Nikah/Keluarga

4 Tips Jitu Mengelola Perbedaan Pendapat Pasangan agar Rumah Tangga Harmonis

NU Online  ·  Selasa, 26 Agustus 2025 | 14:30 WIB

4 Tips Jitu Mengelola Perbedaan Pendapat Pasangan agar Rumah Tangga Harmonis

Tips mengelola perbedaan di antara pasangan (via gazeta.ru)

Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah dalam biduk rumah tangga. Masing-masing pasangan suami istri pasti memiliki cara pandang, pengalaman, dan karakter yang berbeda. Menghadapi perbedaan pendapat ini dengan bijak dapat memperkuat ikatan pernikahan, sementara mengelolanya dengan buruk justru bisa memicu perpecahan.
 

Konflik dan perbedaan pendapat adalah bagian alami dari setiap hubungan, termasuk pernikahan. Kuncinya bukan menghindari konflik, melainkan mengelolanya dengan cara yang sehat dan modern. Pendekatan "kekinian" dalam mengelola perbedaan pendapat pasutri lebih menekankan pada komunikasi yang efektif, empati, dan pemahaman bersama.
 

Untuk menghadapi situasi tersebut, ada beberapa tips dan nasihat yang dapat dilakukan oleh pasangan suami istri agar rumah tangga senantiasa diliputi ketenangan dan kedamaian. Berikut adalah beberapa diantaranya:
 

1. Beri Kesempatan untuk Berpendapat

Dalam mengelola perbedaan pendapat, berikanlah kesempatan kepada pasangan untuk menyampaikan pendapatnya secara utuh tanpa dipotong atau disela. Dengarkan dengan baik dan cobalah untuk memahami sudut pandangnya.
 

Dalam kitab-kitab klasik maupun kontemporer, ulama menganjurkan musyawarah antara suami isri. Ini adalah prinsip penting dalam Islam, termasuk dalam rumah tangga. Musyawarah yang dimaksud bukan hanya sekadar berdebat untuk menang. Musyawarah dalam Islam harus dilakukan dengan adab yang baik. Allah swt berfirman dalam surat Ali Imran ayat 159:
 

وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ
 

Artinya: “...dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting).” (QS. Ali Imran: 159).
 

Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab tafsirnya mengatakan, sifat-sifat Nabi Muhammad saw yang disebutkan dalam ayat dapat dijadikan teladan bagi umat beriman. Salah satunya adalah gemar bermusyawarah.
 

Syekh Wahbah Mengutip perkataan Ibnu ‘Athiyah: 
 

والشورى من قواعد الشريعة وعزائم الأحكام، من لا يستشير أهل العلم والدين، فعزله واجب. هذا مالا خلاف فيه
 

Artinya: “Musyawarah adalah salah satu prinsip dasar syariat dan ketetapan hukum yang kuat. Siapa pun yang tidak mau bermusyawarah dengan para ahli ilmu dan agama, maka wajib untuk dicopot dari jabatannya. Ini adalah pendapat yang tidak bisa ditentangkan lagi.” (Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1411 H], jilid IV, halaman 143).
 

Menurut Ibnu Athiyah, musyawarah adalah salah satu prinsip dasar syariat dan ketetapan hukum yang kuat. Beliau menyatakan bahwa ini adalah masalah yang tidak ada perselisihan di dalamnya. Artinya, musyawarah adalah prinsip penting dalam Islam, termasuk dalam rumah tangga. Musyawarah yang dimaksud bukan hanya sekadar berdebat untuk menang, tapi mencari solusi jalan keluar yang solutif.
 

Berikut adalah beberapa kiat-kiatnya:

  • Jadikan Al-Qur'an dan hadits sebagai landasan. Jika perbedaan pendapat menyangkut hal-hal dalam agama, rujuklah kepada Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad saw beserta penjelasan para ulama mengenai keduanya.
     
  • Libatkan pihak ketiga jika diperlukan. Apabila masalah tidak kunjung menemukan titik temu, disarankan untuk melibatkan pihak ketiga yang bijaksana, seperti orang tua atau kerabat dekat yang memiliki ilmu dan dihormati oleh kedua belah pihak. Tujuannya adalah untuk membantu menengahi dan memberi masukan yang objektif.
    ​​​​​​​
  • Fokus pada solusi, bukan pada siapa yang benar. Saat berdiskusi, fokuslah pada bagaimana menyelesaikan masalah, bukan pada siapa yang paling benar. Pernikahan adalah tim, bukan ajang kompetisi.
     

2. Komunikasi Aktif dan Penuh Empati

Komunikasi adalah jantung dari setiap hubungan. Dalam mengelola perbedaan pendapat, komunikasi tidak hanya soal berbicara, tetapi juga mendengarkan. Komunikasi dalam sebuah hubungan bisa diibaratkan seperti oksigen yang bisa menghidupkan suatu hubungan. Dalam hal ini, Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya komunikasi yang lembut dan sopan. Bicara dengan kata-kata yang baik, hindari nada kasar, dan selalu mencari jalan tengah.    
 

Selain itu, tidak dianjurkan kaku dalam komunikasi. Sesekali, diperlukan juga canda dan tawa untuk mencairkan suasana dan melepas penat setelah seharian beraktivitas. Bercanda bisa bikin hati senang, dan ini penting untuk keharmonisan rumah tangga. Al-Ghazali menjelaskan:
 

الثَّالِثُ أَنْ يَزِيدَ عَلَى احْتِمَالِ الْأَذَى بِالْمُدَاعَبَةِ وَالْمَزْحِ وَالْمُلَاعَبَةِ فَهِيَ الَّتِي تُطَيِّبُ قُلُوبَ النِّسَاءِ
 

Artinya: “Adab yang ketiga: "Hendaklah bermain dan bercanda dengan istri (jangan mendiamkannya dalam waktu yang lama). Seorang suami hendaknya sering bermain dan bercanda dengan istri di samping menanggung semua beban penderitaan berupa kewajibannya. Sebab, semua itu terbukti mampu memberikan kesenangan kepada keduanya (suami dan istri).” (Ihya' Ulumiddin, jilid II, halaman 44).
 

Berikut adalah beberapa kiat-kiatnya:

  •  Jadilah pendengar yang aktif. Saat pasangan berbicara, berikan perhatian penuh. Singkirkan ponsel, buat kontak mata, dan jangan menyela. Setelah pasangan selesai berbicara, coba rangkum kembali apa yang mereka katakan untuk memastikan Anda benar-benar memahaminya. Contohnya: "Jadi, aku dengar kamu merasa keberatan dengan... Apakah itu benar?"
     
  • Gunakan kalimat "Aku Merasa...". Ini adalah teknik komunikasi modern yang sangat efektif. Alih-alih menyalahkan, sampaikan perasaan Anda. Misalnya, daripada mengatakan, "Kamu egois karena nggak mau bantu", coba ganti dengan, "Aku merasa kewalahan dan butuh bantuan saat harus mengerjakan semua ini sendirian." (John Gottman & Nan Silver, 113-114).
     

3. Ubah Pola Pikir: dari 'Perang' Jadi Kolaborasi

Alih-alih melihat perbedaan sebagai pertempuran yang harus dimenangkan, ubah sudut pandang menjadi sebuah kolaborasi untuk mencari solusi terbaik bagi "kita" (pasangan). Ini berarti tidak ada yang benar atau salah sepenuhnya, melainkan ada dua sudut pandang berbeda yang perlu digabungkan. (Dr. Sue Johnson, Hold Me Tight: Seven Conversations for a Lifetime of Love, halaman 85).
 

Berikut adalah beberapa kiat-kiatnya:

  • Fokus pada frasa, "Kami", bukan, "Saya". Saat berdiskusi, gunakan bahasa yang inklusif seperti "Bagaimana kita bisa menyelesaikan ini?" atau "Mari kita cari jalan tengah yang nyaman untuk kita berdua."
     
  • Hindari serangan personal. Jangan pernah menyerang karakter atau kepribadian pasangan. Fokuslah pada isu yang sedang dibahas. Hindari kalimat seperti, "Kamu selalu..." atau "Kamu tidak pernah..." karena ini akan membuat pasangan merasa terpojok dan defensif. (John Gottman & Nan Silver, 113-114).


4. Tentukan ‘Aturan Main’ Saat Berdebat

Tidak ada pasangan yang tidak pernah berdebat. Masalahnya, sering kali perdebatan berubah menjadi pertengkaran tak terkendali. Buatlah kesepakatan bersama tentang bagaimana cara berdebat yang sehat.

Berikut adalah beberapa kiat-kiatnya:

  • Jeda Sejenak. Jika suasana sudah mulai memanas dan emosi tidak terkontrol, tidak masalah untuk mengambil jeda sejenak. Beri tahu pasangan bahwa Anda butuh waktu untuk menenangkan diri, lalu sepakati kapan waktu yang tepat untuk melanjutkan diskusi. (John Gottman & Nan Silver, 134-135).
     
  • Tidak Tidur dengan Masalah yang Belum Selesai. Ini adalah aturan yang seringkali sulit, tapi sangat penting. Usahakan untuk tidak tidur dalam keadaan marah. Jika masalah belum terselesaikan, setidaknya akhiri hari dengan kata-kata yang menenangkan seperti, "Aku cinta kamu, dan kita akan menemukan solusi besok." ( 185).


Dari paparan di atas, kita ketahui ada 4 tips mengelola perbedaan pendapat pasangan suami istri, yaitu memberi kesempatan masing-masing untuk berpendapat, menerapkan komunikasi aktif dan penuh empati, mengubah pola pikir dari perang menjadi kolaborasi, dan menentukan ‘aturan main’ saat berdebat. 

Tentunya masih banyak tips lain agar dapat mengelola perbedaan pendapat pasangan suami istri yang belum dapat terpapar pada kesempatan kali ini. Semoga tips-tips ini bisa jadi inspirasi bagi pembaca dalam mengelola perbedaan pendapat antara kedua pasangan. Amin. Wallahu ‘alam.

​​​​​​​

Ustadz Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.