Khutbah

Khutbah Jumat: Hisab Akhirat atas Kenikmatan Duniawi

Kam, 18 Mei 2023 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Hisab Akhirat atas Kenikmatan Duniawi

Harta, jabatan, dan kenikmatan duniawi lainnya. (Ilustrasi: NU Online/freepik)

Selaku umat yang beriman, sudahkah kita memperhatikan apa yang telah kita lakukan mempersiapkan hari esok? Sadarkah kita bahwa semua nikmat yang kita dapatkan hari ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Jangan sampai kita menyesal di saat umur kita sudah habis dan kematian sudah di depan mata, sementara kita belum berbuat apa-apa.  


Maka dalam khutbah Jumat yang berjudul, “Hisab Akhirat atas Kenikmatan Duniawi” ini, kita diingatkan agar tidak terlena dengan kehidupan dunia yang fana, sementara lupa akan persiapan dan pertangungjawaban akhirat. 


Sesungguhnya, kita di dunia tidak lama. Sebentar lagi, maut menjelang. Maka manfaatkanlah kesempatan yang ada untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan hari akhir.  


Untuk mencetak, silakan download di bagian atas atau bawah naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!


Khutbah I:

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ: أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ، كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ، ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ، كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ، لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ، ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ، ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ، أَمَّا بَعْدُ


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan ke Hadirat Allah swt. Zat yang tak henti-hentinya memberi nikmat kepada kita semua. Tak terkecuali nikmat taufiq dan hidayah sehingga pada kesempatan ini kita bisa melangkahkan kedua kaki dan berada di tempat mulia ini. Semoga kelak setiap langkah kita ini menjadi bukti ketaatan kita di hadapan-Nya. 


Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Habibana Muhammad saw. yang menjadi penghulu para nabi dan pelita kegelapan bagi seluruh alam. Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabatnya, para tabiin, tabi tabiin, hingga kepada kita yang senantiasa mengharapkan syafaatnya kelak di akhirat. 


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah 

Sebelum melanjutkan khutbah ini, khatib berpesan kepada diri khatib dan jamaah sekalian, marilah sama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Sebab, takwa merupakan bekal terbaik menghadapi kehidupan dunia dan akhirat, takwa yang menjadi kekuatan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mudah-mudahan Allah menggolongkan kita sebagai hamba yang  bertakwa dan taat terhadap ketentuan-Nya. Amin ya rabbal alamin


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Sebagaimana ayat yang dikemukakan dalam muqaddimah di atas, Allah telah menunjukkan sifat umum manusia. Lantas apa sifat umum tersebut? Yaitu lalai terhadap perintah Allah, lalai bersyukur kepada Allah, lalai menjauhi perintah Allah, lalai terhadap peringatan Allah. Mereka justru sibuk dengan perkara dunia dan lupa akan urusan akhirat. Mereka sibuk bermegah-megahan. Mereka sibuk mengumpul-ngumpul harta hingga lupa kepada hisabn akhirat. Tak heran jika  mereka lupa apakah harta yang dikumpulkannya halal atau tidak. Baru mereka tersadar setelah kematian menghampiri mereka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat:  


أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ


Artinya, “Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu,  sampai kamu masuk ke dalam kubur,” (QS. at-Takatsur [102]: 1-2). 


Melalui ayat ini, sesungguhnya Allah hendak memperingatkan kepada kita semua agar tidak lalai dan terlalu sibuk dengan urusan dunia sampai-sampai melupakan akhirat. Sebab, kematian pasti datang serta pertanggung-jawaban kepada Dzat Pemberi nikmat mesti kita lakukan kelak. Jangan sampai terjadi penyesalan di kemudian hari hanya karena kita terlena dengan kehidupan sementara. Kita terlalu asyik mengejar dunia yang fana. Lupa akan kehidupan kekal di akhirat. 


Hadirin, kita tidak dilarang mencari dunia, namun mencarinya harus dengan cara-cara yang dibenarkan Allah swt. Kita tidak dilarang mengejar nikmat, namun ingat pertanyaan tentang nikmat di akhirat. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang kita peroleh, kelak akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Pemberi nikmat. Demikian sebagaimana yang sudah diperingatkan Rasulullah saw. dalam sabdanya: 


لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ، عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ


Artinya, “Tidak akan bergeser langkah bani Adam pada hari Kiamat di depan Tuhannya hingga ditanya ihwal lima perkara: pertama, ihwal umurnya. Dipakai apa umur tersebut? Kedua ihwal masa mudanya. Dipakai apa masa muda tersebut? Ketiga dan keempatnya ihwal hartanya. Dari mana harta itu diperoleh dan dipakai apa? Kelima ihwal apa yang dikerjakan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi). 


Seperti itu pertanyaan-pertanyaan yang akan kita hadapi pada hari Kiamat. Makanya mari kita renungkan kembali sama-sama. Sudahkan kita mempersiapkan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut? Sudahkan mempergunakan umur kita dengan sebaik-baiknya? Sudahkan kita mempergunakan masa muda kita untuk taat kepada Allah? Sudahkan kita memperhatikan  harta yang kita peroleh? Dari mana asalnya dan sudahkan di jalan yang diridai Allah? Sudahkah kita beramal saleh sesuai dengan yang diperintahkan Allah? 


Ini artinya, kita bukan dilarang mencari kekayaan, bukan tidak boleh mengejar kenikmatan dunia, namun pikirkan sebaik-baiknya pertanyaan yang akan kita hadapi kelak. Jangan sampai kita menyesal gegara kita terlalu asyik mengejar dunia hingga lupa halal dan haram, hingga lupa hisab di akhirat. Di sini kita jangan terlena dengan nikmat dunia yang fana, sebab masih ada nikmat kekal di akhirat yang harus kita perjuangkan. Ingat, kita di dunia hanya tidak lama dan  sementara. Hidup ini ada akhirnya yaitu kematian. Sementara kematian merupakan awal dari pertanggung-jawaban di hadapan Tuhan. Sayangnya, kebanyakan manusia lupa akan hal ini. 


Makanya tak sedikit saudara kita yang mencari dunia namun lupa mencari akhirat. Banyak yang bergelimang harta namun lupa akan hak harta dan pertangungjawabannya di akhirat. Makanya sebelum terlambat, mari kita pergunakan sisa umur kita  untuk memperbaiki sikap dan perbuatan kita. Kita manfaatkan kesempatan yang ada untuk beribadah kepada Allah. Sebab, yakinlah hanya ibadah dan amal saleh yang akan mengantarkan kita kepada rida Allah.     


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah

Walhasil kita jangan terlena sebab kita akan ditanya dengan lima pertanyaan tadi. Kira-kira sudahkah kita siap menjawabnya? Sudahkan kita memanfaatkan usia, masa muda, harta, dan beramal saleh? Belum lagi kita mempertanggungjawabkan nikmat-nikmat lainnya. Benar apa yang disampaikan Allah dalam Al-Quran: 


ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ


Artinya, “Kemudian, kamu pasti akan ditanya pada hari itu perihal kenikmatan  (yang mewah di dunia).” (at-Taktsur [102]: 8). 


Dan khusus untuk urusan harta, pertanyaannya ada dua: yaitu dari mana harta itu diperoleh dan untuk apa harta itu dipergunakan. Sementara menjawab pertanyaan Allah tidak seperti menjawab pertanyaan manusia sewaktu di dunia. Di dunia kita masih bisa berkelit, sementara di akhirat seluruh anggota tubuh kita akan bicara dan bersaksi akan perbuatan masing-masing.  


Demikian seperti yang ditegaskan Allah dalam Al-Quran: 


الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلى أَفْواهِهِمْ وَتُكَلِّمُنا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِما كانُوا يَكْسِبُونَ


Artinya, “Pada hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan,”  (QS. Yasin  [36]: 65). 


Oleh sebab itu, selaku umat yang beriman, jangan pernah berhenti memperhatikan apa yang telah kita  perbuat untuk hari esok, yakni hari akhirat. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Sudahkah kita taat kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya? Sudahkah kita tafakur bagaimana mempertanggung-jawabkan semua nikmat yang dikaruniakan-Nya? Apakah kita benar-benar ingin selamat dari siksa-Nya? Mari persiapkan dari sekarang. Jangan tunggu esok atau lusa. Sebab akhir hayat kita tidak ada yang tahu. Jangan pernah menunda tobat, jangan pernah menunda waktu untuk memperbaiki diri. Sebelum terlambat,  lakukan sekarang. Selagi sehat, kerjakan sekarang. Selagi muda, perbuat dari sekarang. Mari kita simak lagi dengan seksama firman Allah:  


يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ


Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. al-Hasyr [59]: 18).  


Maka, berhati-hatilah dalam setiap gerak gerik dan perbuatan kita. Sebab, semuanya akan terekam dalam catatan Alah. Semua nikmat-Nya manfaatkanlah sebaik-baiknya di jalan yang diridhai-Nya. Berhati-hati pula dalam mencari dan mengusahakan nikmat tersebut. Karena sidang Allah pasti nyata. Di sana kita tidak mungkin berdusta dan menyembunyikannya. Ingat, harta kita yang halalnya akan dihisab dan yang haramnya akan disiksa. 


Pantas Nabi Sulaiman as terlambat masuk surga gara-gara menghadapi persidangan harta yang dimilikinya. Padahal harta Nabi Sulaiman, diperoleh dari jalan halal dan dipakai di jalan yang diridai Allah. Bagaimana dengan kita yang terkadang ceroboh dalam mencari harta: entah halal atau haram. Setelah didapatkan, kita lupa mensyukurinya. Kemudian, saat menggunakannya, entah di jalan yang diridhai Allah atau tidak? 


Simpulannya, kita jangan terlena mengejar dunia hingga melupakan syukur dan pertanggungjawabannya di akhirat. Ikuti aturan Allah jika kita ingin selamat dan meraih kebahagiaan dunia-akhirat. Manfaatkan nikmat sesuai dengan keinginan yang memberi nikmat. Jangan kita gunakan harta itu di jalan yang dapat mengundang murka-Nya. Sebab itu pula yang akan memperberat persidangan kita di akhirat. Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hidayah demi menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah. Amin ya rabbal alamin


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.


اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.