Khutbah

Khutbah Jumat: Memfungsikan Masjid untuk Kemaslahatan Umat

Jum, 2 Juni 2023 | 09:30 WIB

Khutbah Jumat: Memfungsikan Masjid untuk Kemaslahatan Umat

Bangunan masjid. (Foto: NU Online/Freepik)

Materi khutbah ini mengajak kepada umat Islam untuk senantiasa menjaga, merawat, dan memfungsikan masjid agar dapat memberikan kemaslahatan bagi umat. Upaya ini dilakukan dengan memastikan fungsi masjid selaras dengan apa yang telah digariskan dalam Islam dan mengupayakan berbagai pengembangan yang mampu memberi manfaat besar bagi jamaah dan juga masyarakat.


Teks khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat: Memfungsikan Masjid untuk Kemaslahatan Umat”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًاۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ


Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Menjadi keharusan bagi kita untuk senantiasa menguatkan dan mengungkapkan rasa syukur kepada Allah swt atas anugerah nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu. Di antaranya adalah nikmat sehat dan umur panjang sehingga kita masih bisa menjalankan misi utama hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah swt. Tiada ungkapan yang patut kita ucapkan selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Dengan bersyukur, insyaallah nikmat yang dikaruniakan kepada kita ini tidak akan dicabut dan sebaliknya akan terus ditambah oleh Allah dengan nikmat-nikmat lainnya.


Selain syukur, wajib juga bagi khatib untuk mengingatkan jamaah dan diri khatib pribadi agar meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan senantiasa menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Ketakwaan ini bukan hanya dilakukan dalam waktu dan tempat tertentu. Ketakwaan harus kita bawa dalam kondisi dan situasi apapun dan di manapun kita berada. Rasulullah telah mengingatkan dalam haditsnya:


اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ


Artinya, “Bertakawalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya hal itu dapat menghapusnya. Bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik’,” (HR At-Tirmidzi)


Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Sebagai sarana meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah swt, saat ini kita bisa melihat umat Islam memiliki semangat yang tinggi untuk membangun masjid. Berbagai macam upaya dilakukan umat Islam untuk membangun masjid di antaranya dengan cara iuran, penggalangan dana, ataupun ada pihak yang siap menanggung dana baik perorangan maupun komunitas tertentu. Terkait dengan pembangunan masjid, Allah swt telah mengingatkan bahwa ketakwaan harus menjadi dasar niat utamanya:


لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ


Artinya, “Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS At-Taubah: 108).


Dari ayat ini kita bisa memahami bahwa peningkatan ketakwaan harus menjadi dasar awal dalam membangun sebuah masjid. Jangan sampai mendirikan masjid dengan niat dan motif lain seperti untuk bermegah-megahan, berebut pengaruh di masyarakat, kepentingan politik praktis, dan juga sentimen pemahaman agama. Membangun sebuah masjid harus memperhatikan aturan-aturan hukum fikih Islam, aturan negara, dan juga aturan dan norma sosial kemasyarakatan agar keberadaan masjid tidak malah menjadi sumber konflik dan perpecahan.


Hal ini telah diingatkan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an:


وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًاۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗوَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ


Artinya, “(Di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), (menyebabkan) kekufuran, memecah belah di antara orang-orang Mukmin, dan menunggu kedatangan orang-orang yang sebelumnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya. Mereka dengan pasti bersumpah, “Kami hanya menghendaki kebaikan.” Allah bersaksi bahwa sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta (dalam sumpahnya).” (QS At-Taubah: 107).


Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Membangun dan memfungsikan masjid harus sesuai dengan makna kata 'Masjid' itu sendiri yang berasal dari bahasa Arab yakni ‘Sajada’ dengan makna sujud. Sujud sendiri memiliki makna patuh dan tunduk sehingga keberadaan masjid harus menjadi sarana tunduk dan patuh pada Allah swt. Bukan sebaliknya, digunakan untuk kepentingan yang menunjukkan ketidakpatuhan, keangkuhan, dan pemenuhan pengaruh dan kekuasaan.


Keberadaan masjid juga sangat mulia sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sampai-sampai dalam Al-Qur’an, kata masjid disandingkan dengan kata Allah sehingga kita sering mendengar istilah bahwa masjid merupakan rumah Allah. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Jin ayat 18:


وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًاۖ


Artinya, “Sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah. Maka, janganlah menyembah apapun bersamaan dengan (menyembah) Allah.”


Rasulullah juga bersabda dalam Syarah An-Nawawiala Sahih Muslim:


قَوْلُهُ أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا لِأَنَّهَا بُيُوتُ الطَّاعَاتِ وَأَسَاسُهَا عَلَى التَّقْوَى


Artinya, “Nabi bersabda, ‘tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid’ karena masjid merupakan tempat ketaatan, dan didirikan atas dasar ketakwaan”.

 
Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Pertanyaan muncul, bagaimana dengan kondisi masjid saat ini? Apakah keberadaan masjid sesuai dengan fungsinya? Apakah masjid sudah mampu meningkatkan ketakwaan umat Islam di sekitarnya? Ataukah sebaliknya, keberadaan masjid sudah mulai tereduksi oleh kepentingan-kepentingan dunia? 


Terlepas dari pertanyaan introspektif tersebut, kita sebagai umat Islam harus bisa menata dan memperbaiki niat kembali dalam membangun, merawat, menjaga, dan memfungsikan masjid di sekitar kita. Di antara yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersamaan unsur-unsur yang ada di masjid seperti ketakmiran dan jamaah dalam memakmurkan masjid. Hindari sikap egois dan merasa paling berkuasa serta berjasa atas keberadaan masjid. Semua elemen masjid harus pro aktif memperebutkan amal kebaikan untuk kemakmuran masjid, bukan memperebutkan pengaruh dalam masjid.


Masjid juga harus menjadi tempat yang menyejukkan bagi jamaah untuk beribadah. Bukan hanya ibadah mahdhah seperti shalat dan sebagainya, namun juga ibadah-ibadah sosial kemasyarakatan bisa dilakukan di masjid dengan melibatkan masyarakat untuk pro aktif di dalamnya. 


Kenyamanan dan kesejukan masjid juga tidak boleh dirusak dengan kepentingan politik praktis yakni menjadikan masjid sebagai sarana kampanye politik dengan dukung-mendukung partai, kandidat, saling menjatuhkan dan menjelekkan orang lain, serta menyebarkan politik identitas atas nama agama. Politik yang harus dipegang di masjid adalah politik keumatan, politik kebersamaan, politik persatuan untuk mewujudkan keadilan sosial, memberantas korupsi, dan memerangi ekstremisme dan terorisme.


Selanjutnya, kesejukan dan kenyamanan masjid juga bisa terus dipertahankan dengan mengedepankan dan menjalankan amaliah-amaliah ibadah yang moderat. Jamaah harus diajak untuk beragama secara moderat dengan tidak berlebih-lebihan dan menghindari sikap bahwa ibadah yang dilakukannyalah yang akan diterima Allah, sementara ibadah yang tidak sesuai dengan caranya ditolak oleh Allah. Dalam menjaga masjid, ketakmiran dan jamaah bisa menggunakan kaidah:


المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَالِحِ وَالأَخْذُ باِلجَدِيْدِ الأَصْلَحِ


Yakni melakukan inovasi-inovasi dan mengambil hal baru yang baik untuk kemakmuran masjid dan mempertahankan amaliah serta tradisi lama yang baik untuk kedamaian dan kesejukan masjid.


Maasyiral muslimin rahimakumullah,

Semoga kita semua memiliki masjid ideal yang bisa menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah dan mampu memberi manfaat dan kemaslahatan bagi umat dan masyarakat. Amin.

     
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ


اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


*H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung