Ramadhan

Kultum Ramadhan: Puasa dan Media Sosial

Ahad, 31 Maret 2024 | 16:00 WIB

Kultum Ramadhan: Puasa dan Media Sosial

Ilustrasi media sosial. (Foto: NU Online/Freepik)

Ramadhan, bulan suci yang penuh berkah, merupakan waktu yang tepat untuk diisi dengan ibadah, introspeksi, dan refleksi. Namun, seiring perkembangan teknologi modern saat ini, kemudahan akses internet dan media sosial membawa tantangan baru bagi kita untuk tetap mempertahankan kualitas puasa. 

 

Meskipun teknologi memberikan manfaat besar dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam memperluas pengetahuan dan komunikasi, namun penggunaan yang tidak bijaksana dapat membawa dampak negatif yang serius terhadap kualitas puasa Ramadhan. 

 

Dalam kultum ini, kita akan membahas bagaimana kemudahan teknologi di internet dan media sosial dapat mengancam kualitas puasa kita, terutama dalam hal kemaksiatan, bertengkar, ujaran kebencian dan juga bermalas-malasan.

 

Kita harus mengingat hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al-Muwatha’:

 

 الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا: فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ، أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ 

 

Artinya: “Puasa itu adalah perisai, jika salah satu dari kalian sedang berpuasa, maka jangan sampai berkata kotor dan jangan pula bertingkah laku jahil (sombong, suka mengejek, atau bertengkar). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan: aku sedang puasa, aku sedang puasa” (HR. Imam Malik). 

 

Salah satu dampak negatif dari kemudahan teknologi di internet dan media sosial adalah meningkatnya paparan terhadap konten-konten negatif dan kemaksiatan. Di dunia maya, akses tak terbatas ke berbagai jenis konten membuat orang rentan terhadap godaan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, termasuk selama bulan suci Ramadhan. 

 

Misalnya, mudahnya akses ke situs-situs web yang berisi konten pornografi atau kekerasan yang dapat menggoda seseorang untuk melanggar aturan-aturan puasa dengan melakukan hal-hal terlarang tersebut.

 

Selain itu, media sosial juga menjadi platform yang memudahkan penyebaran informasi yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Konten-konten negatif seperti fitnah, gosip, dan pemikiran yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam dapat dengan mudah tersebar luas. Hal ini tentu bisa mempengaruhi pikiran dan perilaku kita, terutama selama bulan Ramadhan ketika spiritualitas diri sedang ditingkatkan.

 

Dalam dunia media sosial yang luas, peluang untuk adu argumen yang mengarah kepada saling menyerang dan mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang tidak patut juga semakin tinggi. Orang dengan mudahnya mengumpat, menulis kata-kata kotor tanpa etika kepada siapapun termasuk kepada orang-orang yang lebih tua yang seharusnya kia hormati. Dalam Al-Qur'an surat Qaf ayat 28:

 

قَالَ لَا تَخْتَصِمُوْا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ اِلَيْكُمْ بِالْوَعِيْدِ

 

Artinya: "(Allah) berfirman, “Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepadamu."

 

Selain kemaksiatan, kemudahan teknologi juga dapat menyebabkan perilaku bermalas-malasan dan pemborosan waktu yang merugikan dalam menjalankan ibadah selama Ramadhan. Akses yang mudah ke berbagai aplikasi dan platform media sosial dapat menghabiskan waktu yang berharga yang seharusnya dialokasikan untuk ibadah dan introspeksi diri. 

 

Seringkali, orang dapat terjebak dalam siklus menghabiskan waktu yang tidak produktif di media sosial, yang menghalangi mereka untuk memanfaatkan bulan Ramadhan sebaik mungkin. Memang nyata, media sosial sangat melenakan. Tanpa terasa, waktu berjalan cepat saat kita memegang smartphone dan berselancar di dunia maya. Semua yang kita inginkan bisa diakses dengan mudahnya. 

 

Meskipun tantangan yang dihadapi akibat kemudahan teknologi di internet dan media sosial cukup besar, namun ada beberapa langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi dampak negatif tersebut.

 

Pertama, kita harus memiliki kesadaran yang tinggi. Penting bagi kita untuk menyadari potensi bahaya dan dampak negatif dari penggunaan yang tidak bijaksana terhadap teknologi di internet dan media sosial. Dengan memiliki kesadaran yang tinggi, kita dapat lebih waspada dan berhati-hati dalam menggunakan teknologi tersebut selama bulan Ramadhan.

 

Kedua, kita harus membatasi waktu online. Menetapkan batasan waktu untuk menggunakan internet dan media sosial dapat membantu mengurangi risiko pemborosan waktu dan bermalas-malasan. Misalnya, mengatur jadwal khusus untuk memeriksa email atau memeriksa media sosial hanya pada waktu-waktu tertentu selama hari.

 

Ketiga, memilih konten yang bermutu. Saat menggunakan internet, penting untuk memilih konten-konten yang bermanfaat dan bermutu, seperti kuliah agama, ceramah, atau literatur Islami. Menghindari konten-konten negatif dan berpotensi merusak iman adalah langkah penting untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan.

 

Keempat, meningkatkan koneksi spiritual. Selama bulan Ramadhan, penting untuk meningkatkan koneksi spiritual dengan melakukan lebih banyak ibadah, membaca Al-Quran, dan merenungkan makna puasa. Memperkuat koneksi spiritual ini dapat membantu seseorang untuk tetap teguh dan menghindari godaan yang muncul melalui teknologi di internet dan media sosial.

 

Dengan mengambil langkah-langkah pencegahan ini dan tetap menjaga kualitas ibadah selama bulan Ramadhan, kita dapat menghindari dampak negatif dari kemudahan teknologi di internet dan media sosial. 

 

Sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai waktu untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta menghindari godaan yang dapat menghalangi kita dari mencapai tujuan tersebut. Mari raih 'obral' pahala di bulan Ramadhan dan hindari dosa besar akibat kelalaian kita.

 

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ

 

Artinya: “Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)” (QS. Al-An’am: 160)

 

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menjalani ibadah dengan penuh keikhlasan dan keteguhan hati selama bulan yang suci ini. Aamiin.

 

H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu Lampung.