وَلوْ سَكَتَ مَنْ لَايَدْرِيْ لَقَلَّ الخِلَافُ بَيْنَ الخَلْقِ
Kebodohan seyogianya memang melahirkan semangat untuk belajar dan menahan diri mengomentari segala hal. Ketika mereka secara leluasa turut berbicara apa pun yang ada di sekelilingnya, saat itulah sebuah malapetaka bias terjadi.
Di era dunia maya yang amat demokratis ini, semua orang punya kesempatan sama untuk mengungkapkan apa yang ada di benaknya. Masalah timbul ketika tingginya semangat untuk berekspresi tak seiring dengan bekal tingginya pengetahuan dan keahlian yang dimiliki. Yakni, ketika kompleksitas politik dianalisa dan dikomentari oleh orang-orang amatiran, fatwa agama dikeluarkan orang-orang yang baru belajar agama, dan seterusnya. Akibatnya, dunia menjadi bising dan gaduh sebagaimana yang kita dapati di media sosial belakangan ini.
Menurut Imam al-Ghazali, perselisihan di dunia ini dipicu oleh ketidasanggupan kaum bodoh untuk berhenti menanggapi hal yang tidak ia pahami dan kuasai dengan baik. Harus diingat pula, manusia senantiasa dalam keterbatasan. Pandai dalam segala hal adalah sesuatu yang mustahil. Misalnya, orang yang mahir soal seni belum tentu ia mahir pula soal ekonomi; orang yang pandai tentang politik, belum tentu pandai pula di bidang agama. Begitu juga sebaliknya. Sehingga, yang dibutuhkan adalah rasa tahu diri akan kapasitas diri sendiri. Wallâhu a‘lam.
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua