Khutbah

Khutbah Idul Fitri: Raih Kesucian Diri di Hari yang Fitri

Sab, 24 Juni 2017 | 03:32 WIB

 

Khutbah I

 

 

بسم الله الرحمن الرحيم
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر
 الحمد لله الذى عاد علينا نِعمه فى كل نفس ولمحات وأسبغ علينا ظاهرة وباطنة فى الجلوات والخلوات. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى امتن علينا لنشكره بأنواع الذكر والطاعات. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الأنبياء والمرسلين وسائر البريات. اللهم صل وسلم على سيّدنا محمّد وعلى أله وأصحابه أهل الفضل والكمالات
الله أكبر أما بعد: أيها الحاضرون اتّقوا الله حقّ تقاته ولا تمو تنّ إلاّ وانتم مسلمون واشكروا نعمت الله الّتي وصلنا للإيمان ووصلنا إلى العيد الفطر المبارك . فياايها الحاضرون! هذا يوم العيد. هذا يوم الفرح. فرح المسلمون لتوفيق الله إياهم باستكمال بلاء ربهم بفرض الصيام مع الترويحات فرح المسلمون بوعد ربهم بغفران ما اجترحوا من السيئات واستحلال بعضهم من بعض فى الحقوق والواجبات
إخوانى الكرام! فى هذا اليوم حرم الله علينا الصيام بعد أن فرضه علينا جميع الشهر وأخبر أنه فرضه لنكون من المتقين. فمن هذا اليوم ينبغى لنا أن نبعث فى أنفسنا بارتقائها على مراتب التقوى ونهتم بدين ربنا حتى ننال ما وعدنا ربنا حقا
الله أكبر! إخوانى الكرام! إن الله شرع لنا هذا العيد لنعود الى السمع والطاعة. ونعمل بكتابه بالجد والإجتهاد والقوة. ونبتعد عن التقصير والأعمال كما وقع فى أعوامنا الماضية
الله أكبر. وقال تعالى: ومن أظلم ممن ذكر بأيات ربه فأعرض عنها ونسى ما قدمت يداه. إنا جعلنا على قلوبهم أكنة أن يفقهوه وفى أذانهم وقرا وإن تدعهم إلى الهدى فلن يهتدوا إذن أبدا
الله أكبر, إخوانى الكرام! إعلموا أن الله تعالى قد طالبنا فى إقرارنا أن نطيع ونسمع. فقال تعالى ألم ياءن للذين أمنوا أن تخشع قلوبهم لذكر الله وما نزل من الحق ولا يكونوا كالذين أوتوا الكتاب من قبل فطال عليهم الأمد فقست قلوبهم وكثير منهم فاسقون

الله أكبر. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم. بادروا بالأعمال قبل ان تظهر فتنا كقطع الليل المظلم يصبح الرجل مؤمنا ويمسى كافرا ويمسى مؤمنا ويصبح كافرا. يبيع أحدهم دينه بعرض قليل من الدنيا. رواه مسلم عن أبى هريرة
 

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Adalah sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan "Alhamdulillahirabbil Alamin" karena kita telah diberikan berbagai macam kenikmatan yang tidak bisa kita hitung satu persatu. Mudah-mudahan kenikmatan yang selalu kita syukuri ini akan senantiasa ditambah oleh Allah SWT dan kita digolongkan menjadi kaum yang pandai bersyukur. Amin ya Rabbal Alamin.

Dan juga sebagai Ummat Nabi Akhiruz Zaman Nabi Muhammad SAW, sudah seharusnya kita senantiasa menyampaikan shalawat dan salam kepadanya. Jangankan kita manusia biasa, Allah dan para Malaikat pun bershalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW. Semogalah kita termasuk kaumnya yang akan mendapatkan hidayah dan syafaatnya di yaumil akhir nanti. Amin.

