Khutbah KHOTBAH JUMAT

Bersamalah Para Ulama!

Rab, 23 Desember 2015 | 05:00 WIB

Apa yang membuat seseorang selamat saat memfungsikan peralatan berbahaya? Salah satunya adalah mengikuti panduan atau petunjuk dengan tepat. Demikian pula dalam kehidupan dunia secara umum yang menjadi jembatan bagi kehidupan lebih abadi, yakni akhirat. <>Untuk tujuan ini Allah menurunkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika Rasulullah wafat, amanat itu dibebankan kepada para pengikutnya, para sahabat, tabi’in, dan ulama-ulama seterusnya.

 

Khotbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. أَمَّا بَعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهِ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ. اِتَّقُوا اللهَ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ وَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ


Para jamaah yang semoga dimuliakan Allah,

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Hal ini terbukti dalam Allah firmannya dalam Al-Qur’an:


وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan., Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS: al-Isra’ ayat 70)

Karena itu, para hadirin, mari kita pelihara kemuliaan yang Allah berikan kepada kita dengan takwa kepadanya. Allah berfirman:


إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal .” (QS: Al-Hujurat ayat 13)

Sebagaimana kita tahu bahwa takwa berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Dalam mimbar pada kesempatan yang mulia ini, saya sampaikan ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama shâdiqin." (QS: al-Taubah ayat 119)

Di sini, ada dua perintah Allah, yaitu perintah bagi orang-orang beriman untuk bertakwa kamu kepada Allah dan menjadi orang yang bersama shâdiqin. Dalam bertakwa kita mengikuti shâdiqin. Siapa shâdiqin itu? Yaitu orang-orang yang berkhidmah karena memiliki kepercayaan yang tinggi.

Hal inilah yang dicontohkan oleh sahabat Abu Bakar yang mendapat julukan “ash-shiddiq” karena ketika Rasulullah Isra dan Mi’raj ia percaya penuh apa yang dikatakan oleh Rasulullah, bahkan mengatakan “lebih dari itu pun saya percaya”. Tingkat kepercayaan semacam inilah yang membuat Abu Bakar memperoleh gelar mulia tersebut.

Lalu apa ciri selanjutnya dari shâdiqin, yaitu punya ilmu. Para ulama dan para ahli tafsir, menafsirinya dengan makna ulamâ’. Dalam ayat lain, Allah mengatakan:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS: al-Fathir ayat 28)

Orang tanpa ilmu bisa sesat. Sesungguhnya ilmu saja juga tidak cukup, tetapi orang harus mengamalkan ilmunya. Ilmu tidak hanya untuk diperdebatkan, tetapi harus diamalkan. Seperti kita ketahui, akhir-akhir ini banyak orang suka berdebat. Ilmu hanya untuk diperdebatkan, tidak dipakai untuk beramal. Naudhubillahi min dzalik. Ada bahaya dan kerusakan dari perdebatan, karena itu kita perlu berhati-hati. Mereka seolah-olah berusaha mencari kebenaran, tetapi sebenarnya telah melenceng dari pencarian kebenaran demi kemenangan ego. Sekali lagi, ilmu harus diamalkan karena itu shâdiqin atau shiddiqin adalah orang yang mengamalkan ilmu.

Selanjutnya shiddiqiin adalah orang yang ikhlas. Dalam mengamalkan ilmu harus dilakukan dengan ikhlas. Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk menyembah-Nya dengan ikhlas. Sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya:


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS: Al-Bayyinah ayat 5)

Hadirin yang dimuliakan Allah subhanahu wata’ala

Mari kita ingat pesan yang disampaikan Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin: “Semua manusia itu sia-sia, rusak, kecuali orang yang berilmu. Yang berilmu pun sia-sia, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Dan yang mengamalkan ilmunya pun sia-sia, kecuali amalnya disertai dengan keikhlasan.”

Para hadirin, mari kita selalu bersama para ahli dzikir orang-orang yang berilmu, orang yang beramal, dan orang yang ikhlas agar terpelihara ketakwaan kita. Semoga akhir hayat kita diberikan Allah khusnul khatimah. Semoga Allah memelihara kita, memelihara iman kita, memelihara ilmu kita, memelihara amal kita, dan memelihara keikhlasan kita dengan para shiddiqiin.

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga bermanfaat.

Khotbah II



اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ  وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
 



(KH Abdul Manan Ghani, Ketua PBNU)