Ramadhan

Kultum Ramadhan: Urgensi Jaga Pola Makan di Bulan Ramadhan

Rab, 20 Maret 2024 | 03:00 WIB

Kultum Ramadhan: Urgensi Jaga Pola Makan di Bulan Ramadhan

Ilustrasi urgensi jaga pola makan di bulan Ramadhan (freepik).

Makanan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Makanan merupakan penghasil energi bagi manusia untuk menjalankan berbagai aktivitas, termasuk ibadah. Dengan menjaga pola makan yang baik, tubuh manusia akan senantiasa sehat dan bugar. Sebaliknya, pola makan yang kurang baik bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit dalam tubuh manusia.
 

Dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, penting memperhatikan pola makan agar ibadah bisa berjalan dengan lancar dan tubuh senantiasa dalam kondisi sehat. 
 

Di antara upaya untuk menjaga pola makan adalah dengan tidak berlebih-lebihan. Hal ini sejalan dengan firman Allah:.
 

وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
 

Artinya, “Dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A’raf: 31).
 

Berkaitan ayat, Dr Wahbah Az-Zuhaili menafsirkannya dalam Al-Tafsirul Munir sebagai berikut:
 

أباح الله الأكل والشرب من غير إسراف فقال: وَكُلُوا وَاشْرَبُوا أي كلوا واشربوا من الطيبات المستلذات، ولا تسرفوا فيها، بل عليكم بالاعتدال من غير تقتير ولا إسراف، ولا بخل ولا زيادة إنفاق، ولا تجاوز الحلال إلى الحرام في المأكل والمشرب. إن الله لا يحب المسرفين، في الطعام والشراب، أي يعاقبهم على الإسراف الذي يؤدي إلى الضرر
 

Artinya, “Allah membolehkan makan dan minum tanpa berlebih-lebihan. Allah berfirman, "Dan makan serta minumlah kalian", yakni makan dan minumlah kalian yang baik-baik dan enak-enak dan janganlah kalian berlebih-lebihan. Kalian harus seimbang, tidak terlalu hemat dan tidak pula berlebih-lebihan, tidak bakhil dan tidak pula melebihi belanja, tidak pula melewati batas halal menuju yang haram dalam makan dan minum."
 

"Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan", dalam makan dan minum. Maksudnya Allah akan menghukum mereka karena berlebih-lebihan yang menyebabkan bahaya.” (Wahbah Az-Zuhaili, Al-Tafsirul Munir, [Beirut, Darul Fikr Al-Mu’ashir: 1991], jilid VIII, halaman 183).
 

Sementara Syekh Muhammad Ali Al-Shabuni menafsirkan QS Al-A’raf 31 dalam kitab Shafawatut Tafasir sebagai berikut:
 

وكُلُواْ واشربوا وَلَا تسرفوا أي لا تسرفوا في الزينة والأكل والشرب بما يضر بالنفس والمال. إِنَّهُ لَا يُحِبُّ المسرفين أي المعتدين حدود الله فيما أحلَّ وحرّم
 

Artinya, “(Makan dan minumlah, dan jangan berlebihan), maksudnya adalah jangan berlebihan dalam berhias, makan, dan minum sesuatu yang membahayakan bagi diri sendiri dan harta.
 

(Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan), maksudnya adalah orang-orang yang melampaui batas dari batasan-batasan yang telah Allah tetapkan dalam hal halal dan haram.” (Muhammad Ali Al-Shabuni, Shafwatut Tafasir, [Kairo, Dar Al-Shabuni lit Thaba’ah wan Nasyr wat Tauzi’: 1997], halaman 412).
 

Prof M Quraish Shihab memberi penjelasan:

Sesungguhnya Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan rahmat dan ganjaran bagi orang-orang yang berlebih-lebihan dalam hal apa pun.”
 

Lebih lanjut, Prof Quraish menjelaskan bahwa perintah makan dan minum dengan ‘tidak berlebih-lebihan’ atau ‘tidak melampaui batas’, merupakan tuntunan yang harus disesuaikan dengan kondisi setiap orang.
 

Hal ini dikarenakan kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang, boleh jadi telah dinilai melampaui batas atau belum cukup buat orang lain. Atas dasar itu, dapat dikatakan bahwa penggalan ayat mengajarkan sikap proporsional dalam makan dan minum. (M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, [Tangerang Selatan: Pusat Studi Al-Qur'an, 2023], Aplikasi Tafsir Al-Mishbah versi 12.3).
 

Dalam konteks berlebih-lebihan ini, dapat kita jumpai juga Hadis Nabi Muhammad Saw. berikut.
 

رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

 

Artinya, "Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak ada wadah yang dipenuhi oleh manusia yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulang rusuknya (badannya). Kalau pun harus (memenuhkan perut), hendaklah sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk pernafasannya.” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban melalui Miqdâm Ibn Ma’dikarib).
 

Menurut Imam Al-Ghazali, ada sekitar 10 bahaya makan secara berlebihan bagi seseorang. Hal ini sebagaimana yang telah dituliskan oleh Ustadz Muhammad Aiz Luthfi​​, ​​Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah Al-Karimiyyah Subang, dalam artikel berjudul "10 Bahaya Makan Berlebihan menurut Imam Ghazali", yaitu:

  1. Hati jadi keras dan redup.
  2. Mendorong berbuat dosa.
  3. Kecerdasan berkurang..
  4. Semangat beribadah menurun.
  5. Sulit merasakan manisnya ibadah.
  6. Menjerumuskan syubhat dan haram.
  7. Menyibukkan hati dan badan.
  8. Kesulitan saat sakaratul maut.
  9. Mengurangi pahala.
  10. Kesulitan di akhirat.


Dari sini dapat disimpulkan bahwa agama Islam menganjurkan untuk bersikap seimbang dalam hal apa pun, bahkan dalam hal makan dan minum. Dengan menjaga keseimbangan pola makan dan minum kita selama bulan Ramadhan, harapannya ibadah menjadi lebih maksimal.
 

Keseimbangan makan dan minum menyangkut kesehatan yang telah diakui juga oleh para ilmuan. Dari segi medis, para ilmuan telah menjelaskan mengenai adanya bahaya dalam makan dan minum secara berlebihan bagi kesehatan tubuh manusia. Demikian. Wallahu a’lam.
 

Ustadzah Arny Nur Fitri, Mahasiswi UIN Jakarta dan Mahasantri Darus-Sunnah IIHS