 

 

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ


Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Pada saat ini kita bersama-sama bisa merasakan kebahagiaan tiada tara. Kita sudah sampai pada hari dimana kita kembali fitri dan kita bisa menunaikan shalat Id bersama dengan keluarga tercinta ditempat yang mulia ini. Hari ini adalah hari kemenangan bagi insan beriman yang menjalankan Ibadah puasa Ramadhan selama 1 bulan penuh. Hari ini adalah hari dimana orang beriman yang berpuasa satu bulan penuh dikembalikan kepada fitrahnya, kepada kesuciannya laksana bayi yang baru terlahir kembali ke dunia.

Hal ini sesuai dengan yang ditegaskan oleh Nabi Kuhammad SAW dalam Haditnya:

 

 

 

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


"Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lewat".

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Perjuangan di Bulan Ramadhan adalah sebuah perjuangan keimanan. Iman kita diuji apakah lebih berat mengikuti ajakan setan untuk tidak berpuasa dengan menahan lapar dan dahaga ataukah mengikuti perintah Allah SWT untuk mendapatkan predikat orang-orang yang bertaqwa. Jujur kita saksikan bersama selama bulan Ramadhan, masih ada disekitar kita orang yang mengaku Islam dengan gampangnya tidak berpuasa dan terkadang dengan rasa tidak malu menunjukkan diri dengan makan dan minum ditempat umum.

Seharusnyalah kita semua menyadari bahwa Ramadhan adalah Bulan yang Suci. Bulan untuk  berupaya meningkatkan keimanan, menambah ibadah kita. Kita harus mampu mengalahkan rasa lapar. Kita harus mampu menahan rasa haus. Ramadhan adalah waktu untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah. Bukan malah kalah dengan godaan Setan yang selalu mengajak kepada kenikmatan makan dan minum yang sebenarnya itu adalah sebuah dosa yang besar.

Kini bulan Suci itu telah berlalu. Bulan dimana kita sering mendengarkan lantunan alunan ayat suci Al Quran di Masjid dan surau dikumandangkan selalu. Semua Ibadah diterima, doa dikabulkan dan dosa diampuni serta Surga merindukan kedatangan hamba Allah yang berpuasa dibulan suci Ramadhan.

Hanya di bulan Ramadhanlah, Allah memberikan kesempatan kepada hambanya untuk beribadah yang nilainya sama dengan seribu bulan. Allah telah menganugerahkan sebuah malam yang walaupun hanya satu malam, namun apabila kita bertemu dengannya, berarti kita sudah beribadah sepanjang dan selama umur kita. Malam itu adalah malam laolatil qadar.

Namun jamaah shalat id rahimakumullah,

Berlalunya bulan Ramadhan menyisakan pertanyaan kepada kita semua. Apa yang sudah kita dapatkan dari Ramadhan? Apakah kita akan diberikan kesempatan lagi oleh Allah SWT untuk dapat menjumpai Ramadhan tahun depan? Apakah sebaliknya kita tidak akan lagi dapat merasakan kesucian Bulan Ramadhan tahun depan? Kita akan berpisah dengan orang yang saat ini ada disamping kita. Kita akan berpisah dengan anak kita, istri, keluarga dan orang-orang yang kita cintai.

Ya Allah.. anugerahkanlah kepada kami umur yang panjang untuk senantiasa beribadah kepadaMu. Bukakanlah pintu rahmat dan taubatMu. Kami meminta kepadaMu pintu taubat belum terkunci dan Engkau akan senantiasa menerima amal ibadah kami. Sebelum kematian menghampiri kami. Sebelum semuanya menjadi penyesalan berkepanjangan. Terimalah segala amal ibadah kami di Bulan Ramadhan ini dan pertemukanlah kami dengan ramadhan-Ramadhan selanjutnya di tahun depan. Amin.

 

 

 

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ


Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Pada hari ini, Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mengagungkan Nama dan ciptaan Nya dengan lantunan takbir, tahmid dan tahlil. Setelah kita sempurnakan puasa di Bulan Ramadhan kita juga diwajibkan mengungkapkan rasa syukur terhadap berjuta nikmat yang telah dianugerahkan Nya. Sudah selayaknya kita bersujud, bersyukur seraya berharap semoga kita termasuk orang yang pandai mensyukuri nikmat. Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah: 185 yang berbunyi:

 

 

 

 

وَلِتُكْمِلُوْا العِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلىَ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ


"Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu semoga kamu bersyukur (kepada-Nya)."

Dengan takbir yang kita kumandangkan saat ini, kita juga meneguhkan dalam hati kita bahwa Allah lah Dzat yang paling besar. Ketika takbir kita kumandangkan saat berpuasa kita juga meneguhkan untuk mengecilkan pengaruh hawa nafsu dan mengagungkan kebesaran Allah didalam sanubari kita. Lalu apa sebenarnya tujuan kita selalu takbir dalam kehidupan kita?

Hadirin rahimakumullah,

Takbir mengajarkan kepada kita untuk senantiasa mengecilkan hal-hal duniawi yang sering kita besar-besarkan dalam kehidupan kita. Dalam keseharian kehidupan, kita harus mengakui bahwa sering kita takbir dalam shalat namun diluar shalat kita masih sering mengagungkan kekayaan, kekuasaan dan jabatan. Diluar shalat kita masih dibanggakan dan diperbudak oleh nafsu dengan memaksa orang lain untuk menuruti kemauan kita.

Kita sering takbir dalam shalat namun dikehidupan sehari-hari kita ditengah masyarakat sering melupakan Allah SWT. Mulut kita bertakbir namun hati kita ditutupi dengan rasa takabbur, bangga dengan ke-akua-an kita. Kita sering merasa paling penting, paling hebat dan paling segala-galanya. Kita sering memanfaatkan jabatan, harta dan gelar yang seharusnya dipergunakan untuk kemaslahatan ummat namun malah kita manfaatkan untuk kemafsadatan dan kepentingan diri sendiri.

Hadirin rahimakumullah,

Dalam kehidupan kita sering tidak lagi mengaplikasikan Firman Allah dan Hadits Rasul tentang kejujuran, keikhlasan, kasih saying dan amal sholeh. Dan sebaliknya, kita malah mengamini dan mengikuti petunjuk syaitan laknatullah yang mengajarkan kelicikan, kemunafikan dan kekerasan hati. Kebesaran Allah yang selalu kita besarkan dalam shalat dan do'a, telah kita lupakan dalam kehidupan nyata.

Kita sering beribadah siang dan malam namun disisi lain kemaksiatan dan kedzaliman juga terus di lakukan dalam kehidupan. Ibadah sering kita lakukan hanya sebatas menggugurkan kewajiban dan agar terlihat oleh orang lain untuk mendapatkan pujian. Kita menahan lapar dengan tidak mimun dan makan namun kita berbuka dengan makanan haram yang didapatkan.

Dalam puasa kita kehausan dan menahan lapar serta seluruh anggota badan kita merasakan keletihan tapi disisi lain kita tetap melakukan kemaksiatan. Kita khusyuk dalam shalat namun kita juga sering merampas hak sesama setiap saat. Banyak dari kita fasih dan hafal dengan Hadits dan Al Quran namun digunakan untuk menyalahkan dan mengkafirkan. Banyak dari kita berpuasa penuh di bulan Ramadhan namun kita memenuhi dunia ini dengan kemaksiatan dan kedzoliman.

Ya Allah... Ya Ghaffar... karuniakanlah ampunan Mu kepada kami atas dosa-dosa dan kealpaan kami. Kami sering tersesat dan diperbudak oleh nafsu. Oleh karena itu anugerahkanlah kepada kami kekuatan untuk dapat mengendalikan nafsu dan dapat terus mengagungkan-Mu dalam takbir diseluruh kehidupan kami.

 

 

 

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ


Hadirin rahimakumullah,

Sebagai orang yang beriman kita harus meyaqini bahwa hanya Allah lah yang paling besar dan selain Allah adalah kecil dan lemah. Sadarilah, semua materi dunia yang menjadi kebanggaan kita semuanya kecil dan tiada berarti sama sekali jika dibandingkan dengan keagungan Allah. Dalam kehidupan yang fana ini tidak patut bagi kita mendewa-dewakan kekayaan dan jabatan. Semua itu akan kita tinggalkan karena semua hanya sebuah titipan belaka yang suatu saat akan diambil kembali oleh sang pemiliknya yaitu Allah SWT. Tidak perlu kita menyombongkan dan pamer prestasi dan kekayaan kita karena hakikatnya semua itu tidak ada manfaatnya jika keimanan dan ketaqwaan tidak ada dalam jiwa kita.

