Ramadhan

Kultum Ramadhan: Belajarlah Istiqomah, Karena Allah Menyukainya

Kamis, 13 Maret 2025 | 04:00 WIB

Kultum Ramadhan: Belajarlah Istiqomah, Karena Allah Menyukainya

Ilustrasi konsisten. Sumber: Canva/NU Online.

Istiqomah atau konsistensi adalah hal yang mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dijalankan dan dipelihara ritmenya. Sering kali, saat memulai suatu pekerjaan, manusia bersemangat dalam menyusun rencana dan berkomitmen pada berbagai tujuan besar yang ingin dicapai.


Namun, di tengah perjalanan, banyak yang kehilangan ritme, semangat, bahkan melupakan tujuan yang telah mereka tetapkan di awal. Akibatnya, apa yang sudah dimulai berakhir sia-sia.


Dalam Islam, istiqomah adalah sifat istimewa yang sangat disukai oleh Allah SWT. Siapa pun yang mampu beramal secara istiqomah akan dianugerahi kemudahan dalam meraih keridhaan-Nya. Oleh karena itu, mulai dari Ramadan ini, mari kita melatih diri untuk selalu mengerjakan sesuatu dengan konsisten.


Keutamaan Istiqomah

Berbagai manfaat sudah dijanjikan oleh Allah Swt untuk orang yang senantiasa istiqomah dalam mengerjakan kebaikan selama hidupnya. Hal terbesar yang dapat dirasakan yakni diberikan ganjaran berupa surga dengan segala nikmatnya. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an:


اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ


Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian istiqomah (tetap dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), ‘Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.’" (QS. Fushshilat[41]: 30)


Al-Baghawi dalam kitab Ma‘alimut Tanzil fī Tafsīril Qur’ān (Beirut, Dārul Ihyā’ At-Turāts, 2000, 4:132) menjelaskan tentang ragam pengertian dari ahli tafsir mengenai makna di balik kata istiqomah dalam ayat tersebut. Setidaknya terdapat tujuh orang ulama dengan pendapat berbeda, di antaranya:

 
  1. Abu Bakar Ash-Shiddiq: Ia menjelaskan bahwa istiqomah dalam ayat ini adalah konsisten tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.
  2. Umar bin Khattab: Ia menjelaskan bahwa istiqomah dalam ayat ini bermakna konsisten menunaikan perintah Allah dan menghindari larangan-Nya.
  3. Utsman bin Affan: Ia menjelaskan bahwa istiqomah dalam ayat ini adalah konsisten melakukan amaliah dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT.
  4. Ali bin Abi Thalib: Ia menjelaskan bahwa istiqomah dalam ayat ini bermakna konsisten menjalankan segala kewajiban.
  5. Al-Hasan: Ia menjelaskan bahwa istiqomah dalam ayat ini adalah konsisten mengerjakan perintah Allah dengan ketaatan dan menjauhi maksiat.
  6. Mujahid: Ia menjelaskan bahwa istiqomah dalam ayat ini bermakna konsisten bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah sampai bertemu dengan-Nya.
  7. Muqatil: Ia menjelaskan bahwa istiqomah dalam ayat ini adalah konsisten dalam memeluk agama Islam dan tidak pernah melakukan hal-hal yang menyebabkan kemurtadan.


Selanjutnya, Al-Baghawi menjelaskan bahwa kalimat تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ yang bermakna “akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata)” dalam ayat tersebut maksudnya ialah ketika manusia yang istiqomah berpegang teguh di jalan Allah SWT, saat meninggal dunia malaikat akan datang dan mengucapkan apresiasi serta mendoakan kebaikan kepada mereka dengan mengatakan:


"Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu."

Pendapat ini bersumber dari Ibnu Abbas. Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa malaikat akan datang dan mengucapkan perkataan tersebut ketika manusia masih berada di dalam kubur atau ketika dibangkitkan darinya pada hari kiamat.


Jadi, siapa saja yang secara konsisten melakukan kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala hal yang dilarang, maka balasannya adalah surga. Bahkan sekelompok malaikat akan menyampaikan kabar gembira kepadanya.


Tips Istiqomah ala Nabi Muhammad SAW

Tidak perlu proyeksi yang besar untuk melatih diri dalam istiqomah. Cukup dengan kegiatan kecil dan sederhana sudah memadai. Justru, intensitas yang ringan namun berkelanjutan lebih disukai oleh Allah dibandingkan aktivitas padat tetapi tidak konsisten.


Mengerjakan sesuatu juga harus mempertimbangkan kemampuan, alokasi waktu yang memadai, dan kenyamanan diri sendiri. Tidak perlu memaksakan hal yang berat dan menyulitkan, apalagi sampai menimbulkan kebosanan dalam beraktivitas. Jika demikian, maka sulit menerapkan istiqomah.


Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Aisyah RA:


عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها: أَنّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَحْتَجِرُ حَصِيرًا بِاللَّيْلِ فَيُصَلِّي، وَيَبْسُطُهُ بِالنَّهَارِ فَيَجْلِسُ عَلَيْهِ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَثُوبُونَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَيُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ حَتَّى كَثُرُوا، فَأَقْبَلَ فَقَالَ: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ ‌أَحَبَّ ‌الْأَعْمَالِ ‌إِلَى ‌اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ)


Artinya, "Dari Aisyah Ra, bahwasanya Nabi Muhammad Saw membuat pembatas dengan sebuah tikar di waktu malam, lalu sholat. Pada siang hari, beliau membentangkan tikar tersebut dan duduk di atasnya. Maka ketika itu manusia kembali kepada Nabi Saw untuk mengerjakan shalat sebagaimana beliau mengerjakannya, sehingga jumlah mereka terus meningkat. Karena hal ini Nabi menghadap kepada mereka dan berkata: 'Wahai manusia, kerjakanlah suatu amal sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak akan bosan sampai kalian bosan. Karena sesungguhnya perbuatan yang disukai oleh Allah Swt yaitu pekerjaan yang konsisten meskipun sedikit'." (HR. Bukhari)

 

Oleh sebab itu, Ramadhan ini adalah momentum terbaik untuk belajar melatih diri melakukan perbuatan baik dengan konsisten. Membuat jadwal baca Al-Qur’an setiap hari, menyisihkan harta untuk bersedekah dan selalu berusaha berkata baik walau dalam suasana hati yang tidak stabil. Mulailah dari hal sederhana untuk menjadi hamba yang Istiqomah. Wallahua’lam


Ustadz Muhaimin Yasin, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman