Ramadhan

Kultum Ramadhan: Semangat Jihad dan Momentum Kebangkitan Umat

Rab, 19 April 2023 | 16:00 WIB

Kultum Ramadhan: Semangat Jihad dan Momentum Kebangkitan Umat

Ilustrasi: perang (via n-num.com).

 Ada yang nyaris luput dari perhatian kita di bulan Ramadhan ini, yakni mengkaji sejarah kebangkitan umat Islam di zaman Rasulullah saw. Padahal jika kita cermati pasti terungkap bahwa perang Badar yang merupakan fase awal kebangkitan mereka terjadi di bulan Ramadhan. Dan tentu itu bukan sesuatu yang kebetulan. Sebab, semuanya telah diatur dan sesuai rencana Allah.  

   

Bukti kaum Muslimin menemukan momentum perubahannya setelah perang Badar, mereka yang semula dipandang lemah dan hina berubah menjadi kuat, terhormat, dan diperhitungkan. 

 

Perintah puasa Ramadhan sendiri dalam Al-Quran erat hubungannya dengan perintah jihad. Rangkaian ayat puasa yang dimulai dari ayat 183-189 surat Al-Baqarah, dilanjutkan dengan rangkaian ayat jihad yang dimulai dari 190-193 surat Al-Baqarah. Ayat-ayat jihad tersebut antara lain berbunyi, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” (QS. Al-Baqarah [2]: 190).  

 

Hal itu menunjukkan, ada hubungan erat antara puasa dengan jihad. Lagi pula, aktivitas jihad sendiri membutuhkan persiapan fisik, mental, dan kesolidan umat. Sejarah Islam telah menunjukkan hubungan itu.       

 

Pertama kali kaum Muslimin keluar perang melawan kaum Quraisy terjadi pada bulan Ramadhan. Namun, maksud perang di sini bukan perang Badar. Sebab, sebelum perang Badar, pasukan kaum Muslimin untuk pertama kalinya telah memerangi kaum musyrikin. Tentu saja setelah aktivitas perang diizinkan di bulan tersebut. 

 

Mereka keluar tepat pada bulan Ramadhan tahun pertama Hijriah dimana pada saat itu puasa Ramdhan belum diwajibkan. Pasukan tersebut dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthalib yang tak lain adalah paman Rasulullah saw. Yang dikenal dengan “Saiful Bahri.” Dengan demikian, pertama kali kaum Muslimin angkat senjata untuk mempertahankan agama dan marwah mereka terjadi pada bulan Ramadhan.    

 

Sering perjalanan waktu, terjadi peristiwa lebih besar dan lebih penting bukan saja dalam sejarah Islam, tetapi dalam sejarah dunia, yaitu peristiwa perang Badar. Dan peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan yang berakhir dengan kemenangan gemilang kaum Muslimin. Itulah pertempuran besar pertama antara kaum Muslimin dengan kaum musyrikin Quraisy yang mengangkat panji kekufuran di Jazirah Arab. (Jamaluddin Abul Farh, Al-Muntazhim fi Tarikhil Umam wal Muluk, [Beirut: Darul Kutub], juz III, halaman 97).     

 

Apa yang terjadi pada diri dan kehidupan Rasulullah saw sudah diatur dan sesuai dengan rencana Allah. Tidak ada yang kebetulan. Sehingga, tidak mungkin seseorang mengatakan, “Peristiwa itu bisa saja terjadi di luar Ramadhan.” Demikian halnya pertempuran antara kaum Muslimin dengan kaum Musyrikin di Badar. Hikmahnya tentu sangat banyak. Sebagian hikmah tersebut ada yang kita ketahui dan ada yang tidak. Wallahu a’lam

 

Pertanyaannya, mengapa perang Badar terjadi di bulan Ramadhan? Mengapa kemenangan besar itu tidak terjadi di bulan yang lain? 

 

Jawabannya, karena Allah berkehendak peristiwa itu menjadi awal kebangkitan umat Islam. Allah hendak memuliakan mereka dengan bulan yang mampu mengubah sepenuhnya jiwa mereka. Sehingga mereka bisa beralih dari satu fase kepada fase yang lain. Di bulan itu, Allah hendak menolong mereka, sebagaimana dalam Al-Quran, “Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur,“ (QS Ali Imran: 123). 