Janganlah kita menyombongkan diri sendiri. Siapapun kita, di mana pun kita, kapan pun waktunya, Allah telah melarang kita untuk berlaku sombong sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Luqman ayat 18 yang artinya:
dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri..

 

 

 

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ


Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Selain menanggalkan kesombongan diri, marilah kita juga senantiasa berbuat baik kepada sesama. Terlebih kepada sosok yang paling berjasa dalam kehidupan kita yaitu orang tua kita. Dalam tuntunan ajaran Agama Islam kita diperintahkan untuk memuliakan orang tua dengan memperlakukannya secara baik dalam bentuk perkataan dan juga sikap kita. Orang tua adalah Jimat kita di dunia. Keridoan orang tua akan menjadi sumber kesuksesan kehidupan kita didunia. Sebaliknya kemarahannya adalah merupakan sebuah bencana dalam kehidupan kita.

رِضَى اللهِ فىِ رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِى سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ

"Keridloan Allah tergantung kepada keridloan orang tua dan kemarahan Allah tergantung kemarahan orang tua"

Hadirin rahimakumullah....

Adalah sebuah kebahagiaan bagi kita yang orang tuanya masih dalam keadaan sehat dan masih bersama kita. Terlebih sosok ibu yang telah susah payah melahirkan kita kedunia ini. Ibu adalah sosok yang paling berjasa dan dapat menghantarkan kita ke surga. Apa kabar Ia hari ini? Sudahkah kita menjenguknya? Semakin hari semakin bertambah tua umurnya. Hari-harinya sudah mulai ditinggal pergi anak-anaknya. Dirumah sendiri tak berdaya dengan kondisi kesehatan yang semakin membuatnya tak berdaya. Keinginan bekerja masih ada namun tenaga sudah tidak mendukung keinginannya. Akhirnya hanya bisa mengubur semua isi hatinya sambil berharap ada anak yang memperhatikan dan peduli dengannya. Apakah kita peduli dengan hal ini? Apakah kita merasakan apa yang mereka inginkan dan rasakan selama ini?

Hadirin rahimakumullah,

Inilah saat penting bagi kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita. Inilah ladang amal bagi kita selaku anak yang berbakti kepada orang tua. Jika kita dengan ikhlas peduli, memberi kasih sayang dan membantu meringankan beban hidupnya yakinlah... surga balasannya. Jasa dan perjuangan mereka tidak akan bisa kita balas dan bayar lunas. Demi Allah... sebanyak apapun yang pernah kita berikan, apa pun yang pernah kita serahkan kepada orang tua kita, tidak akan setimpal dengan perjuangan dan pengorbanan mereka membesarkan kita.

Mari kita ingat perjuangan mereka ketika kita masih kecil tak bisa berbuat apa-apa. Dengan penuh cinta mereka menggendong kita, mencium kita dan merawat kita sampai kita bisa seperti sekarang ini. Bagaimana sebaliknya ketika saat ini mereka tergeletak sakit sendirian dirumahnya? Sempatkah kita menengoknya? Berapa kali kita mengusap keningnya, menyuapinya dan menggantikan pakaiannya ketika ia terbaring sakit diatas tempat tidurnya? Seringkah kita memeluknya dengan penuh cinta sembari tersenyum sebagaimana ia lakukan saat kita kecil dipangkuannya?

Oleh karena itu Hadirin rahimakumullah,

Di hari nan fitri inilah waktu yang tepat bagi kita untuk meraih kedua tangannya yang sudah nampak keriput dimakan usia. Rengkuhlah tubuhnya, Ciumlah tangan yang dulu kekar mengasuh kita namun sekarang  sudah lemah seraya bersimpuh meminta maaf kepadanya. Mintalah keridhoan dan keikhlasannya untuk bekal hidup kita. Dan marilah berdoa agar Ia selalu mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan dari Allah SWT. Semoga mereka tetap terjaga Iman Islamnya dan ketika Ia dipanggil oleh Allah SWT mereka menjadi hamba yang khusnul khatimah dan kita diberikan ketabahan dalam menghadapinya.

Namun hadirin rahimakumullah, jika mereka saat ini sudah tidak bersama kita lagi di dunia. Marilah kita luangkan waktu untuk berziarah ke makam mereka. Lihat dan bersihkanlah pusara mereka yang menunggu doa dari kita dan keluarga. Ia pastinya akan tersenyum melihat kehadiran dan doa yang kita kirimkan. Sebaliknya mereka pasti akan sangat bersedih ketika kita tidak datang mendoakan karena hanya itulah yang mereka harapkan dialam sana.

 

 

 

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ


Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Selain menunjukkan pengabdian dan bakti kita kepada orang tua kita, marilah pada momen Idul Fitri ini kita tebar aura positif kepada orang yang ada disekitar kita. Binalah persahabatan kepada semua dengan penuh kasih sayang. Perkuatlah kedekatan batin dengan sesama agar tercipta suasana yang penuh kedamaian dan penuh cinta serta kasih sayang.

Hal ini dapat diwujudkan dengan saling mengulurkan tangan seraya mengucapkan permohonan maaf kepada sesama. Bukakan pintu maaf kepada sesama agar kesempurnaan ibadah kita dibulan Ramadhan dan idul fitri ini akan semakin sempurna. Semogalah semua dosa kita kepada Allah dan dosa kepada sesama akan diampuni sehingga kita akan menjadi insan yang kembali suci mendapatkan kemenangan seperti harapan dalam doa kita "Jaalanalahu Minal Aidin wal Faizin".

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Demikianlah Khutbah Idul Fitri ini. Semoga dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua dan marilah kita berdo'a semoga ibadah kita selama ini khususnya di Bulan Ramadhan tahun ini diterima Allah SWT. Dengan datangnya 1 Syawwal ini pula kita berharap mudah-mudahan kita akan menjadi insan yang bertaqwa.

 

 

 

 

بارك الله لي ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم بفهمه إنه هو البر الرحيم


Khutbah II

 

 

 

 

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر
الحمد لله أفاض نعمه علينا وأعظم. وإن تعدوا نعمة الله لا تحصوها, أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له. أسبغ نعمه علينا ظاهرها وباطنها وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. رسول اصطفاه على جميع البريات. ملكهاوإنسها وجنّها. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أهل الكمال فى بقاع الأرض بدوها وقراها, بلدانها وهدنها
الله أكبر أما بعد:أيها الحاضرون اتّقوا الله حقّ تقاته ولا تمو تنّ إلاّ وانتم مسلمون.  إخوانى الكرام! استعدوا لجواب ربكم متى تخشع لذكر الله متى نعمل بكتاب الله ؟ قال تعالى ياأيها الذين أمنوا استجيبوا لله ولرسوله إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تخشرون
الله أكبر. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد. كما صليت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم, وبارك على محمد وعلى أل محمد, كماباركت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد
الله أكبر. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقاضى الحاجات. اللهم وفقنا لعمل صالح يبقى نفعه على ممر الدهور. وجنبنا من النواهى وأعمال هى تبور. اللهم أصلح ولاة أمورنا. وبارك لنا فى علومنا وأعمالنا. اللهم ألف بين قلوبنا وأصلح ذات بيننا. اللهم اجعلنا نعظم شكرك. ونتبع ذكرك ووصيتك. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار. ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

الله أكبر. عباد الله! إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر يعذكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله يذكركم واشكروا على نعمه يشكركم. ولذكر الله أكبر

 


Muhammad Faizin, Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu

Baca juga:

-  Khutbah Idul Fitri: Islam dan Tantangan Konsumerisme di Dunia Global
- Khutbah Idul Fitri: Pembentukan Jati Diri Pasca-Ramadhan