Sirah Nabawiyah

Al-Khubab bin Al-Mundzir, Pemilik Taktik Brilian di Perang Badar

Rab, 30 Januari 2019 | 01:00 WIB

Ketika pagi menyingsing dan matahari mulai memperlihatkan sinarnya, beberapa pasukan Muslim mempersiapkan diri untuk berangkat ke medan tempur melawan pasukan kafir Quraisy yang selama ini menzalimi mereka.

Sama sekali tidak ada ketakutan pada raut wajah mereka. Menjadi syahid dalam peperangan pada saat itu adalah hal yang sangat diidamkan oleh setiap Muslim.

Pasukan itu dipimpin langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabat tercintanya. Mulai dari Abu Bakar, Umar, Ali dan beberapa sahabat yang lainnya. Merekalah para sahabat yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai As-Sabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam) yang sudah mendapatkan jatah khusus dari Allah ke surga-Nya.

Para pasukan itu sebenarnya dipersiapkan untuk menghentikan laju kafilah dagang kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Namun ternyata kafilah dagang Abu Sufyan lebih memilih jalur memutar agar tidak bertemu dengan pasukan Islam.

Rasulullah pun mengarahkan pasukannya menuju bukit Badar. Sebuah bukit yang berada di dekat kota Madinah. Namun sayangnya, masih ada beberapa pasukan yang lebih menyarankan Rasul untuk menunggu kafilah dagang Abu Sufyan saja. Hingga muncullah teguran dari Allah: 

وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَن يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ

"Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir." (QS al-Anfal: 7)

Sehingga mereka pun bersepakat untuk tetap berangkat menuju mata air Badar dan mengabaikan kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan.

Setibanya di mata air Badar, Rasulullah pun memerintahkan pasukannya untuk mencari posisi yang tepat sebagai pos pertahanan mereka. Rasulullah kemudian menjadikan lembah badar sebagai pos pertahanan mereka. Yakni tepatnya di sumur pertama yang dilalui mereka.

Namun, datanglah seorang pria pejuang pemberani kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tampaknya pria ini telah memiliki rencana lain selain rencana yang telah diputuskan oleh Rasulullah.

Pria itu bernama al-Khubab bin al-Mundzir. Disebutkan oleh Syamsuddin al-Dzahabi dalam Târikh al-Islâm wa Wafâyât Masyâhir al-Aḥlâm, bahwa dialah yang mengusulkan sebuah taktik perang yang jitu pada saat perang Badar terjadi. (Lihat: Syamsuddin al-Dzahabi, Târikh al-Islâm wa Wafâyât Masyâhir al-Aḥlâm, [TK: Dar al-Gharb al-Islami, 2003], j. 2, h. 160)

Ia dengan hati-hati bertanya kepada Rasul. Ia tidak ingin menajadi sahabat yang membantah titah dan perintah Rasulullah. 

“Wahai Rasulullah, ampunilah aku jika terlalu lancang bertanya kepadamu. Wahai Rasul, apakah tempat ini adalah tempat yang diwahyukan oleh Allah kepadamu sehingga engkau tidak bisa menolaknya atau tempat ini hanyalah pendapat pribadimu atau bagian dan siasat perang?”

Nabi kemudian menjawab, “Bukan wahai Khubab, ini hanyalah pendapatku semata. Ini bukan wahyu dari Allah subhanahu wata'ala.”

“Jika benar begitu, bolehkah aku berpendapat wahai Rasul?”

Pria ini kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan tenang dan hati-hati. Ia takut jika pendapatnya ini menyakiti perasaan Rasul atau mungkin tidak diterimanya. 

“Wahai Rasul, menurut pendapatku, tempat ini bukan merupakan tempat yang baik. Kita seharusnya berada di tempat yang lebih dekat dengan sumber air. Mari kita bawa pasukan menuju sumber air. Setelah sumber air kita kuasai, kita tutup sumber air itu. Setelah itu kita harus membuat kolam yang kita isi dengan air dari sumber itu. Posisi ini akan sangat menguntungkan pasukan kita, karena persediaan air kita bisa terjamin sedangkan mereka tidak. Sehingga mereka akan kehausan karena kehabisan persediaan air.”

Usulan Khubab ini sangat diapresiasi oleh Rasulullah. Tanpa pikir panjang, Rasululah kemudian memerintahkan pasukannya sesuai dengan arahan dan pendapat Khubab. Sikap beliau ini menunjukkan bahwa Nabi adalah pribadi yang gemar musyawarah dan terbuka atas pendapat orang lain.

Dan akhirnya taktik Khubab pun berhasil. Pasukan Muslim mendapatkan persediaan air yang cukup selama berperang. Sedangkan kafir Quraisy kehausan dan kelaparan karena sumber air itu telah ditutup.

Khubbah meninggal pada saat Umar bin Khattab menjadi khalifah. Taktik perang Khubbab yang menjadikan kaum Muslimin menang dalam perang Badar akan dikenang oleh seluruh umat Islam sepanjang masa.

Wallahu a’lam.


(Ustadz Muhammad Alvin Nur Choironi)