 

Setelah perang Badar, terbukti kaum Musliminn pun berubah drastis. Setelah perang itu, negeri mereka menjadi lebih dikenal dan diakui. Mereka tampil menjadi kekuatan besar dan memiliki posisi yang diperhitungkan di Jazirah Arab. Sejak itu, mereka memasuki babak baru di kancah dakwah, bahkan perpolitikan dunia. Seluruh dunia mendengar negara kaum Muslimin. Yahudi pun ketakutan dan kaum musyrikin kelimpungan. 

 

Perubahan besar di muka bumi pun dimulai. Ini membuktikan, perang Badar bukan sembarang perang. Ia sudah mengubah peta perjalanan sejarah. Karena itu, Allah swt. menyebut perang itu sebagai perang al-Furqan dan mengaitkannya dengan bulan Ramadhan agar kita selalu mengenang dan merenungkannya. 

 

Pertanyaan berikutnya, mengapa harus perang Badar, bukan perang yang lain? Sebab, dalam perang Badar diletakkan dasar-dasar kebangkitan dan pembangunan umat Islam. Dalam perang Badar, pilar-pilar bangunan umat Islam didirikan. Sejak perang Badar, akidah dan keyakinan umat Islam diteguhkan, kepada Allah harapan mereka ditujukan, bahkan sampai hari Kiamat kelak. Dalam perang Badar, kaum Muslimin disadarkan bahwa kemenangan hanya milik Allah, sebagaimana firman-Nya, “Kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana,” (QS Al-Anfal: 10). 

 

Di antara pilar-pilar yang dibangun dan dikokohkan oleh Allah pada saat perang Badar adalah: 

  1. Umat Islam harus berada dalam satu barisan untuk meraih kemenangan. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Quran:

    “Taatilah Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orangorang yang sabar,” (QS Al-Anfal: 46).
     
  2. Umat Islam harus berjuang secara totalitas, mulai dengan jiwa, harta, waktu, dan tenaga demi meraih kemenangan. 
     
  3. Umat Islam harus mempersiapkan segala sesuatu semampu mungkin dalam menghadapi lawan, sebagaimana firman Allah:

    “Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi,” (QS Al-Anfal: 60).

    Salah satu persiapan tersebut adalah persiapan mental di bulan Ramadhan.
     
  4. Umat Islam harus selalu patuh dan mendekatkan diri kepada Allah sekaligus patuh kepada rasul-Nya, sebagaimana dalam Al-Quran, “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dengan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan,” (QS Al-Anfal: 24). 
 

Dengan perang Badar, kemenangan tidak ada hubungannya dengan jumlah. Bayangkan, jumlah pasukan kaum Muslimin dalam perang itu hanya berjumlah 313 atau 314 orang, namun mampu mengalahkan pasukan lawan yang berjumlah 1000 orang. Terpaut perbedaan jumlah yang cukup jauh. (Ali bin Abdullah, Khulashatul Wafa fi Akhbari Daril-Mushthafa, juz II, halaman 677).    

 

Bagaimana bisa jumlah kaum Muslimin yang sedikit itu mampu mengalahkan pasukan lawan yang berjumlah 1000 orang?
 

Jawabannya hanya satu hal, yaitu pertolongan Allah bagi Rasulullah saw. dan kaum Muslimin. Pertolongan Allah itu nyata bagi kaum yang lemah dan dianggap hina, sebagaimana yang diungkap dalam Al-Quran:
 

“Maka, (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin dengan kemenangan yang baik.,” (QS Al-Anfal: 17). 

 

Demikian sekilas gambaran perang Badar dan pilar-pilar kebangkitan umat Islam. Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah umat Islam yang terjadi di bulan Ramadhan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu memperjuangkan agama ini, melawan kekuatan lawan dan hawa nafsu kita, serta mengubah diri agar menjadi pribadi yang lebih baik dan tangguh. Amin.

 

Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.