Ilmu Al-Qur'an

Doa-Doa Nabi Muhammad yang Termaktub dalam Al-Qur’an (1)

Kam, 26 Agustus 2021 | 13:00 WIB

Doa-Doa Nabi Muhammad yang Termaktub dalam Al-Qur’an (1)

Al-Qur'an merekam sejumlah doa yang dipanjatkan Rasulullah Muhammad

Doa merupakan aktivitas ibadah yang dapat mendekatkan diri seorang hamba kepada Tuhannya, dan sebaik-baik doa adalah yang sesuai dengan redaksi yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad ﷺ.

 

Redaksi doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah merupakan doa yang mengandung makna “jawami’ al-kalim” (komprehensif; ringkas, dan penuh makna). Menggunakan redaksi tersebut adalah bentuk mengikuti sunnah dan petunjuknya.

 

Dalam Al-Qur’an dapat dijumpai beberapa redaksi ayat/doa yang dipanjatkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, atas perintah Rabb-nya. Redaksi doa ini bernarasi perintah (قل) “bacalah” yang mengindikasikan bahwa redaksi doa yang tersebut merupakan wahyu Ilahi.

 

Berikut merupakan doa-doa Nabi Muhammad ﷺ, yang berasal dari Al-Qur’an:

 

Pertama, tercantum dalam surat Ali Imran ayat 26-27:

 

اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. تُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

 

Artinya: “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” (Ali Imran:27)

 

Redaksi doa ini, menurut Imam  Ath-Thabarani, menggunakan asma’ Allah yang agung. Jika digunakan untuk bermunajat maka keinginan orang yang berdoa akan terkabul (Tafsir Ibnu Katsir, II: 30).

 

Kedua, tercantum dalam surat Al-Isra' ayat 80:

 

رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا

 

Artinya: “Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)” (QS Al-Isra': 80).

 

Redaksi doa di atas merupakan perintah bermunajat kepada Allah saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Ibnu Abbas mengatakan bahwa saat Nabi berada di Makkah beliau diperintahkan untuk hijrah ke Madinah.

 

Imam al-Dhahhak mengatakan bahwa doa ini mengandung arti tentang hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah dan kembalinya ke Makkah dalam keadaan aman di hari Fathu Makkah. (Tafsir al-Qurthubi, X: 313).

 

Namun demikian, redaksi ayat ini dapat digunakan untuk bermunajat kepada Allah secara umum, baik ketika hendak melakukan sesuatu maupun ketika perjalanan yang diridhai oleh Allah ﷻ.

 

Ketiga, tercantum dalam surat Al-Isra’ ayat 111:

 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا

 

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya” (QS Al-Isra': 111).

 

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ, mengajarkan ayat ini kepada keluarganya, baik kepada anak kecil maupun yang dewasa. Bahkan, menurutnya, Nabi menamakan ayat ini dengan ayat al-Izz (ayat kemuliaan).

 

dinyatakan pula, bahwa sebagian atsar menyebutkan jika ayat ini dibaca pada malam hari di sebuah rumah, maka rumah tersebut tidak akan disatroni pencuri atau terjadi kecelakaan di dalamnya. (Tafsir Ibnu Katsir: 131).

 

Keempat, tercantum dalam surat Thaha ayat 114:

 

رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا

 

Artinya: “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku” (QS Thaha: 114)

 

Kelima, tercantum dalam surat Az-Zumar ayat 46:

 

اللّٰهُمَّ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ عٰلِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ اَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيْ مَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ

 

Artinya: “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan” (QS Az-Zumar: 46).

 

Syekh Sayyid al-Thanthawi, mantan grand Syekh al-Azhar, mengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari ayat ini adalah menghibur Nabi Muhammad ﷺ, dari apa yang dilakukan oleh kaum musyrik kepadanya, sebagai penjagaan dari tipu daya kaum musyrik, sebagai ajaran kepada hamba-hamba-Nya atas wajibnya berlindung kepada Allah Swt agar terhindar dari tipu daya musuh-musuh mereka. (al-Thanthawi, Tafsir al-Wasith: 232).

 

Ayat ini merupakan permohonan yang tidak ditolak oleh Allah ﷻ. Sa’ad bin Jubair mengatakan: Sungguh aku mengetahui bahwa tidaklah seorang hamba membaca ayat ini, kemudian meminta kepada Allah (yang dia inginkan) kecuali Allah mengabulkannya”.

 

Ayat ini juga bisa dibaca ketika mendengar pertikaian yang mengakibatkan kematian, seperti kasus Sayyidina Husain dengan Yazid bin Muawiyah. Diriwayatkan bahwa ketika berita terbunuhnya al-Husain bin Abi Thalib sampai kepada al-Rabi’ bin Khaitsam, beliau membaca doa tersebut. (Tafsir al-Qurthubi, VX: 265).

 

 

Keenam, tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 201:

 

رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

Artinya: “Ya Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kenaikan di akhirat, dan lindungilah kamu dari azab neraka” (QS al-Baqarah: 201).

 

Ulama sepakat bahwa doa ini mengandung “jawami’ al-kalim”. Di samping itu, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa doa ini paling sering dibaca oleh Nabi Muhammad ﷺ.

 

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ صُهَيْبٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ دَعْوَةٍ يَدْعُو بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : "اللَّهُمَّ ربَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وقنا عذاب النار

 

Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Ismail bin Ibrahim menceritakan dari Abdul Aziz bin Shuhaib, dari sahabat Anas, dia berkata: doa yang paling banyak dipanjatkan oleh Nabi adalah doa di atas.

 

Selain itu, doa ini juga dapat digunakan sebagai terapi pengobatan bagi penyakit yang diderita seseorang. Suatu ketika, Nabi mengunjungi orang sakit., kemudian menanyakan kepadanya tentang doa yang dia minta kepada Allah. Laki-laki itu menjawab bahwa dia memohon kepada Allah, jikalau harus mendapatkan siksa di akhirat, maka dia berharap agar siksa tersebut disegerakan di dunia saja. Nabi pun menimpali dengan membaca tasbih seraya berkata: “Kamu tidak akan mampu (memikul derita di dunia), sebaiknya panjatkan saja doa ini:

 

ربَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وقنا عذاب النار

 

Maka laki-laki tersebut mengamalkan doa ini, dan dengan izin Allah penyakitnya dapat sembuh. (Tafsir Ibnu Katsir/1/ 559).

 

Ketujuh, tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 118:

 

رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰحِمِيْنَ

 

Artinya: “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat, Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik” (QS al-Mu’minun: 118).

 

Kedelapan, tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 94:

 

رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِيْ فِى الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ

 

Artinya: “Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku dalam golongan orang-orang dhalim” (QS al-Mukminun: 94).

 

Kesembilan, tercantum dalam surat surat al-Mu’minun ayat 97-98:

 

رَّبِّ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيٰطِيْنِۙ، وَاَعُوْذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَّحْضُرُوْنِ

 

Artinya: “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan” (QS al-Mu’minun: 97-98).

 

Sayyid al-Thanthawi, dalam tafsir al-Wasith-nya berkomentar tentang doa-doa di atas (8-9) bahwa di dalam doa tersebut terdapat ajaran kepada orang-orang mukmin, petunjuk untuk selalu berlindung kepada Allah ﷻ, agar terjaga dari bisikan-bisikan setan. (al-Thanthawi, Tafsir al-Wasith, 10:  62).

 

Demikian sebagian doa Nabi Muhammad ﷺ, yang termaktub dalam Al-Qur’an. Selain itu, doa-doa Nabi Muhammad ﷺ, juga termaktub dalam hadits-hadits beliau dan kitab-kitab Tafsir Al-Qur’an. Namun, dalam beberapa doa yang berasal dari Al-Qur’an, terdapat redaksi yang mengalami penambahan kata atau kalimat, sebagai bentuk penyucian dan pengagungan kepada Allah ﷻ.

 

Ustadz Moh. Fathurrozi, Founder Al-Qur’an Khairu Jalis