang dengan hati yang mulai lapang. Dengan hati yang mulai tertata dan menyadari, bahwa istrinya hanyalah manusia biasa. Yang tentu, memiliki kekurangan di setiap sisinya. 

(Ulin Nuha Karim)

Disarikan dari Mauidhah Hasanah oleh KH Muhammad Shofi Al-Mubarok dalam acara pernikahan salah satu Santriwati Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo, Tanggungharjo, Grobogan, Jawa Tengah.